Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Pasir



Pasir

2Pesan Astro yang sedang kutatap selama hampir dua jam ini membuatku kesal. Bagaimana bisa dia memutuskan untuk tak menghubungiku selama dua minggu sampai kami menikah?     

Aku sudah mencoba memberinya berbagai pesan balasan, telepon, video call, bahkan sms, tapi sepertinya dia mematikan handphone. Bagaimana mungkin dia mematikan handphone selama dua minggu sampai kami menikah?     

Aku sudah berusaha memberi pesan padanya melalu laptop, juga mencoba memberinya panggilan video call dari sana dan mengiriminya email, tapi dia tak merespon satu pun. Memangnya dia pikir aku hanya akan diam menunggunya dengan tenang?     

Aku bahkan belum membahas tentang apakah aku akan merubah penampilanku atau tidak karena belum menemukan waktu untuk membicarakan hal itu dengannya. Dia benar-benar menyebalkan sekali.     

Sudah dua malam tidurku kacau. Aku selalu terbangun beberapa saat sekali untuk mengecek pemberitahuan di handphone, tapi tak menemukan satu pun pemberitahuan darinya. Ditambah lagi, aku masih dalam masa menstruasi. Perubahan suasana hatiku drastis sekali.     

Sudah beberapa kali aku datang ke rumahnya dan berjalan tanpa alasan di depan pintu kamarnya, hanya berharap dia akan memberiku pesan andai saja dia melihatku. Namun tak ada satu pun pesan darinya.     

Ibu bahkan memintaku menginap di kamarnya jika aku merasa rindu, tapi aku menolaknya karena sedang merasa kesal sekali. Beginikah yang dia rasakan saat aku mengabaikannya minggu lalu hingga dia memutuskan untuk tiba-tiba pulang?     

Sekarang aku hanya bisa menatap pesan terakhir darinya di tempat tidurku. Aku sudah berkali-kali membenahi posisi berbaring, tapi masih juga merasa resah. Aku melirik jam di sudut layar handphone, pukul 01.54. Seharusnya aku sudah terlelap sejak tiga jam yang lalu.     

Astro berkata dia akan mengurusi proyeknya dengan Opa setelah ujiannya selesai. Dia mungkin sedang berada di sana. Di daerah antah berantah yang aku tak tahu di mana.     

Aku sudah mencoba menggali informasi dari Teana andai saja dia tahu, tapi dia berkata dia tak tahu di mana Astro berada. Aku bahkan sempat mencoba memberi Ibu pertanyaan terselubung, tapi sepertinya lbu tak berniat untuk memberitahuku apapun.     

Aku meraih sebuah bantal dan menutup wajah. Aku ingin menangis, tapi tak ada satu tetes pun air mata yang keluar.     

Haruskah aku bertanya pada Opa besok pagi? Bagaimana aku harus menanyakannya? Opa tak mungkin memberitahukannya padaku bukan?     

Uugh, ini terasa menyebalkan. Memikirkan keberadaan Astro membuatku merasa tidak mengenalnya dengan baik. Bagaimana mungkin aku tak tahu dia sedang berada di mana padahal proyek yang dia kerjakan lebih dari dua tahun ini adalah untukku? Seharusnya aku bisa saja menggali informasi lebih darinya selama ini. Kenapa aku bodoh sekali?     

Aku melepas bantal yang menutupi wajah dan menghela napas beberapa kali. Aku harus tidur sekarang. Aku memiliki janji dengan Denada dan Mayang untuk bertemu besok pagi.     

Kami akan menginap di rumah Mayang untuk menghabiskan liburan. Sekaligus mengganti janji kami berapa bulan lalu untuk saling bertemu. Sudah lama sekali kami tak saling menginap. Mungkin ini akan baik untukku. Setidaknya mungkin aku bisa mengalihkan pikiran dari memikirkan keberadaan Astro.     

Aku mengambil handphone yang kuletakkan sembarangan beberapa saat lalu, lalu menyalakan list musik dengan mode speaker. Aku harus menenangkan hati terlebih dulu. Mungkin aku akan tertidur sebentar lagi karena tubuhku sudah terasa lelah sejak beberapa jam yang lalu. Seharusnya tak akan sulit untuk membuatku terlelap.     

Aku menutup mata dan mengambil napas dalam beberapa kali untuk membuat tubuhku lebih tenang. Aku bisa mendengar suara angin. Aku menoleh ke sekeliling. Apakah aku sedang berada di dalam hutan?     

Bukan. Di sini gelap sekali.     

Apakah aku sedang berada di dalam gua?     

Aku harus melangkahkan kaki, entah ke arah mana. Ke arah manapun sepertinya tak masalah. Aku harus menemukan cahaya untuk mampu melihat.     

Sudah jauh aku berjalan, kenapa masih gelap?     

Tunggu sebentar, ada satu titik di sana. Sepertinya aku harus berlari. Aku mencoba mempercepat langkah kaki. Titik itu terlihat semakin dekat. Semakin besar.     

