Terkunci
Terkunci
Zen : Okay. Kamu udah makan?
Aku : Belum
Aku melirik jam di sudut layar laptop, pukul 12.46. Aku sengaja belum makan siang karena menunggu Astro. Aku sudah membuatkan kimbap dan salad kentang sesuai permintaannya.
Zen : Kamu makan dulu aja. Nanti kita lanjutin. Aku mau cari referensi lain
Aku : Ga pa-pa kok. Aku makan nanti aja. Ada yang cocok dari desain yang aku kirim tadi? Yang keliatan maskulin, tapi ga berlebihan
Zen : Ini cocok (mengirimkan foto tiga desain)
Aku : Mau kasih tema apa?
Zen : Jungle (hutan) atau game?
Aku : Game?
Zen : Kebanyakan cowo sekarang main game kan? Kayaknya bagus kalau pakai tema itu
Aku : Iya sih. Kamu diskusi sama Donny dulu ya
Zen : Okay. Aku telpon dia dulu
Aku meletakkan laptop di sofa, lalu mengamit cangkir yang sudah kosong dan beranjak untuk membuka kulkas. Aku menuang susu dingin untuk menemaniku bekerja dan baru akan kembali ke sofa saat melihat pintu apartemen terbuka.
Astro pulang.
Aku meletakkan cangkir ke meja makan dan menghampirinya. Kemudian menyalami dan mencium tangannya sebelum memeluknya. Ada aroma asap rokok menempel di tubuhnya.
"Kamu ga ngerokok kan?" aku bertanya sambil melepas pelukanku dan mengamit ransel dari punggungnya.
"Bukan aku yang ngerokok. Tadi aku diskusi sama dosen sebentar. Ga sampai lima belas menit, tapi dia udah abis rokok dua batang."
"Bukannya ada kebijakan ga boleh ngerokok di area kampus?"
"Dia ngajak ke kafe." ujarnya sambil mengamit tanganku dan mengajakku berjalan menuju meja makan.
Aku meletakkan ransel di salah satu kursi dan mengecup pipinya setelah dia duduk, "Mau makan dulu?"
Astro duduk di kursi sambil mengamit pinggangku dan membenamkan wajahnya di dadaku, "Aku mau peluk kamu sebentar."
Aku mengelus rambutnya dan mengecup puncak kepalanya. Aroma rokok masih menguar dari tubuhnya, "Abis makan kamu harus mandi, kamu tau?"
Astro hanya menggumam mengiyakan dan mengelus punggungku perlahan, hingga membuat bulu halusku meremang.
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
Aku mengamit wajahnya dan mendongakkan kepalanya untuk menatapku. Ada rona merah menyebar di wajahnya. Aku meletakkan punggung tanganku di dahinya. Suhu tubuhnya normal.
"Aku sehat kok."
Aku mengangguk dan mengecup dahinya, "Makan sekarang ya?"
Astro melepas pelukannya dan membuka tudung saji di meja makan, "Kamu bikin salad juga?"
Aku menggumam mengiyakan dan berlalu menuju kitchen set untuk mengambil peralatan makan. Kemudian menaruhnya ke meja makan sebelum membuka kulkas untuk mengambil salad kentang yang sudah kubuat.
Astro baru saja akan mengambil satu kimbap dengan tangannya saat aku menampiknya pelan. Aku menatapnya tajam dan memberi isyarat untuk mencuci tangan. Astro tersenyum bodoh dan beranjak menuju wastafel untuk mencuci tangan, hingga membuatku menggelengkan kepala perlahan.
"Mau ke mana? Ga nemenin aku makan?" Astro bertanya sambil berdiri saat aku menjauh menuju sofa.
"Ngasih tau Zen aku mau makan dulu."
Astro menatapku dalam diam walau aku tahu dia pasti cemburu. Mungkin dia hanya tak ingin membuat situasi menjadi buruk hanya karena kecemburuannya.
Aku tersenyum manis sebelum duduk di sofa, "Kamu makan duluan. Aku chat Zen sebentar."
Astro mengangguk dan duduk kembali. Aku tahu dia masih menatapiku walau tak mengatakan apapun.
Zen : Donny serahin desainnya ke kita. Kamu pilih mau jungle atau game?
