Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Syok



Syok

2Aku mengatupkan kedua tangan di pangkuanku, lalu membukanya perlahan dan mengatupkannya kembali. Seperti sedang melakukan gerakan tepuk tangan dengan lambat dan tanpa suara.     

Aku membuka kedua tangan.     

Ada hal-hal yang tidak bisa aku dapatkan. Bukan karena aku tidak bisa mendapatkannya, tapi hal itu memang bukan seharusnya menjadi milikku dan aku harus mengendalikan diri dengan sabar.     

Aku mengatupkan kedua tangan kembali.     

Ada hal-hal yang memang akan menjadi milikku, walau aku tidak melakukan apapun. Bukan karena aku hebat, tapi karena aku diberi kepercayaan untuk menjaga hal-hal itu jauh lebih baik dibanding orang lain. Itu disebut tanggung jawab.     

Aku baru saja dipanggil oleh hakim untuk menjadi saksi dan telah diambil sumpah. Namun entah kenapa aku merasa gugup, maka aku menggunakan cara Astro untuk membantu menenangkan diri.     

Aku adalah saksi ketiga dalam persidangan hari ini. Astro dan Donny sudah memberikan kesaksiannya lebih dulu. Mereka melakukan bagian mereka dengan baik.     

Aku bahkan merasa terkejut saat Donny berkata dia berada di tempat kejadian perkara karena diajak oleh Om Neil, padahal kupikir dialah yang dengan suka rela mengikuti Om Neil ke acara resepsi. Yang lebih mengejutkan adalah ekspresi Om Neil yang tenang seolah mengiyakan.     

"Saudari Mafaza, Saudari telah bersaksi menurut agama dan kepercayaan Saudari. Untuk itu, kami berharap Saudari dapat memberikan keterangan yang sebenar-benarnya. Karena apabila terbukti Saudari memberikan keterangan palsu, maka Saudari dapat diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun, sebagaimana telah diatur dalam pasal 242 KUHP. Apakah Saudari Mafaza mengerti?" ujar Hakim Ketua.     

"Saya mengerti." ujarku.     

"Saudari adalah pengantin perempuan yang mengadakan resepsi pernikahan dengan Saudara Astro, apakah itu betul?"     

"Betul."     

"Apakah Saudari kenal dengan terdakwa yang bernama Zenatta, Gerard dan Neil?"     

"Saya pernah ketemu Zenatta satu kali sekitar dua tahun lalu, tapi cuma tatapan. Gerard adalah teman lama saya di Bogor bertahun-tahun lalu, tapi karena saya pindah domisili kita baru ketemu lagi dua kali. Pertama di galeri, waktu itu saya sama sekali ga tau Gerard adalah Dio, tetangga yang biasa main ke rumah saya. Yang kedua waktu di resepsi. Sedangkan Om Neil, saya baru pertama kali lihat di resepsi pernikahan saya."     

"Baik. Silakan Jaksa Penuntut Umum."     

"Baik, Yang Mulia. Sebelum resepsi, apa Saudari tahu mereka akan datang ke resepsi pernikahan Saudari?" Jaksa Penuntut Umum bertanya.     

"Saya tahu Zenatta dan Gerard datang bareng dua orang lain yang katanya pengawal, tapi saya ga tau Om Neil akan datang."     

"Dari mana Saudari tau soal kedatangan Zenatta dan Gerard?"     

"Kebetulan malam sebelum resepsi saya sempet ngobrol sama temen lama."     

"Siapakah dia?"     

"Namanya Riri."     

"Bisa Saudari jelaskan siapa Riri?"     

"Dia teman lama di SMA. Kita beda jurusan dan beda kelas walau pernah papasan beberapa kali, tapi kebetulan dia satu jurusan dan sekelas sama Astro, suami saya."     

"Bisa Saudari jelaskan bagaimana percakapan kalian waktu itu?"     

"Cuma obrolan biasa karena saya mau tau dia datang atau ga. Riri kenal Zenatta dan dia cerita sedikit. Riri sempet kaget ternyata saya pernah ketemu Zenatta, karena sebelum SMA kelas sebelas saya sekolah pakai sistem homescholling. Obrolan kita nyambung gitu aja karena waktu itu ada Astro di sebelah saya ikut ngobrol."     

