Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bantuan



Bantuan

1Astro memintaku memikirkan rencanaku dengan matang sebelum benar-benar menggunakan satu-satunya permintaanku pada kakek Arya. Aku tahu semalam aku memang sedang terlalu terburu-buru saat mengemukakan pendapatku padanya.     

Astro bahkan membiarkanku menatap ke luar jendela kamar kami selama berjam-jam untuk menenangkan diri, sedangkan dia melanjutkan pekerjaannya dengan tim robot ekspedisi bawah lautnya. Kami baru tidur lewat tengah malam setelah aku menyerah karena terlalu frustasi memikirkan apa yang akan kuputuskan. Tidurku bahkan tak nyenyak dan terbangun dengan mimpi arus itu lagi.     

Aku tahu Astro mengkhawatirkanku. Dia hanya tak sanggup menemaniku hari ini karena ada jam kuliah tak bisa dia tinggalkan. Aku pun tak bisa memaksanya tinggal, aku harus bisa mengelola perasaanku sendiri saat ini.     

Entah berapa kali aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diriku sendiri. Juga entah berapa kali jariku bergetar tanpa peringatan, hingga aku hampir mengutuk diriku sendiri karena berpikir berlebihan di saat yang tidak tepat.     

Berbagai pekerjaanku hampir terbengkalai karena aku terlalu memikirkan segalanya tanpa arah. Aku bahkan hampir membakar tanganku sendiri karena melamun saat ingin membuat coklat panas.     

Sekarang aku sedang berkoordinasi dengan Sari. Aku memberinya semua arahan yang dia butuhkan untuk menggantikan Putri karena Putri sedang sibuk mengerjakan pesanan custom snowball glass sebelum pindah untuk bekerja bersamaku di sini.     

Sari : Coba cek jadwal yang aku bikin. Kalau kamu setuju nanti aku kerja sesuai jadwal itu. Aku belum biasa ngerjain kerjaan Putri. Mungkin aku agak lelet, tapi aku usahain semampuku     

Aku : Okay. Ga masalah kok. Pelan-pelan nanti kamu biasa ngerjainnya     

Aku : Kamu belum masukin jadwal update stok sama ambil bahan di suplier. Jangan sampai lupa soal itu atau kamu ga akan bisa produksi     

Sari : Oh iya, maaf aku lupa. Vinny sama Gon tetep megang kerjaan mereka sebelum ini kan?     

Aku : Sementara iya. Nanti aku kasih mereka kerjaan tambahan kalau mereka udah sanggup. Kamu juga harus kasih perkembangan skill mereka ke aku. Mungkin aku akan buka cabang baru     

Sari : Berarti mulai hari ini aku yang kirim laporan ke kamu ya     

Aku : Iya. Kalau kamu bingung kamu bisa tanya Putri mumpung dia masih ada di sana     

Sari : Okay, ada lagi yang lain?     

Aku : Sementara itu dulu. Buka tutup toko di jam normal aja. Jangan kayak Putri tutup toko kemaleman terus. Kamu kan ga tinggal di ruko     

Sari : Okay, aku lanjut ngerjain pesenan custom cincin dulu ya     

Aku : Okay     

Aku menutup bar percakapanku dengan Sari dan membuka pesan dari Zen. Aku bahkan lupa aku ingin memintanya mengganti jam kerja kami.     

Aku : Gimana kalau kita ganti jam kerja jadi jam setengah sembilan malem?     

Zen : Aku ga bisa di jam itu. Aku punya proyek buka cabang kafe baru     

Aku : Kamu bisa jam berapa? Yang penting jangan jam ini     

Zen : Di atas jam sepuluh aku bisa, tapi kamu pasti sibuk     

Aku menatap layar laptop dengan gamang. Aku memang masih bekerja di jam itu, tapi Astro mungkin akan cemburu jika aku masih bekerja dengan Zen di jam selarut itu.     

Aku : Gimana kalau jam tujuh malem?     

Zen : Kenapa kamu minta ganti jam? Kamu kan ga kuliah     

Aku : Aku lumayan sibuk di jam ini     

Zen : Sorry, aku lupa kamu harus ngelayanin suami, tapi harusnya Astro baru pulang setengah jam lagi kan?     

