Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Chat



Chat

1"Kayaknya ayah sama ibu tau aku mau cari tau tentang bunda." ujarku saat Astro membantuku mengeringkan rambutku yang basah.     

"It's okay. Ayah sama ibu ga akan bilang ke opa. Mungkin nanti kalau kamu butuh bantuan, ayah sama ibu mau bantu."     

Begitukah? Tapi bagaimana dengan opa?     

Jika ayah dan ibu bisa menebak niatku dengan mudah, bukankah opa juga akan bisa menebaknya juga? Kenapa tiba-tiba aku merasa gelisah?     

Aku membalik tubuhku menghadap ke arah Astro dan memeluknya. Dadanya masih telanjang setelah kami mandi bersama beberapa saat lalu.     

"Kamu takut?" Astro bertanya sambil terus mengurai rambutku dengan sebelah tangan dan mengeringkannya dengan hairdryer di tangan yang lain.     

Aku menggeleng, "Aku ga takut. Aku cuma ... khawatir opa juga bisa nebak kita mau ngapain."     

Lalu hening.     

"Selama ini kita selalu usaha bikin opa ga terlalu punya beban pikiran karena khawatir sama kesehatan opa." ujarku untuk menghilangkan sepi.     

Astro mematikan hairdryer dan meletakkannya di meja rias sebelum mengamit wajahku untuk memintaku menatapnya, "Opa ga selemah itu, kamu tau?"     

Aku menatapnya dalam diam. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa aku bodoh sekali.     

"Skandalku sama Cokro, isu hamilnya Dissa, juga kasus sama Zenatta. Itu semua bisa bikin penyakit opa kambuh kalau opa lemah." ujarnya     

Aku tahu dia benar. Tapi ...     

Aku menghela napas, "Tapi mungkin akan beda efeknya kalau kita nyari bunda. Bunda kan anak satu-satunya. Kamu ..."     

Aku menelan kalimat yang baru saja akan kulontarkan padanya. Aku tak ingin membuatnya tersinggung.     

"Aku cuma menantu?" Astro bertanya.     

Aah....     

Aku menatapnya dengan bimbang. Aku tahu dia mengerti dengan jelas maksudku. Aku hanya tak sanggup mengatakannya.     

Astro mengangkat tubuhku dan menurunkanku di tempat tidur. Lalu duduk tepat di sebelahku dan memberi isyarat padaku untuk duduk di pangkuannya.     

Aku duduk di pangkuannya, menghadap padanya dan melingkarkan kakiku di pinggangnya. Aku meraih wajahnya dengan kedua tanganku sambil mengecup bibirnya saat dia menyusupkan tangannya ke dalam lingerie dan memelukku erat.     

"Aku ga mau bikin mood kamu jelek." ujarku dengan tatapan khawatir.     

"Aku cukup tau diri. Aku emang cuma menantu. Bahkan mungkin bukan menantu yang opa mau."     

Aku menghela napas, "Jangn bilang begitu. Kalau opa ga nerima kamu, ga mungkin opa ngajarin kamu banyak hal. Opa ga mungkin biarin kamu bertahun-tahun deket sama aku. Lagian, kamu lupa kita udah dijodohin dari dulu?"     

"Opa lakuin itu sebelum ketemu Zen."     

"Tapi ga ada yang lebih baik dari kamu. Aku milihnya kamu." ujarku lirih.     

Astro menatapku lama sebelum bicara, "Aku tetep mikir andai opa ketemu Zen lebih dulu, kamu pasti dipercayain ke Zen."     

"Tapi yang jadi suamiku sekarang kamu dan kamu segalanya buatku." ujarku sambil mengelus rambutnya dan mencoba tersenyum.     

Entah bagaimana, tapi tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh ke dasar perutku saat aku menyadari tatapannya padaku adalah tatapan kekecewaan dan ragu-ragu. Aku tak pernah menyangka Astro memikirkannya sedalam itu.     

Tak mengherankan bila dia selalu cemburu pada Zen bahkan setelah kami menikah. Terlebih, aku justru membuat kesepakatan dengan Donny yang mengharuskanku bekerja bersama Zen satu setengah tahun ke depan. Kurasa aku harus lebih menjaga sikapku mulai saat ini.     

Astro memeluk tubuhku lebih erat dan menyandarkan kepalanya di bahuku, "I'm sorry, Honey."     

"It's okay. Aku ga pernah keberatan kamu ngeluh sama aku."     

Aku bisa merasakan napasnya yang hangat di bahuku. Aku tahu dia sedang mencoba menenangkan dirinya sendiri. Kurasa aku akan memberinya waktu yang dia butuhkan, selama mungkin.     

