Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kompensasi



Kompensasi

2Astro menyuapiku berbagai makanan sebagai kompensasi karena aku tak menuruti sarannya untuk beristirahat. Dia berkata akan melakukannya hingga berat badanku bertambah tiga kilo.     

"Jangan protes." ujarnya sambil menyodorkan sepotong pisang panggang yang masih hangat.     

Aku menerimanya sambil memberinya tatapan sebal, "Aku udah kenyang."     

Aku mengatakannya dengan jujur. Sejak pulang kuliah dia menempel padaku dan menyodorkan segala makanan yang ada di rumah ini. Andai aku tidak menyadari bahwa ini adalah salah satu bentuk perhatiannya padaku, aku pasti sudah menolaknya.     

Astro memberiku tatapan tajam dan menyodorkan sepotong pisang panggang lagi. Kurasa aku harus menerimanya walau aku merasa sebal padahal aku sudah menghindar dan memilih untuk bekerja di tempat tidur.     

"Aku bilang jangan protes. Aku bikin ini pakai cinta, kamu tau? Laki-laki lain mana mau masak buat istrinya. Yang bisa masak aja bisa dihitung pakai jari."     

Aku tahu dia benar. Aku mencoba tersenyum manis sebelum mengalihkan tatapanku kembali ke laptop. Email dari pak Simon masih terpampang di layar menunggu untuk kuperiksa.     

Tunggu sebentar.     

Pak Simon sudah bekerja untuk ayahku hampir seumur hidupku. Mungkin aku bisa bertanya padanya tentang bagaimana ayah memulai membangun coffe shop itu dulu. Aku membuka bar percakapan dengannya dan mengetikkan pesan.     

Aku : Malam, Pak     

Pak Simon : Malam, Non. Ada yang bisa saya bantu?     

Aku : Cuma mau ngobrol sebentar aja. Bisa?     

Pak Simon : Bisa, Non     

Aku : Bapak kerja buat ayah dari awal ayah ngerintis gerai kopi kan. Aku mau nanya sedikit     

Pak Simon : Saya baru kerja buat bapak (ayah) setelah bapak buka cabang ketiga, tapi saya bisa bantu jawab yang saya tau     

Astro menyentuh lenganku dan menyodorkan sepotong pisang panggang lainnya. Kurasa aku tak akan repot-repot memprotesnya lagi. Aku akan tetap harus menerimanya walau aku berusaha menolak.     

Aku : Bapak pernah ketemu opa sebelum opa minta bapak ke rumah delapan tahun lalu?     

Pak Simon : Maksud Non Faza, abis kecelakaan?     

Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Bayangan arus sungai itu hampir saja membuatku menutup mata, tapi jariku bergetar. Aku mengusap kedua telapak tanganku untuk menghilangkan getarannya, juga untuk membantuku menenangkan perasaanku.     

Astro memelukku erat dari belakang dan melingkarkan kedua kakinya di tubuhku. Sepertinya dia menyadari jariku bergetar sesaat lalu.     

Aku mengelus pipinya perlahan, "I'm okay."     

Astro hanya menggumam dan mengecup tengkukku. Dia tak mengatakan apapun dan terus menahan kecupannya sambil mengelus lenganku.     

Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan sebelum membalas pesan dari pak Simon. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya padanya sekarang.     

Aku : Iya. Bapak pernah ketemu opa sebelum itu?     

Pak Simon : Saya baru ketemu tuan (opa) setelah bapak kecelakaan, tapi saya pernah ketemu pak Bruce tiga kali sebelumnya. Saya kaget tenyata pak Bruce masih kerja jadi sekretaris tuan sampai sekarang     

"Pak Bruce?" Astro bertanya dengan terkejut.     

"I have no idea." ujarku karena aku pun merasakan keterkejutan yang sama, bahkan jariku sedang mengambang di atas keyboard tanpa tahu harus mengetik apa.     

Aku baru mengenal pas Bruce saat dia menjadi sekretaris opa yang membantuku mengurusi segala hal yang berhubungan dengan semua cabang toko kain berbulan bulan yang lalu. Aku hanya tahu dia adalah teman lama opa. Aku tak tahu informasi yang lainnya.     

Saat di resepsi aku memang sempat melihat pak Bruce dan pak Simon berbincang, tapi aku tak berpikir lebih mengenai hal itu. Aku bahkan tak berpikir apapun yang aneh mengenai mereka.     

Aku : Dulu pak Bruce nemuin bapak kenapa?     