Sial, dia benar. Aku justru ingin mengubah jam kerja kami karena dia sudah mengetahui jadwal Astro. Aku tak ingin dia memanfaatkannya.     

Aku : Jam tujuh malem, bisa?     

Zen : Kamu pinter ngehindar ya sekarang. Okay kalau kamu mau jam itu, tapi aku cuma bisa sampai jam sembilan     

Aku : Aku ga masalah. Kita lanjut di jam itu ya     

Zen : Okay     

Aku : Thank you Zen     

Aku tahu Zen membaca pesanku, tapi tidak membalasnya. Entah kenapa jariku mengetik pertanyaan tentang lavender yang dia beli beberapa bulan lalu, tapi aku segera menghapusnya. Aku tak ingin dianggap terlalu ingin tahu.     

Aku menarik napas dan menghebuskannya perlahan, lalu menutup bar percakapanku dengan Zen. Aku baru saja akan membuka email dari pak Simon saat handphoneku bergetar. Ada panggilan video call dari Astro.     

"How was your day (Gimana hari kamu), Honey?"     

"Better, I guess (Lebih baik, kayaknya). Kamu belum pulang?"     

"Erm, aku telat pulang ya. Aku daftar jadi peserta lomba robotik dan ini baru mau briefing. Mungkin aku baru bisa pulang satu jam atau satu setengah jam lagi. Kamu udah makan?"     

Aku menatapnya dalam diam sebelum bicara, "Aku udah makan. Kamu udah?"     

"Nanti aku makan kalau briefingnya udah selesai. Mau nitip sesuatu?"     

Aku menggeleng dan mencoba tersenyum, "Aku ga pengen apa-apa. Nanti kabarin kalau kamu pulang ya."     

Astro menatapku ragu-ragu, "Kamu masih mikirin obrolan kita semalem?"     

Aku mengangguk, "Tapi udah ga pa-pa kok. Nanti aku pikirin lagi kapan mau minta tolong sama kakek. Aku ga mau buru-buru ambil keputusan."     

"Okay, nanti kita bahas lagi kalau aku pulang ya. Aku briefing dulu. I love you, Honey."     

"I love you too."     

"Aku tutup ya."     

Aku hanya mengangguk sebelum Astro memutuskan sambungan video call kami. Aku menghela napas pelan, aku baru saja berbohong padanya. Aku belum makan siang karena menunggunya pulang. Terasa aneh untukku makan siang tanpanya, tapi kurasa aku harus memaksa diri beranjak ke dapur dan makan seorang diri. Aku baru saja akan menyimpan semua file pekerjaanku saat melihat pesan dari Zen muncul.     

Zen : Aku ga tau apa kamu boleh tau soal ini, tapi aku dapet bantuan dari opa waktu baru buka cafe. Aku baru aja mikir mungkin kamu ga tau soal ini juga karena inget kamu juga ga tau opa minta aku ke makam keluarga kamu     

Aku menatap layar laptopku dalam diam. Aku sama sekali tidak menduganya. Bagaimana aku harus membalasnya? Kenapa tiba-tiba aku teringat ayah? Ayah juga mendapatkan bantuan dari opa saat akan membuka gerai kopi.     

Aku : Aku ga tau soal itu, tapi ga masalah. Opa emang sering bantu orang lain kok. Opa juga banyak bantu Astro. Jadi aku ga kaget     

Zen : Gitu ya?     

Aku : Tapi lebih bagus kalau kamu ga bilang opa kamu ngasih tau aku soal ini. Mungkin nanti opa bisa mikir kamu cari perhatian ke aku. Aku udah punya suami, kamu tau kan     

Zen : Okay     

Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di dadaku dan terasa sesak. Ada berapa banyak yang tak kuketahui tentang opaku sendiri?     

Aku baru mengetahui fakta tentang opa memiliki perusahaan senjata api belum lama ini. Aku juga baru mengetahui opa adalah seorang mantan agen rahasia saat Paolo tak sengaja mengatakannya.     

Kurasa aku harus bertanya tentang opa pada kakek Arya. Kakek Arya adalah orang yang mengenal opa lebih lama dibanding oma, bukan?     

=======     

Semoga readers selalu sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, kasih rank di setiap chapter, tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini yaa.. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.