Sadar
Sadar
Sayup-sayup terdengar suara Astro membangunkanku. Dengan jarinya sedang mengelus pipiku dan bibirnya yang mengecup dahiku. Aku hanya menggumam sambil merapatkan tubuh padanya. Tubuhnya hangat sekali. Aku menyukainya.
"Katanya mau minta diajarin caranya niru?"
"Nanti aja. Aku masih ngantuk." ujarku sambil memeluknya lebih erat. Aku tak ingin repot-repot membuka mata karena memeluknya seperti ini terasa nyaman sekali.
Astro menyentil dahiku pelan, "Ini udah siang, kamu tau? Kamu kan mau ketemu perajin hari ini."
Dia benar. Aku membuka mata karena tiba-tiba mendapatkan kesadaran, tapi kepalaku terasa berdenyut. Aku mencari keberadaan jam di dinding, pukul 04.21. Aku mencubit pipi Astro karena merasa kesal.
Sudah siang dia bilang?
"Jadi sering bohong ya kamu." ujarku dengan tatapan tajam, tapi dia tertawa. Anehnya tawanya justru terlihat dewasa.
"Kalau ga gitu kamu ga bangun."
"Tapi kepalaku jadi tiba-tiba pusing."
"Mana yang pusing? Sini aku cium." ujarnya sambil mengusap kepalaku dan mengecup puncaknya.
Jantungku berdetak kencang sekarang. Bahkan sepertinya wajahku memerah. Apa-apaan perasaan ini?
Astro mengamit daguku dan memintaku menatapnya, "Kamu kalau begitu jadi mirip kucingnya kakek."
Aku menatapnya dalam diam. Sepertinya wajahku menjelaskan semua perasaanku saat ini.
"Galak, tapi nurut kalau dimanja." ujarnya sambil menggigit ujung bibirnya.
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Kucing Kakek adalah kucing hutan yang terlihat lebih ganas dibandingkan kucing lain, tapi mereka manis dan penurut. Salah satunya yang bernama Jose bahkan menghampiriku saat aku baru pertama kali datang ke mansion. Aku tahu dia menyukaiku.
"Bisa kita mulai sekarang?" Astro bertanya dengan tatapan intens yang membuatku salah tingkah.
"Seriously?"
Astro tertawa, "Mulai ngajarin kamu caranya niru, Honey. Pikiran kamu tuh mesum banget."
Ini terasa memalukan. Dia menyebutkanku menjadi penurut saat dimanja. Dia membuatku berpikir berlebihan.
Aku memberinya tatapan sebal, "Aku kan ketularan kamu."
"Mana ada aku nularin kamu? Kamu tuh emang nakal dari dulu. Kamu ga nyadar aja."
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
Aku memeluk tubuhnya lebih erat dan membenamkan wajah di dadanya. Aku akan mengabaikan apapun kalimatnya setelah ini. Terserah saja jika dia akan bersikap menyebalkan lagi.
Astro meraih daguku dan mengarahkan wajahku untuk menatapnya, "Look at me (Liat aku)."
Aku menatapnya sebal, tapi tak mengatakan apapun. Entah kenapa suasana hatiku berubah buruk. Mungkin aku harus menyalahkan hormonku sekarang.
"Menurut kamu kenapa kamu bisa ngerjain semua kerjaan kamu sekarang? Kamu bisa aja santai-santai kayak anak muda lain."
Pertanyaannya membuatku berpikir. Dulu aku selalu merasa harus menjadi lebih baik darinya karena dia selalu bertingkah menyebalkan saat menang dariku. Padahal yang sebetulnya terjadi adalah dia memang sulit untuk dikalahkan. Seingatku aku hanya pernah mengalahkannya beberapa kali, tapi sekarang aku berubah pikiran. Aku akan berusaha untuk berkembang bersama dengannya.
"Karena kamu."
Astro tersenyum tipis yang membuatnya terlihat dewasa, "Kamu niru aku kan?"
Aah, dia benar.
"Aku ... ga sadar."
Astro mengecup bibirku, "Sadar atau ga, kamu niru aku. Bedanya aku niru orang lain karena aku sadar."
Aku menatapnya dalam diam dan berusaha mencerna kalimatnya lama sekali. Aku memang memperhatikan bagaimana dia membagi waktu dan berusaha mengikutinya. Bahkan saat dia berkata dia memiliki waktu kerja tengah malam, aku pun mengikutinya.
