Online
Online
"Kamu ga istirahat?" aku bertanya sambil menerima handuk darinya dan mengusap rambut.
"Seharusnya Kyle yang nanya begitu ke Nona."
"Jam berapa sekarang?"
"Setengah sebelas. Seharusnya Nona udah tidur." ujarnya sambil memperhatikan jam di lengannya.
Sebetulnya Mayang dan Denada tadi menemaniku berenang, tapi mereka memutuskan berhenti jam sembilan saat Denada menerima telepon.
Aku tersenyum sebelum duduk di kursi lounger, "Jangan bilang Opa kalau aku berenang jam segini ya."
"Nona harus tau, Kyle ga dibayar buat bikin Nona sakit."
Aku tertawa, "Aku ga akan sakit cuma karena berenang jam segini Kyle."
Kyle menggeleng perlahan, lalu menyodorkan segelas teh hangat padaku. Aku menerimanya dan meminum beberapa tegukan.
"Rommy sama Lyra di pulau ini?" aku bertanya dengan nada pelan saat Kyle tak mengatakan apapun lagi.
"Mereka di Gili Meno karena ga dapet penginapan di pulau ini. Besok pagi mereka ke sini."
"Pulau yang ada Turtle Sanctuary?"
"Betul, Nona."
Aku mengangguk, "Tadi ada nguntit kita?"
"Nona liat?"
"Aku liat mobil Rommy berhentiin mobil lain, tapi ga keliatan lagi." ujarku sambil menoleh ke arah Kyle.
Kyle masih memberiku senyum yang terlihat menawan, tapi ada sedikit kekhawatiran di tatapan matanya. Aku akan diam menunggunya bicara. Hanya ada kami berdua di sini, dua orang pengunjung lain, juga pramusaji dan chef di restoran yang berjarak cukup jauh dari jarak dengar.
"Kita beruntung sampai di sini tanpa ketahuan. Semoga pernikahan Nona nanti lancar." ujar Kyle.
"Mereka tau aku mau nikah?"
"Mungkin tau, mungkin ga. Mungkin mereka masih mau buntutin Nona untuk sementara, tapi kita beruntung mereka ga ngikutin kita ke sini."
Aku terdiam sebelum bicara, "Kamu udah tau siapa dalangnya?"
"Hampir. Mungkin sebentar lagi, Nona."
Sepertinya Kyle tak berniat memberitahuku apapun yang bisa membuatku merasa panik. Entah apakah Opa atau Astro yang memintanya. Padahal aku tak akan keberatan andai saja aku mengetahuinya. Aku akan lebih waspada, bukan?
"Aku ga tau apa aja yang udah kalian lakuin buatku, tapi ... thank you."
"Itu udah kerjaan kita, Nona, tapi Nona tetep harus waspada. Kalau ada hal-hal yang ga wajar, Nona bisa langsung panggil Kyle."
Aku mengangguk, lalu merapatkan handuk di tengkukku dan meneguk teh hangat sambil menatap lagit yang cerah. Ada banyak sekali bintang yang terlihat di sini, Astro pasti akan menyukainya.
Aku menoleh ke arah Kyle yang masih terdiam, "Kamu suka Denada?"
Kyle tersenyum lebar sekali, "Kyle ga punya niat buat nikah kayak tuan (Opa)."
Aku terkejut sekali, "Kenapa?"
"Terlalu berisiko."
Sepertinya aku tahu maksudnya. Hubungan Opa, Oma dan Bunda buruk karena Opa adalah agen rahasia. Namun bukankah memutuskan untuk tidak menikah adalah keputusan yang berat?
"Maksudnya kamu mau berhubungan tanpa status gitu?"
"Single ga salah kan?" Kyle bertanya dengan senyumnya yang terlihat menawan.
Aku tak mengerti dengan konsep ini. Bukankah wajar untuk seorang manusia ingin membangun hubungan yang lebih serius dengan pasangan hidupnya? Aku bahkan tak bisa membayangkan hidupku tanpa Astro.
Sudah dua malam aku bermimpi buruk tentangnya. Bahkan sebetulnya aku sedang menghindari tidur entah bagaimana caranya. Aku tak ingin mimpi itu datang kembali padaku.
