Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Vinny



Vinny

2"Ini temenku, Jeanny. Ada satu lagi di bawah namanya Jojo lagi ngobrol sama Astro. Aku ke atap dulu ya. Kalian jangan ke sana dulu, aku butuh ngobrol berdua." ujarku saat sampai di lantai dua dan semua partner kerjaku menatap kami penuh minat.      

Beberapa saat yang lalu, Astro pulang dengan Jeanny dan Jojo di belakangnya. Jeanny memang berniat akan membahas tentang seseorang yang membutuhkan jasanya menyadap website craft milikku, tapi ada yang berbeda. Dia membawa motornya sendiri. Padahal biasanya dia akan berdua bersama Jojo.     

Semua partner kerjaku memberi Jeanny salam singkat sebelum kami beranjak ke atap. Walau aku cukup yakin mereka pasti penasaran karena aku tak pernah membawa satu pun temanku ke workshop sebelum ini.     

Jeanny mengedarkan pandangannya ke sekeliling saat aku mengajaknya duduk di salah satu kursi panjang. Sepertinya dia menyukai area ini.      

"Aku masih ga percaya kamu ngelola ini." ujarnya sambil menatap ke beberapa pohon buah di dekat kami.     

"Ada Astro sama Putri yang bantuin kok, ada anak-anak yang lain juga. Aku ga sendirian."     

Jeanny menoleh padaku dan ada raut ragu-ragu di wajahnya saat menatapku, "Sebelumnya sorry, Za. Aku ... sempet mau bobol website kamu."     

Aku terdiam sesaat sebelum bicara, "Kamu butuh uang sampai jadi hacker?"     

Jeanny menggeleng dengan gusar, "Bukan butuh uang. Aku emang suka ngotak-atik itu. Kebetulan ada website yang pernah aku jebol karena keamanannya payah dan yang pakai jasaku itu ngasih tau kenalannya. Kenalannya ini yang minta aku hack website kamu."     

Aku terdiam. Kurasa aku akan menunggu Jeanny menjelaskan lebih lanjut.     

"Aku komunikasi sama dia pakai akunku yang lain. Akun khusus, bukan akun pribadi, tapi aku sempet save fotonya." ujar Jeanny sambil mengeluarkan handphone dari saku dan memperlihatkan foto seorang perempuan yang kukenali.     

Vinny.      

Terasa seperti ada batu jatuh ke dasar perutku saat melihatnya walau berusaha terlihat tenang. Berbagai pikiran berkecamuk dalam benakku sekarang, tapi kurasa aku harus menyingkirkannya lebih dulu.     

"Kenapa dia minta kamu hack websiteku?" aku bertanya.      

"Aku ga tau. Dia cuma minta aku hack karena mau tau siapa yang punya toko Lavenders Craft. Itu tahun lalu, Za. Ga lama setelah prosesi MABA. Buat tau siapa pemilik website ga perlu ngehack website sebenernya. Ada cara lain, tapi ternyata domain web kamu di protect dan dia kekeuh minta ngehack terus."     

Aah begitukah?     

Seingatku saat itu Vinny dan Gon memang sedang mengikuti sesi membuat kerajinan di toko. Putri melihat bakat mereka dan memperkenalkan mereka padaku. Aku merekrut mereka menjadi partner kerjaku sesaat setelahnya dan berlangsung sampai saat ini.      

Aku tahu Gon lebih memiliki bakat dibandingkan dengan Vinny, tapi Vinny cukup baik dan akan sayang sekali jika aku tidak merekrutnya juga. Entah kenapa, di titik ini aku merasa seperti Astro yang tak rela sebuah bakat teronggok sia-sia.     

"Dia masih minta kamu cari tau sampai sekarang?" aku bertanya.      

"Aku ga bisa bobol website itu selama sebulan jadi mungkin dia nyerah sama aku dan pakai hakcer lain, tapi aku emang nyoba beberapa kali lagi buat bobol dan masih tetep ga bisa."     

Atau Vinny sudah mendapatkan apa yang ingin dia ketahui. Ini terasa lucu bagiku.      

"Yang pakai jasa kamu tau kamu kuliah di mana?" aku bertanya.      

"Aku pakai nama samaran. Sorry, aku ga bisa ngasih tau soal itu."     

Kurasa aku bisa mengerti, maka aku mengangguk. Sekarang semuanya terasa janggal hingga membuatku terdiam lama sekali untuk berpikir.      

"Website itu Astro yang bikin?" tiba-tiba Jeanny bertanya di dalan keheningan kami.      

Aku mengangguk, "Dua setengah tahun lalu. Kenapa?"     

Jeanny tersenyum, "He really loves you."     

Aku hanya sanggup mengangguk dengan senyum terkembang di bibirku. Bagaimanapun Jeanny benar.     

"Sorry aku ga bisa ngasih informasi lebih soal perempuan itu kecuali foto sama namanya. Namanya Vinny. Aku pernah coba cari sosmednya, tapi aku ga nemu informasi lain. Isi sosmednya cuma kayak cewek seumuran kita biasa. Jalan-jalan ke mal, nonton, nugas kampus, tapi aku ga nemu dia kuliah di mana atau nongkrong di mana. Aku cuma tau dia di area Semarang. Kayak kamu sebelum pindah ke sini." ujar Jeanny dengan tatapan khawatir.      