Pak Simon : Yang pertama kali karena saya gantiin bapak ngasih laporan tahunan. Yang kedua ketemu bareng bapak waktu mau buka empat cabang di waktu yang sama     

Pak Simon : Saya ketemu yang ketiga kali waktu Nona kecelakaan. Pak Bruce yang ngabarin ke saya semuanya     

Astro melepas pelukannya dan melompat turun dari tempat tidur sebelum mengedarkan pandangannya ke sekeliling, "Kamu liat hapeku?"     

Aku menatapnya dengan bingung dan menaikkan bahu, "Di dapur?"     

Astro segera berlari keluar kamar dengan panik. Baru kali ini aku melihatnya lupa menaruh barang. Mungkin dia begitu terkejut hingga melupakannya.     

Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Jika benar semua yang dikatakan pak Simon, kemungkinan yang terjadi hanya ada satu. Pak Bruce adalah mata-mata yang bekerja untuk opa seperti Kyle.     

Walau Kyle adalah mata-mata, tapi dia mengerjakan banyak pekerjaan untukku dan Astro. Termasuk berpura-pura menjadi orang lain. Bahkan aku mulai curiga Kyle bukanlah nama aslinya.     

Aku mendengar suara derap langkah kaki menaiki tangga, lalu Astro muncul dengan napas pendek. Dia sedang mengetik sesuatu di handphonenya.     

"Ibu ga mau angkat telponku. Aku lupa ibu minta aku ga ganggu sampai hari minggu." ujarnya sambil melompat naik ke tempat tidur dan duduk di belakangku.     

Astro memperlihatkan layar handphonenya sambil memelukku erat dan berusaha mengatur napasnya. Dia masih terus mengetikkan pesan untuk ibunya.     

Astro : Ibu ketemu pak Bruce di resepsi kan? Ibu tau dia sekretaris baru opa yang bantuin Faza ngurusin toko kain?     

Astro : Please, Astro ga akan ganggu kalau ini ga penting     

Astro : Nanti Astro bikinin Ibu tiara juga kayak Faza. Ibu boleh pilih mau pakai mutiara atau batu mulia apapun     

Ibu : Bawel ya anak ini     

Ibu : Iya Ibu kenalan di resepsi. Katanya baru jadi sekretaris opa waktu kalian mau nikah. Kenapa sih?     

Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam. Kami saling mengukur pemahaman kami masing-masing. Aku tahu kami berdua sama-sama terkejut karena ternyata ada hal tentang opa yang tidak diketahui keluarganya.     

"Kakek Arya pasti tau kan?" aku bertanya.     

Astro baru saja akan menelepon kakek saat aku menahan lengannya, "Kenapa?"     

"Jangan sekarang. Kita pasti dicurigai."     

Astro menatapku dalam diam selama beberapa saat sebelum mengangguk. Ternyata dia juga bisa kehilangan kendali pikirannya.     

Aku mengelus lengannya, "Kita harus hati-hati. Ayah sama ibu pasti udah tau kita mau cari tau soal bunda. Jangan sampai kita ketauan mau cari tau soal opa juga."     

"Okay."     

"Bales chat ibu dulu. Hati-hati jangan sampai ibu tau."     

Astro mengangguk dan kembali membuka percakapan dengan ibunya. Detakan jantungnya di punggungku terasa kencang sekarang, membuatku meraih wajahnya dan mengecup bibirnya.     

Astro : Ga pa-pa, menurut Ibu dia gimana?     

Ibu : Dia profesional. Kamu harus hati-hati sama dia     

Ibu : Ini Ayah     

Ibu : Ayah ngerasa kayak lagi ngobrol sama Kyle. Kasih tau Faza juga     

Ibu : Apapun yang lagi kalian coba cari tau, kalian harus hati-hati. Semua orang di sekitar opa bukan orang sembarangan     

Ibu : Asal kalian tau aja, rumah opa itu rumah persembunyian. Opa punya rumah lain di Magelang, ga jauh dari perusahaan senjata. Semua kolega bisnis opa biasanya ke sana     

Kurasa itu menjelaskan kenapa opa bisa menyembunyikanku dengan mudah selama bertahun-tahun. Juga menjelaskan kenapa tak pernah ada arisan atau kegiatan apapun yang lain di rumah opa yang selama ini kutinggali.     

=======     

Gong Xi Fa Cai     

May you have a prosperous New Year     

Selamat Tahun Baru Imlek     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.