Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Efek



Efek

0Entah kenapa tiba-tiba teringat saat Astro mengecup dahiku saat aku terbangun tadi pagi. Aku tidur nyenyak sekali karena kelelahan hingga rasanya tak memimpikan apapun.     

Aku mengerjakan semua pekerjaan lebih lambat dari biasanya karena milikku terasa perih akibat Astro menggila semalam. Sekarang aku sedang merebahkan tubuh di sofa ruang tamu sambil mengecek email dari handphone.     

Aku melirik jam di sudut layar, pukul 15.53. Seharusnya Astro sudah pulang. Aku memberinya panggilan video call yang segera diterima.     

"Kangen aku?" dia bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa. Dia sedang berada di balik kemudinya. Sepertinya sedang dalam perjalanan pulang.     

"Kamu di mana?"     

"Masih setengah jalan dari kampus. Tadi ketemu anak-anak dulu sebentar. Mau nitip sesuatu?"     

Aku menggelengkan, "Cepet pulang. Gendong aku ke kamar."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Manja banget sih?"     

"Masih sakit, kamu tau?"     

Astro tersenyum lebar sekali sambil menggigit ujung bibirnya, "Mau lagi? Aku ga ada kerjaan sore ini. Mau ngerjain lagu buat Hendry nanti malem aja."     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

Semalam kami bercinta berkali-kali. Dia bahkan tak memberiku waktu untuk memulihkan tenaga. Yang mengherankan, tenaganya seperti tak ada habisnya.     

Tiba-tiba aku mengingat saat malam pertama kami, dia juga begitu menggila. Saat dia bertanya apakah milikku terasa sakit, aku hanya menggeleng karena sama sekali tak bisa merasakannya. Rasa perihnya baru terasa saat dia mengajakku kembali bercinta.     

Aku memberinya tatapan sebal, "Tega kamu."     

Astro menatapku sesaat sebelum kembali menatap rute perjalanannya. Entah kenapa tatapannya menjadi jauh lebih lembut.     

Aku tahu semalam dia menyelimuti tubuhku sebelum meninggalkanku tidur sendiri. Dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda dan kembali menemaniku tidur setelah pekerjaannya selesai. Dia bahkan memasak sebelum aku sempat membuka mata dan membereskan semua barang-barang dari koper yang kami bawa ke Lombok walau aku sudah berkata akulah yang akan membereskannya. Sepertinya dia tahu aku akan sulit berjalan hari ini.     

"Kamu yakin kamu manusia?" aku menanyakannya begitu saja saat memikirkannya.     

Astro menatapku dengan alis mengernyit mengganggu, "Kamu mau nikah sama yang bukan manusia?"     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Dia benar. Betapa pertanyaannya membuat pertanyaanku terlihat begitu bodoh.     

Tunggu sebentar ....     

"Kamu yakin tombak itu ga bawa efek apa-apa? Maksudku ... kalau nenek moyang Donny bener soal tombak itu punya kekuatan, mungkin bisa masuk akal kenapa tenaga kamu ga ada abisnya."     

Astro terlihat berpikir sebelum menjawab, "Aku ga ngerti sama urusan mistis begitu."     

Sepertinya dia mengatakannya dengan jujur. Apakah aku hanya sedang berpikir berlebihan? Namun dari beberapa hal yang pernah kucari tahu saat aku mendapatkan kanzashi dari Mama Zen, memang ada benda-benda tertentu yang memberikan kekuatan pada pemiliknya.     

Bagaimana dengan kanzashi itu sekarang? Aku tak merasakan ada perubahan apapun padaku sejak kanzashi itu diberikan padaku. Apakah karena aku belum membukanya? Atau karena kanzashi itu disimpan oleh Ibu di tempat yang rahasia? Atau mungkin karena aku bukanlah pemilik sah karena aku bukanlah keturunan keluarga Zen?     

"Keluarga kamu punya rumah rahasia?" aku tiba-tiba saja bertanya saat menyadari hal ini.     

Astro terdiam, tapi sepertinya dugaanku benar. Kenapa seperti ada sesuatu yang menyengat di dalam hatiku? Dia sudah berjanji padaku akan memberitahu semua rahasianya.     

"Lebih tepatnya vila dan ga rahasia. Soalnya vilanya disewain dari pada kosong." ujar Astro tiba-tiba, tanpa menatapku.     

Aku menatapnya dalam diam selama beberapa lama. Di sanakah ibu menyimpan kanzashi dari Mama Zen? Mungkin di sana juga Astro menyembunyikan semua lukisan yang Zen berikan padaku.     