"Nona harus tidur sekarang." ujar Kyle tiba-tiba.
"Sepuluh menit lagi ya? Langitnya bagus." ujarku tanpa menoleh padanya.
"Kalau Nona mau Kyle rahasiain Nona berenang malem-malem begini, Nona harus ikutin saran Kyle sekarang. Tuan ga akan maafin Kyle kalau Nona sakit."
Kalimatnya membuatku menoleh pada akhirnya. Sepertinya aku harus menurutinya. Membuatnya dalam masalah bukanlah pilihan yang bijak. Kyle sudah banyak membantuku selama ini, maka aku mengangguk.
Kyle membantuku bangkit dan mengantarku sampai di depan pintu kamar. Sepertinya dia benar-benar akan melepasku saat aku sudah aman.
"Good night, Kyle."
Kyle hanya memberiku senyumannya yang terlihat menawan.
Aku menatap langit cerah selama beberapa detik sebelum masuk. Andai ada Astro bersamaku sekarang, mungkin kami sedang bermain tebak-tebakan tentang bintang atau galaksi.
Mayang dan Denada sudah terlelap saat aku menutup pintu. Mungkin mereka kelelahan karena kami belum beristirahat sejak pagi.
Aku membersihkan tubuh dengan air hangat sebelum mengambil handphone yang kuletakkan di meja di samping tempat tidur, alu menghempaskan tubuh di sofa di samping jendela. Aku mengecek semua pemberitahuan yang masuk. Aku sedikit berharap Astro akan berubah pikiran dan mencoba menghubungiku, tapi tak ada pemberitahuan apapun darinya.
Entah kenapa dadaku terasa sesak. Terasa seperti aku sedang melakukan kesalahan dan tak ada seorang pun yang memberitahuku di mana letak kesalahan yang kuperbuat. Perasaan ini menyebalkan sekali.
Aku menyibakkan sedikit gorden di sebelahku untuk menatap langit yang beberapa saat lalu kutinggalkan. Ternyata masih ada Kyle yang berjaga di depan pintu kamar. Dia sedang menelepon entah siapa. Aku tak dapat mendengar suaranya, tapi ekspresinya terlihat serius sekali.
Mungkin pekerjaan Kyle memang benar-benar berat. Menjaga jiwa seseorang tak semudah kelihatannya, bukan?
Padahal mungkin akan menyenangkan jika aku berhasil menjodohkannya dengan Denada. Walau Denada belum tentu berpisah dengan Petra, tapi kurasa Kyle akan menjadi pilihan yang jauh lebih baik.
Aku menutup kembali gorden di sebelahku, aku tak ingin Kyle memergokiku tak menuruti sarannya untuk beristirahat. Sebetulnya aku ingin sekali tidur. Aku hanya tak menginginkan mimpi buruk itu datang lagi.
Handphone-ku bergetar. Ada pesan dari Zen.
Zen : Kenapa kamu masih online?
Bukankah itu pertanyaan yang aneh? Dia mungkin saja melihatku masih online di aplikasi pesan, tapi dia tak akan tahu jika dia tidak sedang membuka kontakku, bukan?
Aku : Aku mau tidur kok. Kamu udah sampai di Jepang?
Zen : Udah kemarin
Aku : Salam buat Mama sama nenek kamu. Sorry aku ga sempet ke rumah kemarin
Zen : Nanti aku sampaiin. Kamu harus tidur
Aku : Okay
Zen hanya membaca pesanku, tapi tidak membalasnya. Mungkin akan lebih baik jika aku mematikan handphone dan menonton sebuah film dari laptop saja. Aku benar-benar membutuhkan sesuatu untuk mengalihkan pikiran dari kemungkinan mimpi buruk saat ini.
Laptopku baru saja tersambung dengan wifi saat aku melihat Astro sedang online. Jantungku berdetak kencang. Bahkan terasa seolah baru saja merasakan guyuran adrenalin dari ujung jariku.
Aku baru saja akan mengetikkan pesan untuknya saat dia tiba-tiba menghilang. Aku hampir saja meneriakkan kalimat umpatan andai saja aku tak melihat Mayang dan Denada sedang terlelap.
Aah, dia benar-benar menyebalkan.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-