Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Perintah



Perintah

1"Apa mereka selalu antusias gitu? Maksudku ... mereka keliatan kayak mereka selalu punya ide di kepala mereka." ujarku saat Astro sedang mengusap kepalaku dengan sampo beraroma green tea yang menenangkan.     

Aku sedang bertanya tentang tim robotik di laboratorium perusahaan pengolahan limbah milik ayahnya. Aku sangat penasaran dengan bagaimana mereka bekerja.     

Sesaat lalu, kami baru saja selesai bercinta untuk yang entah keberapa kalinya. Dia semakin lihai memainkan tempo dan membuatku hanyut dalam permainannya tanpa merasa terlalu lelah. Walau tentu saja bercinta dengannya akan membuatku kehilangan sebagian besar tenagaku sementara waktu.      

Dia mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya seperti biasa, lalu mendudukkanku di kursi dan membantuku membersihkan tubuh dengan shower. Dia bahkan membantuku keramas dan memijat kepalaku dengan lembut.      

"Ide ga bisa dipaksa, Honey. Mereka kayak gitu karena emang passion mereka bikin rancangan robot. Kalau aku ketemu orang lain yang cuma bisa nerima perintah, ceritanya beda lagi." ujarnya sambil mengamit gagang shower dan membilas rambutku.      

Aku hanya diam. Kurasa dia benar karena aku pun memikirkan hal yang sama kemarin.     

"Kayak Putri atau Gon." ujarnya sambil meletakkan gagang shower sebelum mengangkat tubuhku dan mendudukkanku ke bath tub berisi air hangat beraroma citrus. "Kamu kan tau gimana antusiasnya mereka bikin desain baru. Kasusnya sama."     

Aku menatapnya dalam diam. Dia sedang membilas tubuhnya dan membersihkannya dengan sabun. Dia sexy sekali.     

"Aku tau aku sexy. Kamu bisa liatin aku sampai kamu puas. Aku ga keberatan kok." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.      

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak mengatakan apapun. Aku menarik napas dan membenamkan kepala ke dalam air. Sepertinya aku akan mengajaknya menyelam lagi lain kali, sebelum kami benar-benar pindah untuk berkuliah di luar negeri.     

Astaga ... aku bahkan melupakan makan malam kami yang masih berserakan di meja makan. Bahkan kurasa perutku mulai lapar. Aku mengeluarkan kepala kembali ke permukaan tepat setelah dia selesai membersihkan diri dan memintaku memberi ruang untuknya, maka aku menurutinya.      

Astro mengecup tengkukku saat aku menyandarkan tubuhku padanya, "Kalau kamu mau bikin anak-anak lebih punya passion, coba kamu gali keinginan mereka. Mereka pasti punya desain yang mereka suka. Mereka bisa mulai dari itu dulu. Mereka kan profesional. Mereka udah jadi perajin bertahun-tahun. Mungkin mereka cuma terbiasa dapet desain yang tinggal dikerjain, jadi mereka ga punya waktu eksplorasi desain lain yang mungkin aja pernah ada di kepala mereka."     

Astro benar. Kurasa aku akan melakukannya. Aku memiliki waktu beberapa bulan sebelum pindah. Mungkin aku akan berhasil membuat mereka mengeksplorasi desain khas mereka sendiri sebelum waktunya tiba. Bagaimana pun, aku akan meninggalkan mereka di sini.      

Aku mengelus wajahnya dan mengecup pelipisnya, "Thank you, Honey."     

Astro hanya menggumam mengiyakan sambil mengecup leher dan bahuku. Laki-laki ini manis sekali.      

"Gimana sama resort kamu? Maksudku ... aku tau perbedaan waktu kita udah ga perlu jadi masalah karena kita punya solusinya. Apa ga masalah kalau kamu serahin semuanya ke Ray? Dia pasti nikah kan sebentar lagi?" aku bertanya karena mengingat percakapan Astro dengan Ray beberapa hari lalu. Ray memberitahu Astro bahwa dia merasa cocok dengan Milla setelah beberapa kali berkencan.      

"Ga perlu khawatir soal itu. Aku udah punya solusinya."     

"Okay. Kita jadi nginep di resort? Kamu pernah bilang mau ngajak Opa sama Oma nginep di sana."     

"Nanti kalau kita pulang lagi, kita ajak opa sama oma nginep di sana. Aku bisa bolos sehari di hari jumat. Jadi kita tetep bisa cek proyek robot, tapi kalau kamu lebih suka di resort ngabisin waktu bareng opa sama oma juga ga pa-pa. Nanti aku aja yang ke lab."     

Aku menoleh dan mencubit pipinya, "Aku mau banget ngabisin waktu bareng Opa sama Oma, tapi kalau kamu malah kabur buat kerja trus apa enaknya? Lagian ga sopan, kamu tau?"     

Astro mengecup pipiku dan membiarkan bibirnya bergerak di sana, "Opa sama oma pasti ngerti kok."     