"Kita bisa ke sana kapan-kapan?" aku bertanya.     

"Aku bilang ayah dulu ya. Vila itu punya ayah."     

Aku mengangguk, "Kamu punya rahasia yang lain lagi?"     

"Ga ada, Honey."     

"Kalau gitu kamu bisa kasih tau kamu simpen lukisan Zen di mana?"     

"Itu tetep rahasia. Kamu kan udah ngasih lukisan itu buat aku simpen."     

"Masih cemburu?"     

"Masih." ujarnya dengan tatapan tajam.     

Aku menatapnya dalam diam. Aku tahu sepertinya memang sulit baginya untuk tak merasa cemburu pada Zen. Dia pernah berkali-kali mencoba, tapi sepertinya percuma.     

"How was your day (Gimana hari kamu)?"     

"Akan lebih baik kalau ada kamu."     

"Sebentar lagi aku sampai. Kamu udah makan kan?"     

Aku hanya mengangguk dan menggumam mengiyakan. Entah apakah dia mendengarnya, tapi sepertinya dia tahu.     

"Besok pulang dari pengadilan, ibu ikut kita pulang."     

"Ibu nginep? Ga ada kamar lebih di sini. Dua kamar lain udah kita pakai."     

"Ibu tidur bareng kita." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku menatapnya tak percaya, "Kamu bercanda kan?"     

Astro tertawa, tapi tak mengatakan apapun. Aku tahu dia hanya sedang bercanda.     

"Serius, Astro."     

"Ibu bisa tidur di apartemen atau di kamar rumah mahar kamu, atau tidur di hotel. Terserah ibu aja." ujarnya dengan senyum yang lebar sekali.     

Entah kenapa tiba-tiba aku merasa lega. Bukannya aku tak suka ada Ibu di sekitarku. Aku hanya terlalu malu jika Ibu memergoki kami sedang bermesraan di semua tempat di rumah ini, karena kami sering saling menggoda di manapun berada.     

"Ayah ikut?" aku bertanya.     

"Belum tau. Kalau ayah ikut mungkin mereka mau bulan madu lagi."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku tahu Ayah dan Ibu sering pergi ke suatu tempat untuk berbulan madu. Entah kenapa tiba-tiba hal itu terasa lucu.     

"Kita bisa bulan madu lagi kalau kamu mau. Nanti waktu kita ke Gili Meno bulan depan." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku menatapnya tak percaya, "Seriously? Kamu hampir aja bikin aku ga bisa jalan lagi hari ini dan kita making love hampir setiap hari. Kita cuma libur waktu aku 'dapet' kemarin."     

Astro menggigit ujung bibirnya, "Kamu ga keberatan kan?"     

Bagaimana aku harus menjawabnya? Dia pasti akan bertingkah jika aku berkata aku keberatan. Lagi pula, memang terasa menyenangkan bercinta dengannya andai saja dia tak begitu bernafsu hingga melakukannya terlalu kasar.     

Astro terlihat menghentikan mobilnya. Sepertinya dia sudah sampai karena aku bisa mendengar suara mobil di depan gerbang. Aku baru saja akan beranjak saat dia melarangku, "Kamu di situ aja. Katanya sakit?"     

Dia benar. Aku membatalkan niatku dan diam menunggunya di sini.     

"Aku matiin ya."     

Aku hanya mengangguk. Aku bisa mendengar suara gerbang terbuka dan suara mobil masuk setelahnya, lalu suara gerbang tertutup lagi. Terdengar suara langkah kaki mendekat menghampiri pintu dan membukanya, lalu Astro muncul dengan sebuah buket bunga lavender di tangannya.     

Astro tersenyum tipis sambil menghampiriku dan duduk di lantai tepat di hadapanku. Dia menyodorkan buket bunga dan mengecup dahiku, "Maaf ya semalem aku kasar."     

Aku menyentil dahinya pelan, "Kalau kamu kasar gitu nanti aku tolak ya."     

"Jahat kamu."     

"Biarin." ujarku sambil memberinya tatapan sebal, tapi suasana hatiku berubah saat menatap lavender di hadapanku. "Thank you lavendernya."     

Astro mengecup bibirku, "Hari ini istirahat ya. Besok kita ke pengadilan. Kan ga lucu kalau kamu ga bisa jalan."     

"Kerjaan siapa coba?" ujarku sambil mencubit pipinya dengan kencang, tapi dia tertawa.     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.