Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Point



Point

0"Aku serius." ujar Axelle.     

Aku menatapnya dalam diam dan berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Sepertinya aku mulai mengerti, "Aku ga kenal perempuan lain yang bisa bikin brownies itu selain aku."     

Axelle terlihat kecewa di sela raut wajahnya yang dingin seperti biasanya. Bahkan Teana menoleh padanya dan menepuk bahunya.     

"Aku suka bikin brownies itu karena Bunda dulu sering bikin. Brownies itu namanya chocolate double fugde yang dikasih topping almond sama sea salt. Aku bisa kasih resepnya ke kamu kalau mau, tapi aku ga yakin kalau Bunda dulu pakai resep yang sama soalnya aku cuma eksperimen cari rasa yang mirip."     

Axelle terlihat berpikir lama sekali. Cukup lama hingga aku menyadari Astro sudah benar-benar menghentikan tawa dan justru sedang mengelus pipiku dengan lembut.     

"Sorry, Axe." ujarku saat tak ada seorang pun yang bersuara.     

"Kalau boleh aku mau belajar bikin dari kamu. Gimana kalau aku ikut kalian ke Surabaya?" Axelle bertanya.     

"Apa?!" ujar Astro yang tiba-tiba memekik, membuatku terkejut karena tak pernah mendengarnya seperti itu sebelumnya.     

"Seriously, Axe?" ujar Teana dengan tatapan khawatir.     

"Axelle yakin mau ikut ke Surabaya? Axelle belum pernah pergi jauh dari mansion kan sebelumnya?" Ibu bertanya.     

"Bukannya bagus kalau aku keluar sekali-sekali?" ujar Axelle.     

"Astaga ..." desis Teana yang merebahkan kepala di meja makan dan mengetuk meja dengan jari selama beberapa lama sebelum kembali mengangkat wajah. "Kenapa kembaranku jadi aneh begini cuma gara-gara brownies?"     

Axelle terlihat tersinggung dengan ucapan Teana dan memberinya tatapan tajam, tapi tak mengatakan apapun.     

Aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Aku mendongak untuk menatap Astro. Dia jelas sekali cemburu. Bahkan, sepertinya dia akan menggunakan segala cara untuk menolak Axelle ikut pulang bersama kami jika Axelle memaksa.     

"Axe, aku bisa kasih kamu resepnya. Kamu ga perlu ikut kita pulang ke Surabaya. Astro ga akan biarin kamu ikut." ujarku.     

Axelle menatap Astro dalam diam selama beberapa lama sebelum bicara, "Gimana kalau kamu ajarin aku cara bikinnya sekarang? Sempet kan?"     

"Ga bisa. Kita udah harus berangkat ke bandara setengah jam lagi." ujar Astro.     

"Kalau gitu kamu bisa ajarin aku bikin kalau kalian pulang lagi."     

"Sorry, Axe. Itu juga ga bisa. Aku udah janji mau nginep di rumah Opa kalau aku pulang lagi." ujarku.     

Axelle terlihat berpikir keras, "Kalau kita streaming video call, kamu bisa kan? Aku bisa kasih kamu nomorku."     

"Aku ga akan ijinin kamu video call sama istriku." ujar Astro.     

"Rrghh, trus aku harus gimana? Aku ga masalah kamu ga gaji aku sebulan asal aku bisa belajar bikin brownies itu." ujar Axelle dengan tatapan tajam.     

"Aku bisa kasih resepnya, Axe. Kamu bisa minta Ray bikinin." ujarku.     

"Aku mau belajar bikin sendiri kalau emang ga ada perempuan lain yang bisa bikin."     

"Aku bisa ngajarin kalau kamu mau." ujar Astro.     

"Seriously?"     

"Tapi bulan depan kalau kita ke sini lagi." ujar Astro dengan senyum kemenangan di bibirnya.     

"Bulan depan lama banget. Aku bahkan bela-belain dateng ke sini buat ketemu Faza hari ini."     

"Siapa suruh kamu dateng? Kamu kan bisa chat aku dulu. Okay, it's a good thing you want to go out (hal bagus kamu mau main keluar), tapi kalau mau ketemu istriku kamu harus ijin sama aku dulu."     

