Rekomendasi
Rekomendasi
Berbeda denganku yang hanya memiliki mutiara putih, sentra ini memiliki berbagai jenis mutiara lainnya. Yang paling menarik perhatianku adalah mutiara berwarna hitam dan ungu, walau ada mutiara berwarna lainnya. Entah kenapa aku merasa baru saja memasuki dunia yang sama sekali baru bagiku.
Pak Basri mengajak kami menemui Bu Talista di rumahnya setelah puas melihat-lihat sentra. Rumahnya ternyata berada tepat di sebelahnya. Sebuah rumah besar yang mewah, yang membuatku membayangkan akan bertemu seorang wanita glamor.
Namun ternyata aku salah. Bu Talista adalah wanita yang berusia sekitar 50 tahun, tapi masih terlihat begitu muda dan berenergi. Tubuhnya sedikit gemuk, tapi terlihat bugar. Berbeda dengan bayanganku yang menduganya akan memakai banyak perhiasan, Bu Talista tak memakai perhiasan apapun. Bahkan wajahnya tampak berseri natural tanpa riasan berlebih.
Aku terkejut saat Bu Talista mengulurkan tangan padaku dengan senyum sumringah, "Faza kan?"
Aku tersenyum lebar dan menyambut uluran tangannya yang terasa mantap, "Mafaza Marzia, Bu."
"Tante panggil Faza aja boleh ya? Faza bisa panggil saya Tante Ista." ujarnya sambil melepas jabat tangannya.
"Boleh, Tante."
Astro mengulurkan tangan yang segera disambut oleh Tante Ista, "Astro, Tante."
"Ah, ini yang bikin skandal kemarin ya?" ujar Tante Ista dengan tatapan menyelidik.
"Skandalnya bohong kok, Tante."
Tante Ista menepuk bahu Astro satu kali dengan kencang, "Awas ya kalau berani-berani begitu."
Astro tersenyum lebar sekali, "Ga berani, Tante. Kemarin aja hampir kehilangan calon istri."
Aku menepuk punggungnya pelan saat uluran tangan mereka terlepas sambil memberinya tatapan tajam. Dia tak seharusnya mengatakan hal itu di sini.
Tante Ista menatap kami berdua bergantian, lalu menatap Pak Basri yang sedang tersenyum, "Astro ini yang kamu bilang lanjutin proyek mutiara itu?"
Pak Basri mengangguk, "Demi dapetin istri rela pulang pergi ke sini dari masih SMA. Jarang-jarang ada laki-laki begini kan?"
Tante Ista mengangguk, "Silakan duduk. Sebentar Tante minta bibi bikinin minum dulu."
"Ga usah repot-repot, Tante." ujar Astro.
"Ah, ga repot kok. Sebentar aja." ujar Tante Ista sambil berlalu.
Sebentar yang disebutkan Tante Ista benar-benar sebentar. Hanya berselang dua atau tiga menit sudah kembali duduk bersama kami, hingga membuatku takjub dan berpikir betapa dirinya sangat efisien dan cekatan.
"Faza kuliah?" Tante Ista bertanya saat baru saja menyentuh sofa.
Aku menggeleng, "Sekarang aku ga kuliah, tapi mau lanjut kuliah lagi semester depan."
Aah, aku baru saja menyadari aku lebih sering menggunakan panggilan "aku" pada orang yang lebih tua beberapa waktu belakangan ini dibandingkan dengan "Faza" seperti saat aku bicara dengan Opa. Apakah ini efek aku berjauhan dengan Opa? Tiba-tiba ini terasa canggung untukku.
"Bagus. Jadi punya waktu buat ngurusin bisnis ya?"
"Soal itu ... maaf ya, Tante, Faza jadi ke sini mendadak. Faza mau tau gimana Tante dulu mulai bisnis ini. Faza masih baru. Jadi kalau Tante ga keberatan, Faza mau tau."
