Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Gang



Gang

1Aku : Kakak bisa berangkat ke sini jumat atau sabtu ya. Aku udah nemu kost buat Kakak     

Bara : Baik, Non. Makasih banyak     

Aku baru saja menerima telpon dari Lyra beberapa saat lalu, yang mengatakan bahwa dia sudah menemukan tempat kost untuk Bara. Tempat kos yang berada tak jauh dari tempat kos untuk Putri, hanya berbeda beberapa gang saja.     

Aku meletakkan handphone dan mengetik di laptop yang kuletakkan di sofa. Aku sedang bekerja dengan Zen. Kami sedang memilih warna untuk dua seri meubel keluaran terbaru untuk Donny.     

Aku : Ini aja. Ini lebih kuat image hutannya (mengirimkan dua desain meubel berwarna merah bata dan dongker, juga hijau tua dan coklat muda)     

Zen : Okay     

Aku : Kamu udah milih mau pakai warna apa buat seri olahraganya?     

Zen : Udah. Gimana menurut kamu? (mengirimkan tiga desain meubel pilihannya)     

Aku : Bagus, aku suka     

Zen : Fix ya? Aku kirim ke Donny     

Aku : Fix. Nanti kabarin aku. Kalau dia minta revisi aku bisa langsung kerjain     

Zen : Okay     

Aku baru saja akan melepas earphone sebelum bangkit ke dapur untuk mengisi cangkirku yang kosong saat ada pesan lain di laptop.     

Zen : Cuma mau bilang, weekend nanti aku ke rumah mau main catur sama opa     

Aku : Okay     

Zen : Kamu sewa orang buat bersihin makam keluarga kamu?     

Aku memang sudah diberi tahu bahwa pak Deri sudah menemukan orang yang bersedia mengurus makam keluargaku mulai hari ini, tapi aku belum tahu siapa dia. Namun bagaimana Zen bisa tahu?      

Aku : Kok kamu tau?     

Zen : Tadi aku ke sana. Aku pikir pegawai makam yang baru. Dia bilang dia diminta jaga makam sama pak Deri     

Aku : Ngapain kamu ke makam? Seingetku aku ga pernah ngajakin kamu ke sana     

Zen : Opa minta tolong aku ke sana karena mikir kamu udah jarang dateng. Sorry aku ga bilang kamu dulu     

Aku : Kapan opa minta tolong?     

Zen : Waktu aku nemenin opa main catur abis kamu nikah. Aku nyanggupin karena aku pikir opa udah ngasih tau kamu dulu     

Aku : Opa ga bilang apa-apa     

Aku : Aku ga masalah kok kamu ke makam, tapi kabarin aku dulu ya     

Zen : Okay. Sorry, Za. Aku sama sekali ga tau opa ga ngomong ke kamu dulu     

Aku : Ga pa-pa, aku bisa nanya opa nanti     

Zen : Kamu udah ambil titipan dari kak Liana?     

Aku : Belum, Zen. Aku ga ke rumah opa abis dari pengadilan. Nanti aku minta opa kirimin ke sini deh     

Zen : Kabarin kak Liana kalau kamu udah terima titipannya ya     

Aku : Okay     

Zen : Kamu udah makan?     

Seseorang melepas earphone di telingaku dan berbisik, "Kamu udah makan?"     

Aku hampir saja memukulnya saat dia memeluk dan mengecup tengkukku, tapi aku membatalkannya karena aku mencium aroma tubuh Astro menguar darinya. Aku terlalu fokus sampai tak menyadari dia sudah berada di belakangku.     

Aku mengelus rambutnya untuk meredam rasa cemburunya. Akan lebih baik jika aku menenangkannya lebih dulu. Dia pasti sudah membaca pesanku dengan Zen.     

"Kamu ngagetin. Untung aku ga mukul kamu tadi." ujarku.     

"Aku lagi pengen mukul orang sekarang."     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Aku melonggarkan pelukan kami dan bangkit. Aku melepas ransel dari bahunya dan meletakkannya di sofa, lalu menyalami dan mencium tangannya.     

"Aku udah makan. Kamu udah?" aku bertanya sambil memeluk bahunya.     

Astro menatapku dengan tatapan tajam dan tak mengatakan apapun. Walau dia memelukku, tapi terasa betapa dia ingin segera melepasku.     

Aku mempererat pelukanku dan mengecup tengkuknya, "I love you, Honey."     

Astro hanya menggumam. Sepertinya memang lebih baik jika aku membiarkannya sendiri untuk mengelola perasaannya, maka aku melepas pelukanku. Astro berlalu dengan langkah cepat dan panjang. Aku tahu ke mana dia akan pergi.     

