Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Menutup



Menutup

2Kami baru saja menginjakkan kaki tepat di depan pintu, saat mendapati Teana tiba-tiba berlari ke arah kami dengan tatapan panik. Teana menarikku dan Astro masuk, tapi menahan Kyle dan Jian tetap di luar.     

"Kalian tunggu di teras." ujar Teana yang langsung mendorong Kyle dan Jian menjauh dari kami. Teana langsung menutup pintu dan menguncinya.     

"Ada apa sih? Kok kamu di sini?" aku bertanya.     

Teana memutar bola mata dan mendorong kami untuk berjalan ke arah dapur. Aku menatap Astro untuk mencari satu ekspresi yang mungkin bisa menjelaskan tingkah Teana, tapi Astro terlihat sama bingungnya denganku.     

"Kenapa sih? Pelan-pelan dong, jangan dorong-dorong. Hei, nanti istriku lecet." ujar Astro sambil mendorong tangan Teana menjauh dan memeluk pinggangku.     

Teana memberi Astro tatapan sebal, tapi melepas tangannya dan membiarkan kami berjalan sendiri.     

Aku bisa mendengar suara yang kukenali sedang berbincang di dapur dengan Ibu. Aku menatap Astro untuk memastikan apakah dia juga mendengar suara yang sama sebelum mempercepat langkah.     

"What are you doing here (Ngapain kamu di sini), Axe?" Astro bertanya dengan tatapan bingung dan senyum di saat yang sama.     

Axelle tersenyum singkat pada kami. Senyum dingin yang sama seperti saat pertama kali aku menemuinya di mansion. Dengan kaos putih dan celana panjang putih, yang sepertinya membuktikan dugaanku bahwa mungkin saja semua pakaian di lemarinya berwarna sama.     

Yang mengejutkan, Axelle bangkit dan menghampiriku seolah dia sudah lama sekali menungguku datang. Membuat Astro memelukku lebih erat sebagai sikap defensif yang justru membuat keadaan terasa lebih aneh. Bagaimana pun, Axelle adalah sepupu iparku sekarang. Astro tak seharusnya bersikap seperti itu.     

"Hai, Axe. You look great." ujarku tanpa mengulurkan tangan untuk menjabatnya. Aku harus menghindari sikap berlebihan atau Astro mungkin akan mulai bertingkah.     

"I am." ujar Axelle sambil menatapku intens dan senyum dingin. Nada suaranya secepat seperti saat pertama aku bertemu dengannya. Dengan hanya dua kata yang dia ucapkan, membuatnya terdengar seperti dia sedang tak mengucapkan apapun.     

"You didn't answer my question (Kamu ga jawab pertanyaanku), Axe. What are you doing here (Ngapain kamu di sini)?" Astro bertanya sambil menjentikkan jari tepat di depan wajah Axelle.     

Axelle menoleh untuk menatap Astro, "Aku akui selera kamu bagus waktu milih istri."     

Rahang Astro mengeras dan tangannya mengepal sebelum memukul bahu Axelle dengan keras, "Jangan macem-macem. Aku ga akan peduli walau kamu sepupuku. Kalau kamu berani ganggu istriku, kamu tamat."     

Astaga, apa yang sebetulnya sedang terjadi?     

Aku meraih wajah Astro dan mengecup pipinya, "I love you, Honey."     

Astro menatapku tak percaya dengan rona merah mulai menyebar di wajahnya. Namun aku tersenyum lebar sambil mengecup dahinya, lalu menggenggam tangannya yang sedang memeluk pinggangku sambil mengajaknya menghampiri Ibu.     

Ibu sedang tersenyum melihat tingkah kami. Bukan. Hampir saja tertawa andai saja aku tak lebih dulu menyalami dan mencium tangannya.     

"Ibu sehat?" aku bertanya sambil memeluk Ibu.     

Ibu menepuk punggungku beberapa kali, "Ibu sehat banget. Ibu cuma kangen sama anak perempuan Ibu. Padahal baru kemarin kalian pergi dari rumah ini."     

"Ibu jadi ikut kita pulang ke Surabaya kan?" aku bertanya sambil melepas pelukanku.     

"Jadi. Kita tunggu ayah pulang sebentar lagi ya." ujar Ibu sambil mengelus lenganku.     

