Monyet
Monyet
Dia benar-benar tak melepas tanganku selama kami berada di kawasan Gua Kreo walau hanya sebentar. Yang justru membuat teman-temanku menjaga jarak dari kami karena tak ingin mengganggu.
"Kamu tau kenapa di sini banyak monyet?" Astro bertanya sambil mencoba memanggil seekor monyet mendekat pada kami. Entah dia sedang mencoba memberi tebakan untukku atau memang sedang serius bertanya.
"Ceritanya dulu mereka disuruh jagain kayu, tapi ga tau bener atau ga. Itu kan legenda."
Dia menoleh padaku, "Kamu tau kenapa aku ikut kamu ke sini?"
"Karena kamu posesif. Paling juga cemburu kalau aku deket-deket Zen." ujarku sambil memberinya tatapan sebal.
Dia memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Itu juga sih, tapi aku lebih khawatir kalau ada monyet yang naksir kamu."
Aku menatapnya tak percaya, "Bercandaan kamu ga lucu."
Dia tertawa, lalu mengajakku berjalan mengikuti teman-temanku yang sudah mendahului kami.
"Aku kan pengen main sama mereka. Bukan mau pacaran sama kamu, Astro."
"Aku kan jagain kamu. Kamu keberatan?"
"Aku ga keberatan, tapi mereka jadi jaga jarak karena ga mau ganggu kita."
"Bagus kalau mereka sadar diri kan." ujarnya sambil menggigit sedikit ujung bibirnya.
Aah, laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
"Kamu niat banget mau ganggu rencanaku ya?"
Astro hanya memberiku senyum menggodanya yang biasa, tapi tak mengatakan apapun. Hingga aku kehilangan kata-kata untuk menanggapinya.
Suhu di sini sejuk sekali. Dengan banyak pohon yang dekat dengan area persawahan, juga waduk. Mungkin kami bisa camping jika meminta izin.
"Udah lama ya kita ga jalan jauh." ujarnya tiba-tiba.
Dia benar. Sudah lebih dari dua tahun ini kami tak pernah mencari destinasi baru untuk dikunjungi. Dulu, kami dan kedua orang tuanya selalu pergi ke satu destinasi baru setiap libur semester.
"Mau gimana lagi? Kamu sibuk banget."
Astro menoleh padaku, "Aku kan ngerjain proyek buat kamu, Honey."
Aku tersenyum manis, "Thank you, Honey."
Semburat rona merah mulai menyebar di wajahnya. Kurasa aku akan bersikap manis padanya hari ini. Dia sudah memintaku mengantarnya ke bandara nanti sore sepulang dari sini. Membuatku benar-benar terjebak dengannya hari ini.
Aku tak ingin membuat suasana hatinya buruk saat berpisah denganku, terutama besok dia akan menjalani ujian tengah semester. Dia pasti akan membutuhkan konsentrasinya tetap dalam keadaaan prima.
"Tapi sayang kamu milih tanggal nikahnya mepet sama tanggal masuk kuliah. Kalau masih ada waktu kan kita bisa jalan-jalan." ujarku pelan agar tak ada yang mendengarku mengatakannya selain dirinya.
"Siapa bilang kamu bakal bisa jalan-jalan? Aku mau ngunci kamu di kamar. Kamu ga boleh ke mana-mana."
Jantungku terasa berhenti berdetak. Aku menoleh padanya dan mencari satu ekspresi iseng di wajahnya, tapi sepertinya dia serius dengan kalimatnya.
Aku mengalihkan tatapan ke arah teman-temanku yang sudah berjalan mendahului kami. Siska dan Tasya menoleh bersamaan ke arah kami, mereka tersenyum lebar sekali. Namun entah kenapa hal itu justru membuatku merasa gugup.
Zen menoleh ke arahku, sepertinya tatapannya terpaku pada genggaman tangan Astro padaku sebelum dia mengalihkan tatapannya kembali. Wajah tanpa ekspresinya mulai membuatku merasa terganggu.
Aku tahu bagaimanapun dia sudah merelakanku. Walau dia mungkin belum benar-benar merasa rela. Aku akan tetap menganggapnya sahabatku.
