Gurita
Gurita
Perusahaan ini mengolah berbagai macam limbah dan bekerja sama dengan berbagai perusahaan untuk mengelola limbah mereka. Bahkan berkerja sama dengan berbagai institusi seperti instansi pemerintahan, rumah sakit, berbagai sarana pendidikan, pusat perbelanjaan, hotel, hingga laboratorium. Perusahaan ini mengelola segala jenis limbah industri, limbah medis, limbah elektronik, hingga bekerjasama dengan pemilik mengolahan sampah daur ulang berskala kecil. Yang benar-benar membuka mataku dan membuatku menyadari bahwa sejak kecil Astro memang sudah dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Saat kami ke pasar bambu bertahun lalu, Astro membawa botol bekas minuman sari kedelai dan membuangnya di tempat sampah setelah kami sampai. Seingatku dia tak pernah membuang sampah sembarangan hingga saat ini. Dia bahkan memiliki dua tempat sampah di mobilnya. Satu untuk sampah kering dan satu untuk sampah basah.
Di SMA Amreta Tisna juga mendukung kebijakan ramah lingkungan hingga kami tak diperbolehkan mengedarkan selebaran. Kami hanya diperbolehkan memasang satu poster di mading dan memberikan informasi secara massal di website dan halaman sosial media milik sekolah. Sekolah bahkan pernah mengadakan AT project tahunan yang bertema "Cintai Bumi".
Sepertinya akulah yang selama ini terlambat menyadari hubungan antara semua hal yang terjadi. Membuatku merasa ternyata selama ini aku bodoh sekali.
"Ini keren banget!" ujarku sambil menatap Ayah yang baru saja selesai menjelaskan tentang bagaimana perusahaannya melakukan daur ulang semua sampah domestik.
Ayah tersenyum lebar sekali, "Yang paling keren masih belum Faza liat. Kita ke sana sekarang ya."
Aku mengangguk dan mengikuti langkah kaki Ayah dan Ibu di depan kami. Astro tak melepaskan genggaman tangannya sejak kami berangkat dari rumah. Dia bahkan berkali-kali mengecupnya, seolah tak peduli Ayah atau Ibu memperhatikan tingkahnya.
Kami masuk ke sebuah ruangan sangat besar yang sepertinya adalah laboratorium. Dengan banyak deret meja berisi berbagai potongan tubuh robot yang mungkin sedang dikerjakan, juga sebuah kolam besar yang dibuat tinggi, mungkin lebih dari sepuluh meter.
Kolam itu diletakkan di satu sudut yang mungkin adalah tempat percobaan robot-robot yang selesai dikerjakan. Melihat semua ini membuatku merasa seperti sedang memasuki salah satu penggalan adegan sebuah film pembuatan robot.
Aku menoleh pada Astro yang terlihat tenang sekali, "Kenapa kamu ga pernah cerita soal ini?"
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Aku khawatir kamu minta aku nikahin waktu kita masih SMA kalau tau soal ini. Kita nikah belum sebulan yang lalu aja temen-temen kita bilang kita nikah buru-buru. Gimana kalau kita nikah tiga tahun lalu? Kita aja belum punya KTP waktu itu."
Aah, laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
Namun bagaimana caranya membagi waktu? Seingatku dia selalu bersamaku setiap sabtu dan minggu. Kami bahkan hampir selalu bersama setiap hari sejak aku mulai masuk sekolah formal. Aku tahu dia bisa mengerjakan semua pekerjaan dari rumah saja menggunakan komputer atau laptop, tapi untuk proyek robot semacam ini bukankah dia seharusnya menyempatkan waktu untuk datang melihat?
Aku baru saja akan bertanya saat Ayah mengajak kami berhenti di salah satu meja dengan enam orang sedang berkutat dengan berbagai bagian lengan gurita dan mesin di dalam perut gurita. Sepertinya itu adalah robot yang menjadi proyek mereka saat ini.
Ayah memperkenalkanku pada mereka semua, yang bernama Karno, Milla, Santoso, Reid, Wandi, dan Erina. Jika aku tak salah menebak, sepertinya mereka semua berusia sekitar dua puluhan.
Baru sekarang Astro melepas tanganku dan menjelaskan tentang robot gurita yang berada di hadapaanku. Robot gurita itu menggunakan bahan karet berwarna transparan sebagai pelapis luar robot, yang membuatku bisa melihat berbagai partikel mesin pembuat robot yang terlihat jelas dari luar.
"Semua lengannya bisa gerak buat ngambil objek, kayak gurita asli. Dia juga punya tinta, jadi kalau dia diganggu makhluk laut lain dia bisa kabur kayak gurita asli. Sayangnya robot ini baru bisa dikendaliin di kedalaman 14 meter." ujar Astro.
Aku menatapnya takjub. Sepertinya Ayah benar saat berkata Astro bekerja di bagian paling keren di perusahaannya karena aku tak henti-hentinya merasa suamiku keren sekali.
"Robot itu fungsinya apa?" aku bertanya.
"Bisa buat ngecek keberadaan biota laut dan ambil sampel objek buat kita teliti kandungannya. Ada kamera di matanya jadi kita bisa ngawasin pergerakan hewan laut yang lain. Dia juga bisa jadi mata-mata."
Aku menatapnya tak percaya. Sebuah robot gurita mata-mata? Terdengar seperti proyek yang akan Opa percayakan pada seseorang yang benar-benar Opa percayai.
"Lengan gurita biasanya dipakai buat nyedot mangsa, tapi lengan gurita ini ga bisa nyedot. Ada zat perekat yang bikin objek yang diambil bisa tetep nempel. Kamu mau liat dia gerak di air?"
Aku hanya mengangguk dan memperhatikan mereka menyelesaikan memasang lengan gurita sebelum membawa robot gurita itu ke kolam. Milla menggerakkan robot gurita itu menggunakan sebuah remot kontrol yang sepertinya anti air.
Sesuai penjelasan Astro beberapa saat lalu, semua lengan robot gurita bisa bergerak. Lengannya mampu mendorong tubuh seperti gurita aslinya, juga bisa mengambil objek yang sengaja dimasukkan ke dalam kolam. Robot gurita itu membawa objek tersebut ke atas untuk diambil oleh Karno. Robot gurita itu bahkan mengeluarkan tinta sesaat sebelum sampai di permukaan air.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Semua orang tersenyum puas sekali. Bahkan Reid dan Erina berteriak sambil berpelukan. Sepertinya percobaan kali ini sukses.
Aku menoleh ke arah Astro yang kembali menggenggam tanganku. Aku mengecup pipinya hingga dia menoleh padaku dengan wajah mulai merona merah, "Kamu keren."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa. Namun dia menggeleng dan memberi isyarat pada enam orang staf laboratorium yang Ayah kenalkan padaku sesaat lalu, "Mereka yang keren. Aku banyak belajar dari mereka."
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Terkadang aku lupa usianya hanya berbeda satu tahun denganku dan dia masih harus banyak belajar. Aku menghargai kejujurannya yang mengatakan proyek robot gurita ini adalah hasil kerja staf laboratorium.
"Kamu akan jadi lebih hebat beberapa tahun lagi." ujarku sambil mengelus jarinya.
Astro tersenyum lebar sekali, "Dan kamu tetep di sampingku buat bikin diri kamu sendiri sama hebatnya kayak aku kan?"
Aku mengangguk dan menatapnya dalam diam. Saat ini aku yakin kami akan selalu baik-baik saja. Walau mungkin suatu hari nanti kami akan berdebat atau bertengkar, kami akan selalu kembali pada satu sama lain.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-