Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bros



Bros

0Aku memang berkata aku ingin beristirahat satu atau dua hari. Namun dengan permintaan ibu semalam, kurasa akan lebih baik jika aku mempersiapkan segala hal yang mungkin terjadi. Aku dan Astro bisa saja berangkat ke rumahnya besok sore atau besok malam.     

Aku sudah menelepon oma tadi pagi dan memberi tahu kemungkinan aku akan pulang ke rumah Astro. Aku juga meminta maaf jika aku tak sempat pulang karena aku harus menyelesaikan masalahku dengan Denada. Oma mengerti dan akan menyempatkan diri untuk ke rumah Astro sebelum aku menginap di mansion.     

Sekarang, di sini lah aku. Sedang di workshop mengawasi pembuatan bros untuk Mona yang sedang dikerjakan oleh Parti, Bara, Umar dan Qori. Mereka berkata bros itu akan bisa dikirim hari rabu.     

"Punya Teana sama pesenan Xavier mau aku kirim. Kamu mau nitip sesuatu mumpung aku di luar?" Putri bertanya saat aku sedang memperhatikan Bara membuat semua bagian detail bunga kaktus jenis ariocarpus kecil untuk bros.     

"Aku ga pengen apa-apa."     

"Aku langsung balik ke sini kalau gitu. Aku berangkat ya."     

Aku hanya mengangguk sambil kembali memperhatikan pekerjaan Bara. Dia benar-benar profesional. Kurasa aku akan menyempatkan diri datang ke sentra dan berterima kasih pada tante Talista saat aku mengikuti Astro ke Lombok lagi.     

Workshop ini berjalan lebih lancar dari dugaanku. Kupikir aku akan kesulitan mengelolanya karena bisnis ini baru bagiku, tapi ternyata aku bertemu dengan semua partner kerja profesional dan hal itu membuat workshop ini berjalan dengan sangat baik.     

Tak mengherankan jika sampai saat ini bisnis opa selalu berjalan begitu lancar. Opa menemukan orang-orang yang selalu bisa dipercaya dengan memanfaatkan kemudahan akses informasi yang memang dikuasainya.     

Handphoneku bergetar. Aku mengambilnya dari saku sambil berjalan mendekat ke arah kursi yang dekat dengan jendela. Ada pesan dari Mayang.     

Mayang : Denada belum ngabarin aku, Za     

Aku : Mungkin Denada masih butuh waktu. Kemarin ibu Astro dateng ke rumah Denada. Ibu minta kita pulang buat ketemu Denada langsung     

Aku: Aku masih nunggu kabar dari Astro kita beneran bisa pulang atau ga. Harusnya minggu ini jadwal kita ke Lombok. Nanti aku kabarin kalau ada perkembangan ya     

Mayang : Uugh aku juga mau pulang, tapi ga bisa. Minggu ini deadline berderet kayak kereta. Bikin aku pusing     

Mayang : Aku heran gimana caranya Astro ngerjain semua deadlinenya, ITS kan lebih parah. Kamu juga kayaknya ga ada capeknya padahal kerjaan kamu banyak     

Aku : Aku saranin kamu minum vitamin, May. Nanti aku fotoin vitamin yang aku sama Astro minum. Mungkin di sana ada, tapi nanti malem ya. Aku lagi di workshop     

Mayang : Vitamin yang waktu itu kamu bawa ke Lombok? Kayaknya ada di apotek sini. Aku pernah liat     

Aku : Iya itu. Cobain deh     

Mayang : Aku cari dulu deh sekalian cuci mata     

Aku : Okay     

Mayang membaca pesanku, tapi tidak membalasnya. Kurasa sekarang dia sedang mencari vitamin di apotek dekat dengan kampusnya.     

Aku mengecek kontak Denada di aplikasi pesanku. Dia masih memblokir nomorku.     

Aku menghela napas pelan dan berpikir. Jika Denada mengira aku memberi tahu aktivitas intimnya dengan Petra pada mamanya dan ibu, juga mengira aku menganggapnya murahan, mungkin itu karena Denada sedang marah padaku hingga berpikir tidak rasional.      