"Ayah ikut?"     

"Ikut dong."     

Entah kenapa aku mengingat ucapan Astro saat berkata Ayah dan Ibu mungkin saja akan berbulan madu lagi. Berbulan madu di Surabaya? Yang benar saja?     

Astro melepas pinggangku dan mencium tangan Ibu sebelum memeluk Ibu sedikit lebih lama, "Ibu kangennya sama anak perempuan sekarang. Anak laki-lakinya dilupain."     

Ibu menepuk punggung Astro sedikit lebih keras sambil tertawa, "Apa sih anak ini? Jadi cemburuan begini?"     

"Emang cemburuan banget, Bu. Bikin aku pusing." ujarku setelah duduk di samping Ibu.     

Ibu menggeleng saat Astro melepas pelukannya, "Ngapain kamu cemburu? Udah nikah juga."     

Astro memberi Ibu tatapan sebal sambil menghampiriku dan memelukku dari belakang, "Gimana ga cemburu kalau yang suka sama istriku ada banyak? Anak ini lagi mau ikut-ikutan."     

Aku tahu siapa yang Astro maksudkan. Aku menghela napas sambil mengamit wajahnya dengan kedua tanganku dan memintanya menatapku, "Aku milihnya kamu."     

Entah bagaimana tiba-tiba saja bibir kami bertemu, hingga membuatku terkejut dan malu di saat yang sama. Yang benar saja? Di depan Ibu dan kedua sepupunya?     

Aku mencubit kedua pipinya untuk memaksanya melepas kecupannya. Dia memang melepasku, tapi tersenyum lebar sekali seolah yang dilakukannya sesaat lalu adalah hal yang biasa saja. Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak mengatakan apapun. Aku tak sanggup mengatakan apa-apa. Lagi pula, apa yang harus kukatakan?     

Ibu mencubit pinggang Astro, hingga membuatnya kegelian, "Berani-beraninya mesraan di depan dua jomblo. Kena karma tau rasa kamu."     

Astro tertawa dan memelukku lebih erat, "Salah sendiri kenapa mau jadi jomblo."     

Tatapan mataku bertemu dengan Teana dan Axelle yang sudah duduk tepat di seberangku. Sepertinya wajahku memerah sekarang.     

Aku menepuk lengan Astro yang melingkari bahuku, "Udah, ih. Ga sopan."     

"Fine." ujar Astro sambil mengecup puncak kepalaku. "Kamu masih belum jawab pertanyaanku, Axe. Ngapain kamu di sini?"     

"Mau ketemu istri kamu." ujar Axelle dengan tatapan dingin.     

Aku bisa merasakan lengan Astro memelukku lebih erat. Laki-laki ini benar-benar defensif saat cemburu. Aku mengelus lengannya untuk menenangkan suasana hatinya sambil menatap Axelle, "Ada yang penting banget sampai kamu ke sini? Bukannya kamu jarang keluar?"     

"Lebih tepatnya ini pertama kalinya dia ke rumah ini." ujar Astro.     

Apa yang baru saja kudengar? Yang benar saja? Lalu bagaimana dia akan mengajakku melihat hujan meteor?     

Teana menghela napas, "Alasan dia bisa nyasar ke sini cuma gara-gara makan brownies bikinan kamu. Dia bilang dia mau kamu cariin perempuan yang bisa bikin brownies yang sama. Dia mau ngelamar."     

Aku membutuhkan waktu untuk mencerna apa yang baru saja Teana katakan. Aku memang membuat brownies setelah bercinta dengan Astro tadi pagi dan meminta Pak Deri bertemu Teana di sebuah toko buku karena Pak Deri tak pernah diberitahu tentang alamat mansion selama ini.     

"Kalau kamu punya temen yang bisa bikin brownies yang sama, kenalin aku ke dia. Aku mau dia jadi istriku." ujar Axelle.     

Tiba-tiba saja Astro tertawa, membuatku menepuk lengannya. Namun Astro justru tertawa lebih keras. Sepertinya dia puas sekali.     

Aku menoleh untuk menatap Ibu. Ibu juga sedang menutup mulut untuk menahan tawa.     

Astaga, ada apa dengan mereka semua?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.