"Astro." aku memanggilnya untuk mendapatkan perhatiannya.
Astro hanya menoleh dan menggumam untuk menanggapiku. Aku meraih wajahnya dan mengecup sedikit ujung bibirnya dalam sedetik waktu yang terlewat. Ada rona merah menyebar di wajahnya. Dia terlihat terkejut dan senang di saat yang sama.
Aku tersenyum manis sebelum melepas genggaman tangannya, "Besok semangat ya ujiannya."
"Hei, mau ke mana kamu?" dia bertanya sambil mengamit tanganku kembali. "Curang banget abis nyium trus kabur?"
Aku tertawa melihat wajahnya yang berubah merah sekali. Dia terlihat sangat menggemaskan.
"Tanggung jawab!" ujarnya sambil memeluk pinggangku.
"Tanggung jawab apa? Aku ga ngapa-ngapain kok."
Astro menatapku tak percaya, "Aku udah nahan diri ya dari kemarin. Kamu yang mulai duluan."
Aku tertawa, "Aku cuma ngasih kamu semangat biar ga cemberut terus kayak bebek minta diusir."
"Sekali lagi kamu cium aku, aku ga akan nahan diri lagi ya, Honey. Nanti aku bilang opa kamu yang minta."
Aku akan menggodanya sebentar, "Coba aja kamu bilang gitu ke Opa. Opa ga akan percaya sama kamu. Aku kan anak baik."
"Anak baik ya?" dia bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa, tapi tangannya merayapi punggungku.
"Astro!"
"Hmm? Aku cuma bercanda. Aku anak baik kok."
Terdengar suara deham dari belakang kami. Kami menoleh bersamaan dan menemukan Jian sedang berjalan mengikuti irama langkah kaki kami.
"Ini tempat umum." ujar Jian yang memberi kami tatapan tajam, tapi segera berbelok dan mempercepat langkah kakinya mendahului kami.
Kami saling menatap satu sama lain dan terdiam. Kurasa kami baru saja ketahuan melakukan tindakan yang tak semestinya. Aku mengalihkan tatapan ke ujung pandanganku, tapi aku tahu Astro masih menatapku dengan wajahnya yang merona merah sekali.
"Kamu harus nunggu." ujarku tanpa menoleh padanya.
"Coba liat siapa yang ngomong?" dia bertanya sambil mencubit pinggangku, membuatku merasa geli.
"Hahaha iya ... aku minta maaf."
"Awas ya kamu." ujarnya sambil menyentil dahiku dengan kencang.
Sepertinya aku baru saja berbuat mesum. Kenapa sulit sekali menahan diri saat berada di dekatnya seperti ini? Aku tak akan heran jika dia juga kesulitan menahan diri sekarang.
"I'm sorry." ujarku saat melihat tatapan menderita di matanya.
Sepertinya aku benar-benar harus berjauhan dengannya sampai kami resmi menikah nanti. Akan sulit sekali menahannya jika keisenganku muncul kembali.
"Apa kubilang? Kita tuh ga boleh deket-deket begini, Astro. Bukan cuma kamu yang susah nahan diri." ujarku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukannya.
Astro terlihat dilema saat menatapku, tapi melepasku dan memberi sedikit jarak untuk kami berjalan bersisian.
"Pegang tangan boleh kok, sampai sore ini aja. Abis itu kita ga ketemu kan?" aku bertanya sambil mengamit tangannya.
Astro terlihat enggan menggenggam tanganku, tapi tak menolak saat aku menggenggamnya. Membuatku merasa ada sesuatu yang hangat muncul di dadaku.
"Kamu imut banget kalau lagi gitu."
"Berisik!"
"Serius, Astro. Muka kamu merah banget."
"Ga usah dibahas."
"Trus mau bahas apa?"
"Bahas monyet lagi aja."
"Serius?"
"Dari pada bahas kamu godain aku terus, tapi ga mau dibales?"
Aku tertawa. Entah ada apa denganku, mungkin sebentar lagi aku akan berubah menjadi gila.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-