Terakhir
Terakhir
"Udah semua?" Ibu bertanya padaku.
"Udah, Bu. Ini mau dipindah ke atas aja?"
"Nanti aja. Faza istirahat dulu. Ibu ambilin minum sebentar ya."
Aku mengangguk dan duduk di salah satu sofa di ruang tamu, lalu mengeluarkan handphone dari saku. Masih tak ada pesan dari Astro.
Aku melirik jam di sudut layar handphone, pukul 19.47. Pesan terakhirnya adalah tadi pagi saat dia berkata akan berangkat ke kampus. Aku sudah mengiriminya beberapa pesan lain, tapi dia bahkan tidak membacanya. Entah apa saja yang dia lakukan hingga menjadi begitu sibuk.
Ibu menaruh seteko teh hangat, tiga gelas kosong dan satu toples bagelen di atas meja, lalu mengelus puncak kepalaku. Ibu menuang teh dan menyodorkannya padaku, "Kenapa manyun begitu?"
"Anak Ibu sibuk banget sampai ga sempet ngasih kabar. Padahal ujiannya udah selesai." ujarku sambil menerima gelas.
Ibu tersenyum, "Kayak baru kenal Astro aja."
"Tapi ga biasanya gini, Bu. Kita udah seminggu cuma chatting. Udah ga pernah telpon atau video call lagi saking sibuknya Astro." ujarku sambil menaruh gelas ke atas meja setelah menghabiskan isinya.
"Mau aku bantu jitakin kepalanya ga?"
Aku menoleh dan menemukan Teana baru saja turun dari tangga. Dia tersenyum yang membuatnya terlihat imut sekali. Kami berpelukan selama beberapa lama sebelum dia duduk di sisiku.
"Astro emang nyebelin dari dulu. Risiko kamu karena kamu mau sama dia." ujar Teana sambil menuang teh ke gelas dan meneguknya.
Aku memberinya tatapan sebal, "Kamu nginep di sini?"
Teana menggeleng, "Nanti dijemput Mami. Aku cuma bantu mindahin semua barang seserahan buat kamu ke kamar. Kamu mau liat?"
Aku tak tahu semua barang-barang seserahan untuk diberikan padaku sudah ada di rumah ini. Aku menoleh pada Ibuu untuk meminta izin. Ibu hanya mengangguk untuk menyatakan izinnya.
Teana bangkit dan memberiku isyarat untuk mengikutinya, tapi aku terpaku saat menatap souvenir yang seharusnya kami simpan di kamar itu juga.
"Souvenirnya nanti aja dipindahnya. Besok biar mbok Lela yang mindahin." ujar Ibu.
Aku mengangguk dan mengikuti Teana menaiki tangga. Namun tiba-tiba aku menyadari sesuatu, "Kamu single kan?"
Teana menoleh dan tersenyum, "Aku mau ga buru-buru nikah kayak kalian, kalau maksud pertanyaan kamu itu."
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Dipikir bagaimanapun aku dan Astro memang akan terlihat seperti pasangan yang terburu-buru memutuskan untuk menikah. Aku hanya tak menyangka Teana berpikiran seperti itu. Padahal di keluarganya bukanlah hal yang aneh andai saja dia memutuskan ingin menikah muda.
Teana membuka pintu kamar di sebelah kamar Astro. Kamar yang biasanya kosong itu sekarang hampir terisi penuh oleh berbagai barang. Tumpukan kartu undangan pernikahan, deretan seserahan berbagai bentuk dengan berbagai isi di dalamnya, sederet kebaya dan jas yang digantung di sebuah baja panjang, berkotak-kotak aksesoris untuk kebaya, sekian kotak sepatu untukku dan Astro, juga barang-barang lainnya.
Melihat begitu banyak benda di kamar ini membuat bulu halusku meremang. Entah kenapa seolah aku akan menikah besok.
"Ada yang kurang ga? Kalau ada yang kurang aku bisa list dari sekarang mumpung acaranya masih dua minggu lagi." ujar Teana.
"Kurang? Ini berlebihan banget. Aku aja ga tau harus liat yang mana dulu."
Teana tertawa, "Kamu terlalu sederhana, Faza. Ini tuh normal. Kamu bisa minta apa aja sama Astro nanti kalau kalian udah nikah."
Kurasa kepalaku berdenyut sekarang. Astro bahkan sering memberiku berbagai barang tanpa aku memintanya. Tiba-tiba membuatku mengingat saat dia berkata sudah menyiapkan pakaian untukku di Surabaya, yang membuatku mengabaikannya minggu lalu.
"Aku keliatan matre banget ga sih?" tiba-tiba saja aku bertanya saat melihat sebuah tas ber-merk di dalam sebuah kotak. Jika aku harus menebak, harganya mungkin saja puluhan juta.
Teana menggeleng, "Pantes aja Astro minta aku yang milihin ini semua. Kalau dia minta kamu yang milih aku yakin kalian cuma debat harga."
Aku tertawa. Aku mengingat saat pertama kali Astro membelikanku gaun untuk kupakai di pertemuan pertamaku. Aku bahkan mengadu pada Opa. Aku selalu menganggapnya boros sekali, tapi kurasa sekarang aku akan menganggapnya sedang menunjukkan betapa dia memperhatikanku dengan baik.
"Kamu udah cari referensi?" Teana bertanya dan berhasil membuyarkan lamunanku sesaat lalu.
"Referensi apa?" aku bertanya kembali padanya.
"Buat malam pertama kalian." ujarnya dengan senyum iseng.
Aku menatapnya tak percaya. Kenapa semua orang yang tahu tentang pernikahan kami sepertinya menanyakan hal ini padaku?
"Nanti aku kasih kamu resep. Kemarin aku nemu di internet. Tadinya mau aku aja yang bikinin, tapi kamu kan tau aku parah banget soal masak. Jadi kamu bikin sendiri aja ya."
Aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang sedang Teana bicarakan, "Resep apa?"
"Biar kamu kuat nemenin Astro sampai pagi."
Astaga, apa yang baru saja kudengar? Sepertinya wajahku memerah sekarang. Aku melangkah keluar dari kamar untuk menghindari Teana membahasnya lebih lanjut, tapi dia berjalan mengikutiku.
"Aku serius, Faza. Kamu pasti butuh resep itu. Nanti aku kirim resepnya lewat chat ya." ujarnya dengan senyum iseng.
Aku memberinya tatapan sebal, tapi tatapanku segera beralih saat melihat pintu kamar Astro. Langkahku terhenti tepat di depan pintu. Astro pernah berkata dia menaruh kamera di depan kamarnya. Entah di mana dia menaruhnya, tapi seharusnya dia bisa melihatku jika dia sedang mengecek rekaman kameranya sekarang, bukan?
Namun Astro tak akan memiliki waktu untuk mengecek rekaman saat ini. Aku bahkan tak tahu dia sedang melakukan apa sekarang.
Handphone-ku bergetar. Aku mengamitnya dari saku dan menemukan sebuah pesan dari Astro.
Astro : Tengok ke atas kusen pintu
Kepalaku refleks mendongak untuk memperhatikan atas kusen pintu kamarnya. Handphone-ku bergetar kembali.
Astro : Ini chat terakhirku sebelum kita nikah. I love you, Honey
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-