Kemudian hening di antara kami.     

Aku mengelus lengan Astro yang masih memelukku, "Astro bener, Axe. Aku seneng kamu mau keluar mansion buat ketemu aku, tapi kamu bisa chat Astro dulu sebelumnya. Mm, sebenernya aku bisa ngajarin kamu lewat video call minggu ini, kalau Astro ada di rumah. Ya kan, Honey?"     

Astro menggumam dengan enggan, tapi aku mencubit lengannya untuk memaksanya menyetujui ideku.     

"Axe?" tiba-tiba Ayah datang dan menatap Axelle dengan tatapan tak percaya. "Tumben kamu ke rumah? Ada apa?"     

Ibu bangkit menghampiri Ayah dan mencium tangannya, "Axelle mau nemuin Faza."     

Ayah menatap Ibu dengan tatapan bingung. Ibu hanya mengangkat bahu dan tak mengatakan apapun.     

"Axelle mau minta dicariin calon istri yang bisa bikin brownies kayak Faza, tapi gagal. Sekarang lagi ngerayu buat diajarin bikin brownies." ujar Teana dengan tatapan memelas. Sepertinya dia lelah dengan semua percakapan ini.     

"Brownies?" Ayah bertanya sambil menatap ke arahku.     

Aku mengangkat bahu sebelum menyalami Ayah dan mencium tangannya, "Faza bikin brownies buat Axe tadi pagi. Faza ga nyangka kalau Axe suka sampai ... begitu."     

Ayah tersenyum lebar sekali sambil duduk di sebelahku dan menatap Axelle penuh minat, "Bener begitu?"     

Axelle hanya mengangguk. Tatapannya masih dingin seperti biasanya, tapi aku bisa melihat sedikit rona merah menyebar di wajahnya.     

Astro menyalami Ayah dan mencium tangannya sebelum kembali memelukku erat. Dia bahkan mengecup puncak kepalaku dan tak melepasnya.     

"Gimana, Honey? Boleh?" aku bertanya sambil mendongak dan mengelus wajahnya.     

"Okay, minggu ini aku video call. Nanti aku kabarin jam berapa." ujar Astro pada akhirnya.     

Axelle tersenyum sedikit lebih lebar dari biasanya walau masih terlihat dingin, "Ajarin aku sampai berhasil."     

"Fine."     

Teana menutup wajah dengan kedua tangan, "Astaga."     

Sepertinya aku bisa mengerti. Axelle selama ini tak pernah berminat bertemu siapapun. Dia bahkan hanya keluar dari kamar di waktu-waktu tertentu. Melihat Axelle berada di rumah ini hanya untuk menemuiku memang terasa sulit untuk dipercaya.     

"Okay, jadi masalahnya selesai ya. Kalau Axelle mau minta Tante cariin calon istri, nanti Tante bantu." ujar Ibu.     

"Ga perlu, Tante. Aku bisa bikin brownies sendiri minggu depan." ujar Axelle.     

Teana membuka tangan yang menutupi wajahnya dan menatap Axelle dengan tatapan putus asa, "Bagus kamu ga kepikiran mau rebut Faza. Aku udah khawatir banget."     

Axelle menatapnya dengan dingin, "Cari masalah kalau aku coba rebut Faza. Aku bisa dibuang ke Bermuda sama kakek dan ga akan dianggep cucu sama sekali."     

"Aku pikir kamu ga pernah mikirin hal-hal semacem itu."     

"Kamu mana tau apa aja yang aku pikirin? Aku kan di kamar terus."     

"That's the point, isn't it (Itu poinnya kan)?"     

Melihat kedua saudara kembar berdebat seperti ini entah kenapa membuatku menyadari mereka benar-benar pernah berada di rahim yang sama.     

"Mumpung Axe di sini, kenapa ga ikut aja ke Surabaya biar bisa belajar bikin brownies langsung sama Faza? Udah ga masalah ketemu orang baru kan kalau kita ke Surabaya naik pesawat?" ujar Ayah tiba-tiba.     

"Astro ga akan ngijinin Axe ikut pulang ke Surabaya." ujar Astro dengan panik.     

Mungkin mereka akan mulai berdebat lagi. Sepertinya kepalaku berdenyut sekarang.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.