Belahan
Belahan
Aku sudah duduk diam di sini sejak senja tiba beberapa jam yang lalu. Matahari tenggelam terlihat jelas dari sini, memberikan sebuah perasaan hangat di dalam hatiku. Terasa seperti ada sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku.
Pekerjaan di apartemen ini lebih efisien karena aku tak perlu membereskan berbagai ruangan lain. Hanya satu ruangan besar yang mencakup beberapa bagian ini saja yang harus kubersihkan. Hal ini membuatku memiliki lebih banyak waktu untuk bekerja dan menghabiskan waktu untuk membaca atau melukis, juga menonton berbagai video.
Aku memberi Oma dan Opa panggilan video call tadi pagi. Opa berkata baru akan meminta pak Chandra untuk mengajariku dan Astro tentang perusahaan senjata nanti, saat aku sudah terbiasa dengan usaha perhiasan mutiara dan Opa mengingatkanku untuk tak terlalu terburu-buru mengerjakan semua prosesnya.
Aku juga memberi panggilan video call pada Mayang dan Denada. Mayang berkata akan menyempatkan diri pulang saat aku pulang bulan depan. Sedangkan Denada masih mempertahankan hubungannya dengan Petra, walau aku sudah memberinya sinyal untuk lebih dekat pada Zen karena mereka bisa bertemu setiap kamis di galeri.
Aku sudah mulai bekerja dengan Zen sejak hari ini. Karena dia masih berkuliah, maka aku menyesuaikan jadwal dengannya. Kami baru akan mulai bekerja setelah dia menyelesaikan jadwal perkuliahannya lebih dulu.
Aku juga masih berhubungan dengan teman-teman yang lain. Mereka semua terlihat baik-baik saja walau sempat mengkhawatirkanku karena ada insiden ledakan di gedung resepsi.
Donna sudah bisa mengelola diri menjadi lebih baik. Dia berkata akan mulai serius belajar bermain piano seperti Teana. Dia bercerita, sebetulnya pernah belajar bermain piano saat masih sekolah dasar, tapi memutuskan untuk berhenti karena papanya menganggap mempelajari musik hanyalah membuang waktu.
Reno, Daniel dan teman-teman band-nya sepertinya akan meluncurkan single baru dalam satu bulan ke depan. Nina masih bersama Bian hingga detik ini, dan teman-temanku yang lain menjalani kehidupan mereka yang biasanya sebagai mahasiswa dan mahasiswi. Hanya aku yang masih berkutat dengan berbagai pekerjaan tanpa berkuliah hingga semester yang akan datang.
Aku memang menyukai peran baru sebagai seorang istri. Aku juga memiliki banyak hal yang bisa kukerjakan setiap hari. Hanya terasa berbeda karena aku mengerjakannya seorang diri. Aku pernah berkali-kali ingin berjalan-jalan sendiri, tapi ada banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Aku tak mungkin membuang waktu untuk sesuatu yang tak perlu.
Aku menghela napas dan menggenggam cangkir lebih erat. Sepertinya aku baru saja merasa bosan.
Aku menaruh cangkir di meja, lalu mengamit handphone dan memasang earphone di telinga. Mungkin mendengar musik akan membuang rasa bosanku saat ini.
Aku melirik gitar yang tergantung di dinding. Aku tak bisa memainkannya. Aku harus menunggu Astro pulang jika ingin menyanyi diiringi gitar.
Seharusnya Astro sudah pulang sekitar empat jam yang lalu, tapi dia berkata harus mengerjakan tugas kelompok dan baru akan pulang saat hari sudah gelap. Namun sekarang sudah gelap dan aku merindukannya.
Entah bagaimana, tapi air mataku meleleh saat mendengar sebuah lagu yang membuatku mengingat Bunda dan percakapanku dengan Astro kemarin. Aku tak tahu apakah Kyle bisa kupercaya untuk melacak jejak Bunda karena dia juga bekerja untuk Opa. Aku ingin sekali mencoba, tapi tak ingin Opa dan Oma merasa khawatir atau justru berharap berlebihan. Bagaimana pun, sekarang sudah delapan tahun berselang.