"Kamu observasi dulu cara orang yang mau kamu tiru?" aku bertanya.
Astro menggumam mengiyakan, "Aku ga sembarangan niru orang. Aku sesuaiin sama kebutuhanku. Yang jauh lebih penting ... aku sesuaiin sama kemauanku."
"Kamu manipulasi?"
Astro menatapku lekat dan mengangguk. Astaga, betapa laki-laki ini sangat mengerikan.
"Kamu takut?"
Aku menatapnya dalam diam sebelum menggeleng, "Kayaknya bener kalau cinta bikin orang gila."
"Kamu baru nyadar kalau kamu gila?" ujarnya dengan tawa di ujung kalimatnya.
"Iya, gila karena kamu. Ternyata kamu jauh lebih gila dari yang aku tau."
Astro mengelus bibirku dengan lembut dan menatapku lekat, "Kamu nyesel?"
"Aku terima risikonya."
Astro memelukku erat dan mencumbu bibirku. Aku baru saja akan meraih tengkuknya untuk menyamakan irama cumbuan kami saat dia mengangkat tubuhku ke atas tubuhnya, yang justru memberiku kebebasan untuk mencumbunya lebih dalam.
Aku melepas bibirnya saat merasakan suhu tubuh kami menjadi jauh lebih hangat, "Kamu juga jago ngarahin orang lain buat lakuin sesuai yang kamu mau."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, tapi tak mengatakan apapun. Aku tahu pernyataanku sesaat lalu adalah benar.
Saat dia sengaja bertingkah menyebalkan padaku, sebetulnya dia sedang memancingku melakukan hal-hal sesuai keinginannya. Jika dugaanku tepat, dia sudah melakukannya sejak sebelum kami bertemu. Karena dia pernah berkata dia sengaja berpura-pura tak menyukai sari kedelai hanya untuk melihatku merayunya.
Bayangkan seorang anak laki-laki berusia sebelas tahun mampu memanipulasi tindakanku sesuai keinginannya. Sepertinya Om Hanum benar saat berkata Astro memiliki multi talenta.
Aku mengelus rambutnya perlahan. Entah bagaimana, tapi aku merasa laki-laki mengerikan ini jinak sekali padaku. Mungkin dialah yang lebih mirip dengan kucing Kakek dibanding denganku, karena sepengetahuanku kucing juga pandai memanipulasi.
Entah bagaimana, tapi aku merasa bersyukur karena dia bukanlah seorang psikopat. Aku tak bisa membayangkan bagaimana seorang psikopat yang memiliki multi talenta seperti dirinya.
"Kamu dapet kepuasan kalau niru?"
"Kamu dapet kepuasan kalau bisa niru aku?" dia mengembalikan pertanyaanku kembali.
Aku berpikir sebelum bicara, "Aku puas kalau berhasil."
Astro mengecup bibirku, "Kita jauh lebih mirip dari yang kamu pikir, kamu tau? Orang lain ga bisa liat itu karena kamu selalu jaga jarak dari mereka. Aku beruntung karena kamu lebih milih homeschooling dulu. Orang lain jadi ga bisa liat betapa kamu punya bakat."
"Kamu jahat banget." aku mengatakannya sungguh-sungguh. Delapan tahun bersamanya, aku tahu bagaimana dia begitu menjagaku dari orang lain. Mungkin lebih tepatnya, menutup jalan orang lain menuju ke arahku. Dia menginginkan aku hanya dekat dengannya. Hanya dirinya.
Astro tersenyum tipis, "I'm sorry. Aku emang egois. Aku cuma mau kamu jadi punyaku."
Aku menatapnya dalam diam lama sekali. Ada banyak hal yang kupikirkan, tapi aku jelas tak bisa menyalahkannya. Akulah yang berkata bersedia menunggunya dan dia sudah menepati janjinya dengan baik.
Aku mengelus rambut di dahinya yang terlihat berantakan, "Kamu emang posesif, nyebelin, egois. Kamu bisa aja jadi orang yang nyeremin, kamu tau? Tapi aku ga nyesel milih kamu. Aku pernah bilang kan, aku yang akan tarik kamu kalau kamu kelewat batas."
Astro tersenyum lebar sambil mengelus pipiku, "Kita emang jodoh, kamu tau?"
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku tahu dia benar.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-