Terang
Terang
Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak mengatakan apapun. Aku tahu dia hanya sedang ingin mencairkan suasana hatiku.
Dia baru saja pulang sesaat lalu. Diiringi suara deru motor yang berhenti tepat di parkiran workshop dan suara bel yang mirip lonceng saat dia masuk. Aku sudah mendengar dan menyadari keberadaannya, aku hanya sedang berkutat dengan pikiranku hingga aku membiarkan pelipisku terus ditopang di atas meja.
Aku menyodorkan tangan untuk menyalami dan mencium tangannya, lalu menariknya agar duduk di sebelahku. Aku menatapnya yang sedang berkutat dengan ransel dan jaketnya dalam diam. Aku baru tersenyum setelah ransel dan jaketnya tergeletak di atas meja.
Astro menyentil dahiku pelan, "Mikir apa kamu?"
"Nanti aja kita bahas itu. Kita bisa ke hotel malam ini?"
Aku sengaja menyebutkan hotel karena tak ingin menyebut nama Donny saat semua partner kerjaku masih berada di lantai dua. Mereka bisa saja muncul di tangga tiba-tiba dan mendengar pembicaraan kami.
Astro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, "Ga bisa. Mungkin besok bisa. Ada sesuatu?"
Aku terdiam dan mengambil handphone, lalu memperlihatkannya pada Astro. Layar itu menampilkan pesanku dengan Giana.
"Aku ga yakin mereka emang punya niat jelek."
Astro menatapku lekat, "Tunggu besok."
Aku hanya mampu mengangguk dan menaruh handphone kembali ke meja, "Mau teh atau susu jahe?"
"Aku mau kamu." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Serius, Astro."
Astro mengelus puncak kepalaku, "Aku ga pengen minum apa-apa, Honey. Jangan cemberut terus gitu, nanti kamu cepet tua."
Aku memberinya tatapan sebal, "Kamu nyebelin."
Entah bagaimana senyumnya justru semakin lebar. Laki-laki di hadapanku ini tampan sekali.
"Kamu makan siang kan tadi?" Astro bertanya sambil mengalihkan tatapannya dariku dan mengeluarkan laptop dari ranselnya.
"Aku makan bareng anak-anak. Parti bikin gudeg, enak banget."
Astro menatapku lekat, "Kamu udah punya anak? Kok aku ga tau? Ayahnya siapa?"
Aku memukul bahunya kencang, "Kamu tau maksudku bukan itu."
Astro mengecup bibirku dan tersenyum lebar sekali seolah mengecupku adalah hal yang biasa saja baginya. Sial ... itu memang hal yang biasa saja baginya sejak beberapa bulan yang lalu.
"Oma ngasih nama ke aku waktu aku nelpon tadi pagi. Nama yang harusnya buat adiknya bunda." ujarku sambil menatapnya lekat. Aku tak ingin melewatkan satu pun ekspresi yang lolos darinya.
Pupil matanya melebar. Aku tahu dia sedang merasa sangat bersemangat dan menungguku melanjutkan kalimatku.
"Regina Tavisha." ujarku dengan lambat dan jelas. Aku ingin dia mendengarnya dan mengingatnya dengan baik. Sama seperti saat aku mendengar dan mengingat nama yang dia pilihkan untuk anak laki-laki kami.
Astro mengangguk singkat dengan wajah berseri, "Aku suka."
Aku menatapi ekspresinya dengan teliti. Aku tahu dia mengatakannya dengan jujur. Dia bahkan terlihat seperti baru saja melihat seorang bayi lahir dari rahimku sesaat lalu. Aku tahu betapa laki-laki ini akan sangat bahagia jika kami memiliki anak nantinya.
"Oma bilang kamu udah punya nama buat anak laki-laki makanya Oma yang ngasih nama buat anak perempuan. Kapan kamu bilang ke Oma nama calon bayi laki-laki kamu?"
"Calon bayi kita, Honey. Kita." ujarnya untuk meralat ucapanku.
"Iya, kita. Bawel."
Astro mencubit pipiku dan mengalihkan tatapan ke laptop yang teronggok di atas meja, "Waktu kita pulang honeymoon. Sebelum kita ke rumahku."
Astaga ... apa yang baru saja kudengar?
"Kamu udah nyiapin nama bayi sejak kapan?" aku bertanya sambil menatapnya tak percaya.
"Sejak kamu nekat ke apartemen waktu aku sakit." ujarnya sambil tersenyum lembut.
Aku terdiam. Aku sama sekali tak memiliki kalimat apapun untuk membalas kalimatnya. Ingatanku melayang saat aku membatalkan kunjungan ke cabang baru toko kain di Jogja dan mengalihkan perjalanan ke apartemennya karena dia sakit thypus. Aku tak berpikir lebih lanjut tentang bagaimana resikonya karena aku memiliki Lyra dan Rommy yang menjagaku dari jauh.
