Obat
Obat
Apa yang harus kulakukan?
"Mau ke pantai sekarang?" Denada bertanya.
Aku melirik jam di lengan, pukul 16.11. Kurasa aku akan setuju padanya, maka aku mengangguk. Jarak pantai dan restoran tempat kami makan hanya lima menit ditempuh dengan berjalan kaki. Aku menoleh ke arah Kyle yang sedang sibuk dengan kamera Denada. Sepertinya aku sempat mendengar Denada memintanya untuk mengambil foto kami bertiga.
Aku melepas sandal yang kukenakan setelah sampai di bibir pantai. Sensasi pasir yang hangat di kakiku membuatku merasa lebih tenang.
Ada banyak orang dengan berbagai kegiatan di sini karena ada berbagai jenis olahraga air yang bisa dicoba. Aku, Mayang dan Denada memutuskan tak akan melakukan apapun selain menikmati senja karena kami tak ingin terlalu lelah. Besok kami harus berangkat pagi-pagi sekali untuk ke pulau Gili Meno.
Aku sudah melalukan beberapa riset online tentang pelepasan penyu ke laut oleh manusia. Sepertinya hal itu aman dilakukan, walau aku masih belum yakin akan hal itu. Mungkin besok aku akan banyak bertanya pada staf di Turtle Sanctuary.
Aku berjalan lebih dekat ke pantai. Ada beberapa surfer yang baru keluar dari laut dan ada lebih banyak lagi yang sedang bermain dengan ombak di berbagai titik pantai ini.
Aah, aku melihat sosok itu lagi.
Dia sedang bermain dengan ombak yang cukup tinggi di ujung pandanganku. Sepertinya aku harus membiasakan diri untuk tak menganggapnya Astro atau aku mungkin akan mulai gila.
Sepengetahuanku Astro tak bisa bermain papan selancar, tapi sepertinya menganggapnya tidak bisa bukanlah pilihan yang bijak. Ini sama seperti saat aku tak tahu Astro lihai bermain basket dua tahun lalu. Entah ada berapa banyak yang tak kuketahui tentangnya karena dia selalu menyimpan rahasia, atau mungkinkah aku yang harus lebih banyak bertanya?
Selama ini aku hanya membiarkannya memberitahu padaku tentang apapun yang ingin dia beritahukan. Aku hanya pernah satu kali berniat menggali informasi tentangnya dan berakhir dengan dia tetap menyimpan berbagai rahasia.
Dia yang berkata padaku bahwa aku akan mendapatkan segala informasi darinya dan aku tak pernah berusaha mencaritahu lebih dari itu. Sepertinya aku baru saja merasa menyesal.
"Nona."
Aku menoleh dan menemukan Kyle sedang membidikkan kamera ke arahku. Aku tak sempat melakukan apapun saat dia mengambil fotoku sesaat lalu. Tingkahnya mengingatkanku pada Astro.
Uugh, kenapa aku masih juga memikirkan Astro?
Denada memeluk lenganku dan tersenyum lebar yang terlihat cantik sekali, "Kita foto-foto sampai puas."
Dengan Mayang yang berada tepat di samping Denada, sepertinya aku tak akan dapat menolaknya. Lagi pula, aku sudah berniat akan mengabulkan apapun permintaan mereka.
Kyle menjadi fotografer kami selama lebih dari dua jam sampai matahari menggantung rendah di tepi laut. Aku hanya mengikuti semua pose yang Denada dan Mayang arahkan untukku. Aku baru meminta mereka berhenti saat ingin menikmati senja di pantai dengan tenang.
"Kyle ke toilet dulu ya, Nona."
Aku hanya mengangguk untuk menyetujuinya.
"Aku cari camilan dulu ya." ujar Mayang.
"Ikut dong. Kamu duluan aja, Za." ujar Denada.
Aku berjalan lebih dekat ke bibir pantai yang mulai pasang. Entah kenapa mataku mencari sosok yang mirip dengan Astro, tapi tidak menemukannya. Aku justru menangkap keberadaan Rommy dan Lyra sedang duduk di bawah salah satu pohon kelapa yang terlindung dari pandangan.
"Ga ada yang nguntit?" aku bertanya saat sampai di sisi mereka.
"Sejauh ini ga ada, Nona." ujar Rommy.
Aku mengangguk dan duduk di sebelah Lyra, "Kemarin siapa yang kalian tangkep?"
Rommy dan Lyra saling bertatapan. Sepertinya mereka sedang berpikir bagaimana akan menjelaskannya padaku.