Hakim anggota mengangguk dan terlihat serius, "Dari keterangan saksi lain seharusnya Saudari baru melakukan ijab kabul di hari resepsi Saudari, tapi Saudari mempercepat pernikahan sepuluh hari sebelumnya yang dilangsungkan di Lombok, betul?"     

"Betul."     

"Kenapa pernikahan Saudari dipercepat?"     

"Saya ga tau pernikahan saya dipercepat. Waktu saya ke Lombok sama sahabat saya, saya pikir kita cuma mau liburan. Pernikahan itu mendadak dan saya ga tau apa-apa sebelumnya."     

"Berarti Saudari sama sekali tidak tahu tentang rencana pernikahan yang dipercepat itu, begitu?"     

"Betul."     

"Apakah Saudari tahu tentang perjanjian yang dilakukan oleh pihak keluarga Zenatta dan pihak keluarga Astro tentang pernikahan anak cucu mereka?"     

"Saya ga tau tentang itu sampai setelah resepsi dilakukan."     

"Tapi menurut keterangan dari terdakwa Zenatta dan Gerard, Saudari dan juga semua orang di sana sudah membekali diri dengan senjata api. Bagaimana bisa begitu?"     

Aah, pertanyaan ini akhirnya datang.     

"Ada informasi yang datang ke keluarga yang menyebutkan Zenatta datang ke resepsi bukan dengan niat baik. Semuanya disiapin dadakan pagi sebelum resepsi dan semua orang yang pegang piatol udah punya lisensi masing-masing, kecuali saya dan suami saya. Kita dikasih pistol mainan yang mirip aslinya buat kamuflase.     

Pagi sebelum resepsi kita semua dikasih arahan ga pakai senjata apapun kalau ga dibutuhin, tapi ternyata Om Neil nembakin gas air mata duluan dan tiba-tiba aja semuanya waspada. Saya ga pakai pistol karena emang ga bisa dipakai, makanya saya milih kabur dari sana."     

"Bisa Saudari jelaskan apa saja yang Saudari liat saat itu?"     

"Awalnya Zenatta datang ke pelaminan bareng Gerard bawa lukisan. Lukisannya dipegang dua orang lain yang kayaknya pengawal. Lukisan itu lukisan rumah saya di Bogor. Zenatta bilang dia sengaja nyiapin lukisan itu dan minta Gerard yang lukis.     

Gerard ngasih tau saya ternyata dia temen lama saya di Bogor. Saya kaget karena sama sekali ga nyangka, tapi Gerard bilang dia baru tau saya hilang ingatan. Padahal saya ga merespon omongan dia karena syok, bukan hilang ingatan. Ga tau gimana, tiba-tiba Zenatta bahas masalah perjanjian. Waktu itu saya ga ngerti perjanjian apa yang dimaksud. Saya baru tau setelah pulang dan dapet penjelasan dari keluarga Astro.     

Ga lama setelah Zenatta bahas tentang perjanjian, ada yang meledak. Semua orang diarahin keluar ruangan karena khawatir ada sesuatu. Pas ada ledakan itu saya mau ikut keluar, tapi dua orang yang pegang lukisan tadi tiba-tiba berusaha narik saya. Suami saya nendang satu orang yang hampir nyentuh saya dan narik saya buat ngejauhin mereka.     

Setelahnya Gerard maju kayak mau ngajakin suami saya berantem, tapi ada Ayah mertua saya nengahin. Saya ga tau gimana, tapi dua-duanya tiba-tiba pegang pistol. Suami saya narik saya pergi dari sana karena keadaan mulai ga kondusif.     

Suami saya ngajak saya ngumpul ke keluarganya yang masih ada di ruangan, tapi tiba-tiba Om Neil dan Donny masuk bareng satu orang lagi yang mirip preman. Om Neil bilang saya anak yatim piatu antah berantah dan saya ga cocok buat suami saya. Om Neil justru bilang gimana kalau saya dan suami saya pisah aja, biar suami saya sama Zenatta dan saya sama Gerard. Om Neil juga bilang tentang sengaja bikin suami saya kena skandal beberapa bulan lal ..."     

"JANGAN NGOMONG MACEM-MACEM KAMU! SKANDAL APA, HAH?!" Om Neil tiba-tiba berteriak di tengah kesaksian yang kuberikan.     

"HARAP TENANG!" ujar Hakim Ketua.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.