Aku kembali duduk di sofa sambil menatap punggungnya yang menjauh. Dia benar-benar harus mengelola rasa cemburunya.     

Aku menatapi layar laptopku dalam diam. Sudah ada pesan baru dari Zen.     

Zen : Kita break dulu ya. Harusnya Astro udah pulang sekarang     

Dia pasti hafal dengan kebiasaanku hingga tahu kapan waktunya Astro pulang. Entah kenapa ini terasa mengganggu.     

Aku : Okay. Kita lanjut nanti malem     

Zen : Salam buat Astro     

Yang benar saja? Aku tak akan menyampaikan salam darinya atau Astro mungkin akan kehilangan kendali dirinya.     

Aku menyimpan semua pekerjaanku dan menutup semua bar, lalu memutus sambungan wifi dan mematikan laptopku. Sepertinya aku akan menyarankan jam kerja lain pada Zen. Aku tak ingin kebiasaanku dengan Astro diketahui. Zen bukanlah orang bodoh. Dia bisa saja memanfaatkan informasi apapun yang dia dapatkan.     

Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat saat dia membeli lavender di toko bunga. Aku tak pernah menanyakannya padanya. Haruskah aku bertanya?     

Aku menghela napas sambil beranjak ke dapur. Aku menuang coklat panas yang sudah kubuat sebelum Astro pulang ke dua cangkir dan memindahkan beberapa potong brownies ke piring, lalu memindahkan semuanya ke nampan dan membawanya bersamaku ke ruang olahraga.     

Dugaanku tepat sekali. Astro sedang memukul samsak dengan dada telanjang. Dia melepas sepatu, jaket, juga kaosnya dan meletakkannya sembarangan.     

Aku meletakkan nampan di meja pendek tepat di samping jendela sebelum membereskan semua barang-barangnya. Lalu menghampirinya dan mengelus lengannya.     

Astro menoleh dan menatapku dengan napas masih memburu, tapi aku tahu dia lelah. Aku meraih pinggangnya dan memeluknya erat. Aku tak berniat mengatakan apapun, aku hanya ingin dia tahu aku memang miliknya.     

Astro menegadahkan kepalanya dan berteriak dengan geram, "AAARRGHH!!"     

Aku bisa merasakan detakan jantungnya yang kencang. Keringatnya menempel di tubuhku dan meninggalkan sensasi lengket, tapi aku akan mengabaikannya. Astro menarik napas panjang dan mendekap kepalaku. Dia mengecup dahiku lama sekali.      

"Cukup?" aku bertanya dengan suara lirih. Aku tak ingin membuatnya terburu-buru. Dia boleh memelukku dalam diam selama apapun yang dia butuhkan.     

Astro hanya menggumam mengiyakan sambil melonggarkan pelukannya. Dia menatapku dengan tatapan yang jauh lebih lembut.     

Aku mengamit tangannya dan mengajaknya duduk di tatami di samping jendela, lalu menyodorkan secangkir coklat panas untuknya. Dia menerimanya dan meminum beberapa tegukan sebelum meletakkannya ke meja.     

Astro meraih tanganku dan menggenggamnya, "Pak Deri telat ngasih nomor pak Ilham tadi. Mungkin Zen dateng sebelum aku nelpon."     

Aku mengelus jarinya perlahan, "It's okay. Feeling better (Ngerasa lebih baik)?"     

Astro mengangguk dan mengecup jariku dengan lembut, tepat di cincin pernikahan kami. Lalu mengelus cincin itu perlahan.     

"Abisin coklatnya. Kerjaan kamu banyak kan?"     

"Aku mandi dulu ya. Kamu mau nemenin?"     

Aku menatapnya dalam diam selama beberapa lama sebelum mengangguk. Akan lebih baik jika suasana hatinya berubah lebih baik sebelum dia memulai mengerjakan semua pekerjaan dan dedlinenya. Aku sudah menyadari betapa suasana hatinya yang buruk akan membuat segalanya tertunda.     

"Tadi pak Ilham bilang ada orang lain yang dateng bareng Zen." ujar Astro sambil mengamit sepotong brownies dan menggigitnya.     

"Siapa?"     

Astro menaikkan bahu, "Perempuan paruh baya."     

Entah kenapa jantungku berdetak kencang. Tak mungkin bundaku, bukan?     

"Jangan terlalu cepet ambil kesimpulan, Honey. Bisa aja mamanya Zen. Aku udah minta pak Ilham ambil foto kalau dia dateng lagi." ujarnya seolah mengerti kegelisahanku.     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.