"I love you, Astro Abhiyoga."     

"I love you, Mafaza Marzia."     

Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Aku memeluknya lebih erat dan mengelus rambutnya, aroma green tea menguar dan membelai hidungku. Aroma yang sama yang membuatku menyadari perasaanku padanya. Aku hanya masih berusaha menyangkal perasaanku saat itu.     

Astro mengecup bahuku sebelum melonggarkan pelukannya dan menatapku, "Kamu percaya sama aku?"     

Aku mengangguk, "I trust you."     

Hal paling bodoh yang kulakukan selama mengenalnya adalah menolak untuk mempercayainya saat kasusnya dengan Dissa mencuat. Aku akan memastikan aku tak akan mengulangi kebodohanku lagi.      

Lagi pula hanya dia satu-satunya laki-laki yang bisa menyelesaikan berbagai hal dengan baik. Segala pekerjaannya, semua kasus yang dia hadapi, juga semua masalahku. Dia selalu mengusahakan yang terbaik untuk menyelesaikannya.     

"Thank you." ujarnya dengan tatapan lembut dan mantap.     

Aku tersenyum manis sambil mengelus wajahnya, "My pleasure."     

Astro mengamit tanganku dan mengecupnya, "Udah malem. Kita harus istirahat."     

Aku menggumam mengiyakan dan tak mengatakan apapun.     

"Tapi nanti aku bangun buat kerja kayak biasa. Kerjaanku banyak karena seharian ga sempet aku pegang. Kamu tidur aja ya."     

Sebetulnya aku ingin menemaninya saat dia bekerja, tapi aku harus mengakui tubuhku memang terasa lelah. Lagi pula aku memiliki lebih banyak waktu dibandingkan dengannya. Aku bisa menyelesaikan semua pekerjaanku esok hari.     

"Tapi kalau nanti aku kebangun, aku temenin ya." ujarku pada akhirnya.     

Astro mengangguk, "Jangan terlalu maksain diri. Aku ga mau kamu cepet tua gara-gara begadang terus."     

Aku mencubit pipinya, "Kamu yang akan jadi kakek-kakek duluan dibanding aku karena kamu selalu begadang. Dasar Tuan Gila Kerja."     

Astro tertawa, "Aku kan laki-laki. Aku tetep sexy kok walau udah jadi kakek-kakek."     

"Kalau gitu nanti aku jadi nenek-nenek sexy. Emang kamu aja yang tetep bisa sexy?"     

"Dasar ga mau kalah." ujarnya disela tawanya.     

Laki-laki ini benar-benar membuatku jatuh cinta. Baru saja dia mengeluh, tapi suasana hatinya bisa berubah dengan begitu mudah. Coba lihat ekspresi tawanya.     

Aah bukan..     

Apapun ekspresinya dia memang selalu terlihat tampan sekali. Bagaimana mungkin ada perempuan yang bisa mengabaikannya?     

Tunggu sebentar....     

"Kamu masih terima ajakan kencan?" aku bertanya.     

Astro menghentikan tawanya tiba-tiba dan memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Menurut kamu?"     

"Aku kan nanya."     

Astro menatapku lama sebelum meraih handphonenya di meja kecil di sebelah tempat tidur kami. Dia membuka kunci dengan sidik jarinya dan menyodorkan handphonenya padaku.     

Aku menjelajah di aplikasi pesannya dan meneliti semua pesannya satu per satu. Tebakanku tepat sekali. Aku melempar handphonenya sembarangan di tempat tidur, membuatnya berteriak untuk memprotes tindakanku. Kurasa aku akan mengabaikannya.     

Aku meraih wajahnya dan mencumbu bibirnya lama sekali, hingga aku merasa puas. Aku tahu aku cemburu.     

"Bukannya kita mau istirahat?" dia bertaya sambil berusaha mengatur napas saat aku melepasnya.     

"Istirahatnya nanti kalau aku udah selesai balesin semua chat perempuan di hape kamu." ujarku sambil mengambil handphonenya yang kulempar sembarangan sesaat lalu.     

Astro tersenyum lebar sekali dan menggigit sedikit ujung bibirnya. Senyum kemenangan yang selalu terlihat menyebalkan. Kurasa aku akan mengakuinya.     

"Iya, aku cemburu. Puas?"     

Astro mengelus punggungku dan memelukku lebih erat, "Aku kerja sekarang aja, sambil kamu balesin chat mereka. Moodku lagi bagus banget. Gimana?"     

Dia benar-benar menyebalkan.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.