"Bukan itu masalahnya. Kita kan mau pindah beberapa bulan lagi. Kita ga bisa sering pulang kayak sekarang. Kalau kamu lebih milih kerja dibanding ngabisin waktu bareng Opa sama Oma tuh ga sopan."     

Astro hanya menggumam. Entah apa maksud dari gumamannya. Aku sama sekali tak mengerti hingga aku menggelengkan kepala.     

"Gimana kalau kamis sore kita pulang. Malemnya nginep di rumah opa, trus paginya kita ajak opa sama oma ke resort nginep semalem. Nanti sabtu sore kita ke rumah ayah? Minggu pagi kita bisa ke lab." ujarnya dengan bibir masih bergerak di pipiku.     

Astaga ... laki-laki ini benar-benar gila bekerja.      

Aku menghela napas dan menggumam mengiyakan. Kurasa itu memang satu-satunya solusi terbaik yang bisa terpikirkan sekarang. Entah apakah dia akan berubah pikiran lagi dalam waktu dua minggu ke depan. Kurasa aku akan menurutinya saja untuk sementara.      

Astro melepas bibirnya dari pipiku dan memelukku lebih erat, "Kalau musim dingin nanti kamu pasti nagih minta dipeluk."     

Aku menoleh dan menatapnya tak percaya. Ada apa dengan perubahan topik kami yang begitu tiba-tiba?     

"Tapi aku seneng kamu ikut pindah. Kalau aku disuruh pindah sendiri gawat kan? Aku mau peluk siapa kalau dingin?" dia bertanya seolah tak peduli dengan tanda tanya yang kulontarkan padanya tanpa membuka suara.     

"Di apartemen ada penghangat ruangan, Astro. Ga usah berlebihan gitu."     

Astro tersenyum konyol padaku, "Aku tau. Aku pengen godain kamu aja."     

Aku mencubit pipinya dengan kencang, tapi dia justru tersenyum semakin lebar. Coba lihat senyumannya itu, kurasa perempuan manapun yang melihatnya akan jatuh hati.      

"Kamu masih terima ajakan kencan?" tiba-tiba saja aku bertanya.     

Astro mengangguk, "Kamu kan bisa cek hapeku kalau kamu mau."     

"Aku ga minat liat chat perempuan kurang kerjaan."     

Astro mencubit pipiku pelan, "Ga minat liat, tapi nanyain. Ngapain?"     

Aku mencubit pipinya dengan gemas, "Nanya aja, emang ga boleh? Kamu kan suamiku. Lagian kalau nanya aku ga perlu baca sendiri."     

"Cemburu ya? Coba bilang. Cemburu kan?"     

"Iih! Ngapain aku cemburu sama perempuan ga jelas. Ga level sama aku."     

Astro menatapku tak percaya hingga melepas cubitannya di pipiku, "Mulai sombong ya kamu?"     

Aku menggeser tubuhku dan menatapnya lekat, "Bukan sombong, tapi sadar diri. Aku ga ada waktu ngurusin gituan. Dari pada aku ngabisin waktu buat cemburu, kan lebih bagus aku pakai tenaga sama emosiku buat kerja?"     

Astro mendengus, "Dasar gila kerja."     

"Kan kamu yang ngajarin aku gila kerja, dasar Tuan Gila Kerja."     

Astro menatapku kesal, tapi meraih wajahku dan mencumbu bibirku perlahan. Dia benar-benar lihai melakukannya sekarang.      

"Kemarin aku ngobrol sama Wyah." ujarku sambil mengatur napas satelah dia melepas cumbuannya padaku.     

"Bahas apa?"     

"Soal anak kecil itu. Ayah bilang Kakek Buyut Suwisno juga bisa liat dia padahal bukan pewaris langsung."     

Astro menatapku penuh minat, "Aku tau soal itu. Ayah bilang yang lain?"     

"Ayah bilang ada syarat buat pasangan pewaris bisa liat dia, tapi Ayah ga yakin apa syaratnya bener atau ga. Soalnya cuma Kakek Buyut Suwisno yang pernah ngalamin kayak aku."     

"Soal terikat sama pasangan?"     

Aku hanya mengangguk. Ternyata dia sudah mengetahuinya.     

Astro terdiam sesaat sebekum bicara, "Aku ... punya dugaan lain soal syaratnya, tapi aku ga yakin. Walau kemungkinan bener."     

"Apa?"     

"Erm ... kepercayaan."     

Aku menatapnya dalam diam lama sekali sebelum bicara, "Kepercayaan?"     

"Aku ... ga usah dibahas. Itu cuma dugaan. Aku ga tau itu bener atau ga."     

Kenapa sekarang dia justru ragu-ragu dengan pendapatnya sendiri? Namun kurasa aku tak akan bertanya, maka aku mengangguk.      

"Kamu tau apa yang lucu?" tiba-tiba dia bertanya dengan senyum tipis.      

Aku hanya menunggunya melanjutkan kalimatnya.     

"Dia minta pergi dari kita. Semalem dia bilang begitu." ujarnya dengan senyum mengembang semakin lebar.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.