Sepertinya Tante Ista menyadari perubahan pemilihan kataku karena menatapku dengan tatapan menyelidik. Namun segera merubah tatapannya dan tersenyum, "Tante seneng masih ada anak muda yang sopan kayak Faza. Sebenernya Tante udah tau beberapa cerita kalian dari Basri. Awalnya Tante kaget, tapi liat kalian begini kayaknya Tante mulai mikir mau nikahin anak-anak Tante aja."
Kenapa pembahasan ini berubah ke topik pernikahan?
Aku menoleh untuk menatap Astro. Astro juga sedang menatapku dan memberiku senyum menggodanya yang biasa. Dia terlihat lebih bugar dibanding beberapa hari belakangan ini karena kami bercinta sebelum ke sini.
Astro mengenggam tanganku dan mengelus jariku dengan lembut. Untunglah dia tidak mengecupnya seperti biasanya. Laki-laki ini sering bertingkah walau sedang ada orang lain di sekitar kami.
"Tante dulu awal buka usaha perhiasan mutiara mulai dari jualin mutiara ke perajin karena butuh uang buat sekolah anak." ujar Tante Ista tiba-tiba, hingga membuat kami menoleh padanya. "Suami Tante meninggal dua belas tahun lalu. Tante bingung mau kerja apa, jadi bantu kenalan jual mutiara. Dari uang untung jual mutiara itu Tante coba rekrut dua orang buat kerja bareng Tante. Kita ngambil perhiasan langsung hasil perajin, dan kita yang jual. Lama-lama dari hasil muter modal, karyawan Tante makin banyak. Tante bisa bayar perajin buat bikin perhiasan sendiri. Prosesnya ga gampang karena ketemu banyak orang yang suka nipu. Kayak yang kemarin lalu kejadian."
"Mereka udah ditangani polisi. Nanti kamu bisa tuntut." ujar Pak Basri.
"Aku ga masalahin mutiaranya, tapi bisa-bisanya mereka sekongkol nipu. Mereka termasuk perajin yang hasil perhiasannya bagus, terutama Bara. Kenapa ga bilang kalau dia ga salah? Malah tiba-tiba minta keluar."
"Bukannya Tante emang mau mecat Kak Bara? Maaf kalau Faza salah. Faza denger dari Kak Bara begitu."
"Anak itu gampang banget percaya sama orang. Bohong itu. Tante justru mau tau apa bener dia bawa plastik wrap."
"Kemarin Bara minta kerjaan ke kita. Kalau Tante masih butuh Bara mungkin bisa hubungi dia buat kerja di sini lagi." ujar Astro.
"Kenapa kalian ga terima dia jadi perajin?"
Aku terkejut mendengarnya.
"Tante bisa jamin hasil perhiasan yang dibikin Bara bagus. Dia emang gampang percaya sama orang lain, tapi dia baik. Tante rasa, dia udah dapet pelajaran karena terlalu percaya sama omongan orang."
Kemudian hening di antara kami.
"Tante udah nelpon Bara semalem setelah dapet kabar dari Basri. Tante nawarin kerja di sini lagi, tapi dia nolak. Tante bisa ngerti alasan dia. Walau Tante bilang ke karyawan yang lain Bara ga salah, Bara emang termasuk karyawan favorit Tante. Banyak yang ga suka sama dia. Mungkin emang lebih baik kalau dia kerja di tempat lain." ujar Tante Ista sambil menatapku dan Astro bergantian.
"Tante rekomendasiin Bara buat kerja bareng Faza?" aku bertanya untuk memastikan dugaanku.
Tante Ista mengangguk, "Dia punya bakat. Sayang kalau bakatnya sia-sia. Tante udah denger Faza bagus bikin desain. Kalau Bara kerja bareng Faza, kalian bisa maju sama-sama."
Aku menoleh untuk menatap Astro. Astro memberiku sebuah anggukan kepala. Sepertinya dia setuju, maka aku mengangguk.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-