Aku mencoba mengingat lukisan Gerard yang kupasang di rumah rahasia. Lukisan yang bagus sekali. Aku sempat berharap andai saja dia bertemu denganku sedikit lebih cepat, mungkin kami akan mengenang masa kecil dengan perasaan yang berbeda. Aku memang tak tahu alasan apa yang membuatnya memilih menjadi pelukis tiruan, tapi apapun itu aku tetap tidak menyukainya. Hal itu adalah hal yang ilegal untuk dilakukan.
Aku baru saja akan beranjak dan mengambil beberapa surat cinta dari Astro karena belum membacanya lagi sejak semalam, saat Astro memelukku dari belakang dan melepas satu earphone di telingaku, "Mikir apa kamu sampai ga nyadar aku pulang?"
"Cuma lagi denger lagu aja kok." ujarku sambil melepas earphone di telingaku yang lain, lalu mengamit tangannya dan menciumnya. "Kok lama?"
Astro berjalan mengitari sofa dan duduk di sisiku. Kemudian mengambil cangkir berisi susu jahe di meja kecil di sebelahku dan meneguknya.
"Sebentar aku ambilin yang baru." ujarku sambil bangkit, tapi dia menahanku.
Astro melingkarkan kedua kaki mengelilingi tubuhku dan memelukku erat, "Nanti aja. Aku kangen."
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
Aku melingkarkan lengan di bahunya dan mengecup bibirnya, "How was your day (Gimana hari kamu)?"
"Pusing." ujarnya sambil mengecup dahiku.
"Tumben ngeluh?" aku bertanya sambil mengamit wajahnya dan memperhatikan ekspresinya dengan lebih baik.
Astro sedang menggodaku rupanya.
Aku memijit bahu dan tengkuknya perlahan hingga dia memejamkan mata. Namun ada sedikit senyum tak tak bisa ditahan. Dia terlihat menggemaskan.
Aku memeluk bahunya erat dan mengecup bibirnya, "Dasar manja."
Astro tertawa sambil melepas jaket. Sepertinya dia akan mulai bertingkah sekarang.
Aku menahan lengannya yang hampir saja meloloskan kaos dari tubuhnya, "Ga sekarang. Kamu harus makan dulu."
"Oh, come on. Sekali aja, trus makan."
Aku memberinya tatapan sebal, "Seharian di luar yang kamu pikirin cuma itu ya, Tuan Mesum?"
"Kamu ga tau kan tadi ada perempuan nempel-nempel aku seharian. Dia sexy banget. Cuma pakai mini dress. Ga ada lengannya. Belahan dadanya segini." ujarnya sambil menunjuk ujung belahan dadaku yang paling rendah dan menatapku dengan begitu intens. Entah apakah yang dikatakannya benar, tapi ada sesuatu yang bergemuruh di dalam dadaku. Aku tahu aku cemburu.
Aku mencubit kedua pipinya dengan kencang, "Bohong kan kamu?"
"Aku ga bohong!" ujarnya dengan wajah kesakitan sambil melepas tanganku dari pipinya. "Aku udah menghindar, tapi dia nempel terus."
"Trus kamu nafsu sama dia karena dia sexy?"
Astro terlihat ragu-ragu, tapi sepertinya dugaanku benar. Membuat sesuatu terasa menyengat hatiku dan terasa sakit.
"Erm, aku kan laki-laki. Wajar kan?"
Aku menatapnya tajam. Tak bisakah dia berbohong sedikit untuk menenangkan hatiku? Memangnya dia sedang sengaja membuatku cemburu?
Aah, kurasa aku benar.
Aku mencubit kedua pinggangnya hingga dia menggeliat kegelian, "Coba ngomong jujur. Kamu bohong kan?"
Asteo tertawa, "Iya aku bohong. Sorry."
Aku melepas cubitanku dan mengamit tengkuknya, lalu mencumbunya lama sekali. Aku baru melepasnya saat napas kami hampir saja putus, "Jangan coba-coba bikin aku cemburu kalau ga mau liat aku ngamuk di kampus."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa sambil mengelus bibirku. Wajahnya merona merah sekali.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-