"Cuma orang suruhan. Penguntit amatir yang dipilih random." ujar Lyra.
"Berhasil dapet informasi apa dari dia?"
"Cuma informasi siapa yang nyewa. Itu pun bukan dalangnya. Kayaknya penyewanya juga random." ujar Rommy.
Aku menghela napas. Zen memang memiliki banyak relasi. Jika memang benar Zen dalang semua ini, dia mungkin saja meminta salah seorang kenalannya. Entah bagaimana aku dan Opa akan menanggapinya nanti. Namun membayangkan ini tetap terasa salah untukku.
"Kalian dapet informasi soal orang yang namanya Zen?" aku bertanya. Aku akan menggali informasi dari mereka saat Kyle tak ada bersamaku.
"Zen yang biasa sama kamu di kampus?" Lyra bertanya.
Aku mengangguk, "Kyle lagi cari informasi soal dia. Aku cuma nanya mungkin kalian tau sesuatu."
"Kyle ga nyebut apapun soal dia." ujar Rommy. Entah apakah dia menjawabku dengan jujur atau tidak. Aku tak dapat menebaknya.
"Nona bisa nanya Kyle kalau Nona butuh informasi." ujar Kyle yang tiba-tiba datang dari belakangku.
"Aku ga nemu waktu buat ngomong sama kamu pas ada Denada sama Mayang." ujarku.
Kyle memberiku senyumnya yang terlihat menawan, "Tuan bilang Kyle ga perlu khawatir soal Zen, tapi Kyle tetep terus cari informasi. Dia sama keluarganya ada di Jepang sekarang. Kyle belum nemu ada tanda-tanda keterlibatan dia sama semua ini."
Entah kenapa aku merasa sangat lega, "Oh iya, kamu udah dapet informasi soal Gerard?"
"Kita bahas dia nanti kalau udah pulang. Sekarang Nona harus refreshing dulu. Sebentar lagi Nona nikah."
"Ada masalah sama dia?" aku bertanya karena Kyle tak akan menyembunyikan sesuatu jika hal itu adalah hal yang biasa saja.
"Nona Denada sama Mayang nyariin Nona sekarang." ujar Kyle sambil menatap ke satu titik tak jauh dari tempat kami duduk.
Aku menoleh ke arah tatapan matanya. Mayang dan Denada memang sedang mengedarkan pandangan. Mungkin sedang mencariku.
"Kabarin aku kalau ada apa-apa ya." ujarku pada Lyra dan Rommy sambil bangkit. Aku berjalan menuju ke Mayang dan Denada diikuti oleh Kyle. "Kalian beli apa?"
Mayang menunjukkan kantong berisi berbagai macam gorengan di tangannya, "Mau?"
"Thank you." ujarku sambil mengambil satu dan menggigitnya.
"Duduk di sana yuk." ujar Mayang sambil menunjuk ke salah satu sudut yang tak terlalu ramai pengunjung. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya.
Kami duduk di atas pasir menghadap ke laut. Matahari sudah menggantung rendah sekali, hampir membaur dengan laut yang terlihat tenang. Warna jingga menyebar di ujung pandangan, dengan angin semilir, dan aroma laut yang menyegarkan.
Mataku masih menyapu sekeliling untuk mencari sosok Astro. Aku tahu aku sudah berjanji tak akan memikirkan Astro lagi, tapi semakin aku mencoba menolaknya aku semakin memikirkannya. Ini membuatku dilema.
"Kyle, bisa cariin obat tidur buatku?" aku bertanya pada Kyle dengan nada pelan karena Kyle sedang duduk tepat di sebelahku. Aku tak berharap Mayang atau Denada mendengarnya.
"Buat apa Nona minum obat tidur?"
"Belakangan ini aku susah tidur."
"Kalau Nona gelisah, Nona bisa minum coklat sebelum istirahat. Kyle ga anjurin Nona minum obat."
"Obat apa?" Denada tiba-tiba bertanya, mungkin suara Kyle cukup keras untuk terdengar olehnya. Mayang bahkan menoleh padaku.
"Aku minta Kyle cariin obat tidur."
"Kamu masih mimpi buruk semalem?" Mayang bertanya.
Aku enggan menjawabnya walau sepertinya aku harus memberitahu mereka, "Aku ga tidur semalem. Mm, mungkin sempet ketiduran sebentar, tapi bangun lagi."
Mereka bertiga menatapku khawatir. Mungkin seharusnya aku tak perlu membahas hal ini.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-