Aku : Aku pikirin dulu. Nanti kita bahas lagi. Aku mau makan
Zen : Astro udah pulang?
Aah, bagaimana dia bisa tahu?
Aku : Iya. Ada yang mau dibahas sama Astro?
Zen : Ga ada. Nanti chat aku kalau kamu selesai
Aku : Okay. Kirim ke aku desain pilihan kamu. Aku offline dulu satu jam
Zen : Okay
Aku menutup semua bar dan mematikan wifi, lalu mematikan laptop. Akan lebih baik jika pekerjaanku tak menggangguku sekarang. Aku bisa melanjutkannya lagi nanti saat Astro mulai bekerja atau mengerjakan deadline kampus.
Astro masih menatapku dalam diam saat aku mencuci tangan dan kembali duduk di sampingnya. Mungkin akan lebih baik jika aku berpura-pura tak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
"Kenapa belum makan?" aku bertanya sambil memindahkan kimbap dan salad kentang ke piring di hadapannya.
"Nungguin kamu."
Aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Aku menyodorkan sebuah kimbap ke mulutnya, Astro menerimanya.
"Enak."
"Cepet abisin makanannya. Kamu harus mandi. Badan kamu bau banget."
Astro hanya menggumam mengiyakan dan kami mulai makan dalam diam. Entah apakah karena dia lapar sekali, tapi dia makan lebih banyak dari biasanya. Dia langsung mengamit tengkukku dan mengecup bibirku setelah selesai makan, "Thank you."
Aku menggumam mengiyakan, "How was your day (Gimana hari kamu)?"
"Di kampus biasa aja, tapi aku punya banyak kerjaan sampai malem. Kalau kamu capek kamu bisa tidur duluan."
"Mau ngerjain apa aja?"
"Koordinasi bareng Axe sama Revi. Ada yang iseng main-main sama keamanan game Throne of the Fairies. Aku mau diskusi sama Hendry juga. Erm, sama milih desain resort yang baru. Aku udah dapet beberapa contoh desain baru dari arsitek. Kamu bisa bantu milih kalau mau."
"Okay. Aku kerja juga sambil nemenin kamu. Aku belum nemu desain yang cocok buat keluaran mebel terbarunya Donny bulan depan. Aku lanjutin kerjaanku sama Zen ya?"
Entah kenapa aku merasa akan lebih baik jika meminta izin darinya lebih dulu walau dia pasti mengizinkannya suka atau tidak suka. Aku hanya ingin dia tahu aku membutuhkan persetujuannya.
Astro mengangguk dan tersenyum tipis. Aku menyukai senyum itu. Dia terlihat lebih dewasa.
"Hari ini sidang lanjutan kasus Zenatta kan? Kamu udah dapet laporan perkembangannya?"
"Belum. Mungkin sebentar lagi. Minggu depan kita harus dateng jadi saksi."
Aku mengangguk. Aku sudah tahu jadwal kami menjadi saksi ke pengadilan adalah minggu depan tapi mendengar Astro menyebutkannya membuat jantungku berdetak lebih kencang.
Astro mengamit tanganku dan menggenggamnya, "It's okay. Kita pasti bisa. Ga perlu terlalu dipikirin."
Aku tahu dia benar. Aku hanya sedang merasa gugup karena ini adalah pertama kalinya aku menjadi saksi di pengadilan. Aku akan menggunakan mantra miliknya saat merasa tak bisa mengendalikan kegugupanku. Aku mengelus jarinya perlahan, "Mandi dulu sana."
Astro mengangguk dan bangkit dari duduknya, "Tolong diberesin ya."
Aku menggumam mengiyakan sambil memperhatikannya berlalu ke kamar mandi sebelum membereskan perkakas bekas makanan ke wastafel dan mencucinya. Detakan jantungku masih terasa kencang, tapi aku akan mengabaikannya. Aku membutuhkan pikiran tetap tenang untuk menyelesaikan pekerjaanku hari ini.
"Honey, bisa tolong ambilin celana?" terdengar suara Astro dari dalam kamar mandi.
Aku membilas tangan dan mengelapnya sebelum mengambil sebuah celana miliknya dari lemari. Aku baru saja akan mengetuk saat dia membuka pintunya lebih dulu dan menarikku masuk. Aku baru saja akan memprotesnya, tapi bibirku terkunci olehnya.
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-