Aku mengedipkan mata berkali-kali dan laki-laki di hadapanku tetap berada di sana. Laki-laki yang sama yang kurawat selama setengah hari karena aku harus pulang ke rumah Opa berbulan-bulan yang lalu.
"Aku tau kok aku ganteng." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku hampir saja tertawa, tapi aku menahannya. Alih-alih menanggapi kalimatnya aku justru bangkit dan meninggalkannya. Aku tahu dia masih menatapku hingga aku menghilang dari tatapannya. Saat kupikir dia mungkin saja mengikuti langkahku, dia justru tak terlihat di mana pun di area dapur.
Aku mengambil setoples kastangel di salah satu lemari penyimpanan dan mengambil segelas susu dingin untuk diriku sendiri, lalu beranjak kembali ke meja yang tadi kutinggalkan. Astro sedang berkutat dengan laptop dan mengetik sebuah pesan untuk Ray di salah satu bar percakapan yang ada.
Astro menatap segelas susu yang yang sedang kuminum, "Buatku mana?"
Aku melirik padanya dan melepas gelas dari bibirku, "Tadi katanya ga mau minum?"
Astro menatapku dengan tatapan sebal dan mengambil gelas dari tanganku, lalu meneguk habis semua susu yang tersisa. Dia tersenyum lebar yang sengaja di buat-buat. Aku tahu dia sedang ingin menggodaku, tapi aku akan mengabaikannya. Sudah tak terhitung berapa kali kami berbagi makanan dan minuman yang sama. Aku tak akan menanggapi keisengannya kali ini.
Isi kepalaku justru dipenuhi dengan Donny. Aku tahu rencana dari Opa untuknya selama ini sempurna. Dia diarahkan untuk memberi keterangan bahwa dia tak sengaja datang dan mengikuti rencana Om Neil karena mereka memang dekat.
Dari perspektif yang diberikan oleh Donny, dia akan terlihat seperti sedang menyaksikan pengeroyokan atas Om Neil dari pihak keluarga kami. Hal itu menguntungkan baginya karena dia hanya dijatuhi pasal perusakan yang jauh lebih mudah untuk ditangani dibandingkan dengan pasal merencanakan pembunuhan dengan senjata api.
Opa dan Kakek Arya memang sengaja mencoba menjerat Om Neil dan Zenatta, juga pengawal-pengawalnya dengan pasal perencanaan pembunuhan dengan senjata api karena mereka lah yang tiba-tiba datang dan mempersiapkan diri dengan senjata api dan gas air mata. Walau sebetulnya mereka mungkin hanya berniat menakut-nakuti kami dengan menggunakan kekerasan.
Donny sengaja dibiarkan bebas karena dia memiliki kesepakatan denganku. Keluarganya juga membantu dengan mengerahkan segala sumber daya yang mereka miliki hingga pasal perusakan tak akan berefek apapun baginya kecuali hukuman ringan saja. Tak mengherankan jika dia masih bisa mengurusi berbagai tender bisnis di berbagai kota hingga sejauh ini.
Aku me duga, Gon dan Vinny kemungkinan mengetahui rencana Om Neil yang merangsek masuk ke resepsi pernikahanku. Aku hanya tak yakin apakah dengan menjadi partner kerjaku akan membantu mereka dalam bentuk apapun. Memikirkan semua ini membuat kepalaku berdenyut mengganggu.
Aku mendengar seseorang berjalan menuruni tangga. Saat aku menoleh, aku mendapati Putri dengan ekspresi wajah yang tak dapat kutebak. Terlihat seperti sedang marah, tapi juga bingung di saat yang sama.
Putri memberi salam dengan menundukkan bahu pada Astro sebelum duduk tepat di sebelahku sambil meletakkan laptop di meja, "Ada yang bikin masalah."
Aku menatap layar laptop yang berisi tampilan salah satu akun sosial media workshop kami. Ada sebuah komentar yang menjelekkan produk kami dengan mengatai produk kami berkualitas rendah.
Aku membacanya dengan lebih teliti. Seorang pengguna sosial media bernama Dara mengatakan dia membeli sebuah cincin mutiara pada kami. Dia memberi testimoni dengan menampilkan foto cincin dan membubuhkan komentar menjatuhkan.
"Nyesel beli cincin di Lauvender Jewelry. Padahal liat katalognya bagus-bagus, tapi waktu barangnya dateng kayak perhiasan murahan. Eksklusif apanya? Desain begini sih di toko perhiasan pinggir jalan juga bisa bikin. Rugi order di sana, guys. Bukannya untung malah buntung."
Aku menarik napas panjang perlahan. Masalahku bertambah dan aku harus menyelesaikannya sesegera mungkin karena ada banyak masalah-masalah lain yang menanti untuk menemukan titik terang.
Aku menatap Putri lekat, "Aku minta data semua customer kita. Jangan sampai ada kelewat walau cuma satu. Sekarang."
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-