Bagaimana mungkin Denada mengira aku seperti itu? Aku hanya pernah memberitahukan hal itu pada Astro. Itu pun karena aku tahu Astro tak mungkin mengatakannya pada orang lain.     

Atau mungkin ada hal lain yang Astro katakan pada Denada saat menerima telepon darinya? Tapi Astro tak mungkin menyembunyikan fakta penting dan dia pasti akan mengakui kesalahannya. Itu pun jika Astro memang merasa dia bersalah.     

Tunggu sebentar....     

"Aku ke atap sebentar ya. Kalau butuh apapun, cari aku di atap." ujarku sambil berjalan melewati ruangan dan bergegas menaiki tangga. Aku mencoba memberi Astro panggilan video call. Seharusnya jam ini dia baru saja keluar ruangan.     

"Hai, Cantik. Kangen aku?" Astro bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa setelah menerima video call dariku. Sepertinya dia sedang berjalan di lorong seorang diri.     

"Denada nyebut sesuatu soal dia pernah 'begitu' sama Petra waktu angkat telpon?" aku bertanya dengan suara pelan sambil duduk di kursi panjang.     

Astro terlihat berpikir sebelum mengedarkan pandangannya ke sekeliling, "Dia teriak nyebut itu waktu aku angkat telpon. Dia bilang dia udah nebak perempuan yang gagalin rencananya ke hotel bareng Petra itu orang suruhan kamu. Dia teriak-teriak bilang kenapa ga kamu biarin aja dia begitu biar ga dibuang sama Petra. Dia bener-bener gila."     

"Kamu bilang apa waktu Denada ngomong begitu?"     

"Aku bilang dia harusnya nahan diri buat ga lakuin itu. Se ga nya tunggu sampai mereka nikah kayak kita."     

Terasa ada batu jatuh ke dasar perutku sekarang. Kurasa aku tahu apa yang terjadi dan apa yang Denada pikirkan tentangku.     

"Kamu bilang yang lain?" aku bertanya.     

"Aku bilang kamu lagi sibuk sekarang. Kamu pasti telpon dia lagi kalau urusan kamu selesai. Aku udah bilang soal itu ke kamu kemarin."     

Aku menghela napas, "Kamu udah telpon pak Bahri? Kita bisa pulang besok malem?"     

Astro terdiam sebelum bicara, "Sebenernya aku tetep mau berangkat ke Lombok weekend ini."     

Aah....     

"Tapi kalau kamu pengen banget ketemu Denada, aku bisa apa." ujarnya tiba-tiba.     

Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku, "Berarti kita pulang besok malem?"     

Astro hanya menggumam mengiyakan.     

"Bener kan?" aku bertanya hanya untuk memastikan.     

"Iya. Kita pulang besok malem. Nanti aku pesen tiket, tapi kamu harus bantu aku ngerjain deadlineku malam ini. Semua kerjaanku harus udah selesai sebelum kita berangkat."     

"Okay. Nanti aku bantu, kasih tau aja aku harus gimana."     

"Aku udah telpon kakek Arya. Mungkin bagus juga kalau kamu bisa ngobrol sama kakek weekend ini."     

Entah bagaimana tiba-tiba hatiku terasa hangat. Aku akan bertanya banyak hal tentang opa pada kakek Arya.     

"Thank you, Honey." ujarku.     

"Tapi aku ga akan biarin kalian ngobrol berdua. Aku ikut."     

"Okay, if you said so (kalau itu mau kamu)."     

"Nanti aku ajak kamu ke makam keluarga. Kita harus ke sana. Aku udah lama ga nengokin makam nenek. Mungkin nanti ayah sama ibu ikut nginep di mansion juga. Ada yang mau dibahas sama kakek Arya."     

"Mau bahas apa?"     

"Nanti kamu tau. Kamu kenapa di atap workshop? Kamu harusnya lagi istirahat sekarang."     

Sial ... aku memang tidak memberi tahu Astro aku sedang mengawasi pembuatan bros hari ini.     

"Aku bosen. Ini aku ke sini karena lagi nunggu Putri ngirim paket. Nanti kalau Putri balik aku istirahat lagi."     

Astro menatapku dengan tatapan menyelidik, "Kau udah di sana dari aku berangkat tadi kan?"     

Aku ketahuan.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.