"It's okay. Websitenya aman sampai sekarang. Lagian dia cuma minta kamu buat nyari tau ownernya kan? Aku ga pernah masukin dataku di website itu jadi percuma juga walau kamu bobol karena aku ga bikin hidden fitur (fitur tersembunyi)."     

Jeanny hanya diam.      

"Kamu beli kalung karena suka atau karena pengen nyari tau langsung soal ownernya?" aku bertanya dengan nada tenang sambil tersenyum manis. Aku tak ingin membuatnya tersinggung.      

"Aku suka sama desainnya, tapi aku emang pernah nanya-nanya soal ownernya dan aku ... sempet bohong mau ngajakin kerja sama." ujarnya dengan tatapan bersalah.      

Aku tertawa dan membuatnya menatapku dengan canggung. Aku berusaha menyelesaikan tawaku sesegera mungkin walau sulit sekali. Dia terlihat lucu bagiku.     

"Sorry. Aku ga bermaksud ngeremehin, itu tadi lucu banget." ujarku setelah menyelesaikan tawaku.     

Jeanny hanya diam dan terus terlihat salah tingkah.      

"Aku selalu sembunyiin semua data diri dari orang lain. Instagramku aja baru aku bikin belum ada setahun karena Astro yang minta. Aku udah biasa sama orang-orang yang kepo dan aku udah antisipasi semuanya." ujarku sambil tersenyum manis. "Perempuan yang duduk di deket jendela tadi itu Putri. Waktu kamu order kalung itu kemungkinan Putri yang terima ordernya dan dia udah terlatih ga ngasih informasi ke sembarang orang."     

Sepertinya pemahaman menghampiri Jeanny dan membuatnya semakin salah tingkah.      

"Kamu butuh skill komunikasi lebih kalau mau dapetin informasi soal itu dari Putri karena dia emang lulusan jurusan komunikasi."     

Jeanny menggaruk belakang telinganya yang aku cukup yakin sepertinya dia menggaruknya bukan karena gatal. Aku tahu akan memalukan baginya untuk memberitahu padaku ini semua.      

"Mau turun? Aku bikinin kamu coklat panas di dapur."     

"Ga perlu, Za. Tadi kan udah minum sirup."     

"Kamu diet?"     

Jeanny terkejut, "Ga diet kok. Aku cuma ... ada yang lain yang mau aku bahas."     

Aku diam dan menunggunya melanjutkan kalimatnya.     

"Aku sama Jojo ... kayaknya ga bisa putus." ujarnya dengan tatapan sendu. "Tapi ..."     

Aku mengamit tangannya dan memberi isyarat untuk tak melanjutkan ucapannya, "Semuanya keputusan kamu, Jean. Aku ga punya hak buat ngatur."     

Jeanny menatapku dengan mata berkaca-kaca, tapi dia mengendalikan dirinya hingga air mata yang menggenang itu hilang. Aku menarik tangannya hingga dia bangkit dan membawanya menuju tangga. Aku sengaja melakukannya karena aku tak ingin mencampuri keputusannya. Apapun itu.      

Partner kerjaku memberi anggukan kepala pada kami saat kami sampai di lantai dua. Aku sempat melihat Jeanny salah tingkah saat bertatapan mata dengan Putri, tapi aku segera mengajaknya turun ke lantai satu.     

Kami menemukan Astro dan Jojo sedang berbincang di meja dapur, dengan beberapa potong marble cake, setoples kastangel, dan empat cangkir coklat panas mengepul di depan mereka.     

Aku melepas Jeanny duduk di sebelah Jojo sebelum menghempaskan diri duduk di sebelah Astro dan mengelus puncak kepalanya, "Aku baru aja nawarin coklat panas ke Jeanny, tapi kamu udah bikin duluan."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa sambil menyodorkan satu cangkir padaku, "Kan kita sehati. Aku tau kamu mau apa walau kamu ga bilang."     

Aku menatapnya tak percaya, "Gombal banget."     

Astro mengecup puncak kepalaku dan kami mengalihkan tatapan kami ke sepasang kekasih di hadapan kami. Mereka terlihat canggung satu sama lain walau sebetulnya tak perlu. Aku tahu mereka berdua masih menjalin hubungan walau mungkin mereka sengaja menyembunyikannya dari Astro.      

"Kamu udah mikirin soal ambil skripsi cepet kan? Sekalian gantiin posisiku jadi peserta kompetisi kalau aku pindah." ujar Astro pada Jojo.      

Jojo hanya mengangguk.      

Aku menatap Astro dan Jojo bergantian. Entah apa yang mereka bicarakan saat aku dan Jeanny sedang berbincang di atap. Sepertinya Jojo terlihat lebih penurut sekarang.     

Aku mengamit wajah Astro dan memintanya menatapku. Aku cukup yakin dia tidak sedang mencoba menghipnotis siapapun sekarang. Mungkin dia menggunakan kalimat persuasifnya yang biasa saat berbincang berdua dengan Jojo sesaat lalu.      

"Jangan bossy begitu. Nyebelin, kamu tau?" ujarku yang disambut senyum menggoda Astro yang sangat menyebalkan.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.