Aah, akhirnya aku keluar.     

Aku mengedarkan pandangan dan hanya ada langit biru membentang di sini. Dinginnya angin semilir membelai kulitku. Terasa menyegarkan. Aku menoleh ke bawah untuk melihat apa yang sedang kuinjak.     

Pasir? Kenapa ada pasir di sini? Bukankah seharusnya aku berada di dalam gua? Jika ada pasir di sini, bukankah itu berarti aku sedang berada di pantai?     

Sepertinya aku harus melanjutkan langkah. Jika benar aku berada di pantai, seharusnya aku bisa melihat laut di tepiannya, bukan?     

Entah sudah berapa lama aku berjalan. Sepertinya tenggorokanku mulai kering. Tak adakah air untuk kuminum?     

Aku mengedarkan pandangan. Hanya ada pasir. Tunggu sebentar, aku bukan sedang berada di gurun pasir, bukan?     

Ada sesuatu di ujung sana. Aku tak tahu apakah aku hanya berhalusinasi, tapi kurasa itu sebuah benda yang besar. Aku mempercepat langkah untuk menghampirinya, secepat yang bisa kuusahakan.     

Pesawat? Kenapa ada pesawat di gurun pasir seperti ini? Kenapa ada asap?     

Jantungku berdetak kencang dan terasa semakin kencang saat aku mencoba berlari untuk mendekati pesawat itu. Pesawat itu sepertinya sudah rusak. Badan pesawatnya terbelah dua, dengan banyak mayat di sekelilingnya.     

Tak adakah satu orang saja yang bisa kutolong? Keluarga mereka mungkin sedang bersedih dan mencari keberadaan mereka, bukan?     

Aku tahu rasanya kehilangan keluarga. Aku beruntung tubuh Ayah, Fara dan Danar bisa ditemukan. Walaupun tubuh Bunda masih belum ditemukan, aku tak bisa memaksa siapapun untuk mencarikannya untukku.     

Opa adalah mantan agen rahasia. Seharusnya menemukan seseorang tak akan sesulit itu. Mungkin saja Opa sudah mengusahakan yang terbaik, tapi Bunda memang ditakdirkan untuk menghilang, bukan?     

Entah kenapa dadaku terasa sesak. Bagaimana jika orang-orang ini tak pernah ditemukan oleh keluarganya? Tunggu ... bagaimana jika aku tersesat dan tak dapat ditemukan oleh siapapun?     

Aku berjalan lebih dekat ke badan pesawat yang terbelah. Aroma amis darah menari di hidungku. Entah sudah berapa lama mayat mereka berada di sini.     

Kurasa aku akan keluar lagi. Kepalaku berdenyut karena tak tahan dengan aroma amis bercampur aroma terbakar yang menyengat. Baru saja aku membalikkan tubuh, aku menangkap sosok Bunda sedang tersenyum memperhatikanku. Bunda mengamit tanganku dan mengajakku berjalan masuk lebih dalam. Entah akan membawaku ke mana. Aku tak akan keberatan selama bersamanya.     

"Bunda sehat?" aku bertanya dengan senyum terkembang di bibirku. Jauh di dalam hati aku tahu ini aneh sekali. Bertanya kesehatan seseorang di tengah bangkai pesawat dan mayat banyak manusia di sekitarku.     

Bunda hanya menoleh dan mengangguk. Entah kenapa tanpa dijawab pun aku merasa senang sekali.     

Aku mengamit lengan Bunda dan memeluknya, "Faza kangen banget! Kenapa Bunda ga sama Ayah? Fara sama Danar di mana?"     

Bunda memberi sebuah elusan di pipiku sambil terus mengajakku berjalan semakin dalam dan bicara dengan suara lembut yang selalu kuingat, "Nanti kita ketemu lagi."     

"Bunda tau? Faza mau nikah sama Astro. Astro itu anaknya sahabat Bunda, Ibu Agnia. Kemarin Astro udah minta ijin sama Ayah buat nikahin Faza. Opa curang banget. Ternyata udah jodohin Faza sama Astro dari pertama Faza ketemu Astro, tapi ga pernah ngasih tau."     

Bunda tersenyum padaku. Senyum yang terlihat cantik sekali. Sangan kontras dengan gaun putih panjang berenda dan sebuah scarf putih panjang tersampir di bahunya. Walau wajahnya terlihat pucat dan dingin, tapi bagiku Bunda adalah wanita paling cantik di dunia.     

Bunda mengajakku menghentikan langkah di deretan kursi pesawat paling depan. Kemudian melepas pelukanku dari lengannya dan berjalan mendekat ke sesosok berdarah banyak yang tergeletak canggung dengan sabuk pengaman masih terpasang di tubuhnya.     

Jantungku terasa berhenti berdetak saat melihatnya tersenyum lemah padaku. Aku menghampirinya dan mengelus wajahnya yang bersimbah darah.     

"Aku udah bilang kan kamu harus bisa kalau aku ga ada. I love you so much, Honey."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.