Tukik
Tukik
Aku menoleh padanya dan tersenyum singkat, hanya untuk sopan santun. Aku tak berharap ada orang asing mengajakku bicara. Bukan karena aku tak mengerti bahasa Inggris, tapi aku sedang tak ingin bicara pada orang baru.
Pria itu sepertinya memiliki tinggi hampir dua meter, dengan kornea mata biru kehijauan dan rambut pirang kemerahan. Ada bintik di sekitar hidungnya yang terlihat jelas walau kulitnya kecokelatan karena terkena matahari.
Namun sepertinya aku tahu kenapa dia memujiku cantik. Tadi pagi Denada memaksaku untuk memakai gaun hijau pilihan Kyle karena aku tak juga memakainya sejak kemarin. Denada bahkan mengancamku untuk memakai gaun maroon yang dia belikan nanti sore saat kami akan berfoto kembali.
Kami berencana menginap di pulau ini malam ini. Kyle berkata di pulau ini lebih tenang dan mungkin akan kesulitan mendapatkan sinyal karena pulau ini termasuk pulau yang hanya dihuni sekitar beberapa ratus orang warga.
Kebanyakan penginapan di sini menggunakan lentera atau jenset sebagai penerangan saat malam tiba. Mayang dan Denada berkata mereka ingin sekali mencoba, jadi aku menuruti keinginan mereka. Kami hanya belum berangkat ke penginapan karena Kyle berkata kami harus ke sanctuary untuk melepas tukik lebih dulu. Kami baru akan ke penginapan setelah matahari lebih hangat sebelum senja menjelang.
"Are you locals (Kamu orang sini)?" dia bertanya.
"I'm not locals, just a visitor (Aku bukan orang sini, aku cuma pengunjung)."
"I see (Gitu ya). My name is Arthur (Namaku Arthur). I came from Holland (Aku dari Belanda). What is your name (Nama kamu siapa)?"
"You can call me Faza (Kamu bisa panggil aku Faza)."
Dia tersenyum lebar, "Actually, I saw you at the beach yesterday (Sebenernya, aku udah liat kamu dari kemarin sore). I just thought maybe I could be your friend (Aku cuma mikir mungkin kita bisa temenan)."
"Maybe I could be your friend too (Mungkin kita bisa temenan juga)."
Aku menoleh dan menemukan Kyle sedang mengulurkan tangan pada Arthur.
Arthur menerima jabat tangan Kyle dengan canggung, "Are you couple (Kalian pasangan)?"
"She is my boss fiance (Dia tunangan bosku). They will marry soon (Mereka mau nikah sebentar lagi)."
Arthur terlihat salah tingkah. Sepertinya aku akan membiarkan Kyle yang menanganinya. Kepalaku sedang berdenyut karena hanya tidur satu setengah jam semalam. Kyle melarangku meminum obat tidur. Dia justru memesan secangkir coklat panas dan dua potong cake kelapa untukku.
Aku melangkah menjauh. Memperhatikan tukik berenang di tempat penangkaran seperti ini membuatku ingin melepas mereka semua ke laut. Mungkin mereka akan lebih bahagia berenang di lautan luas. Tadi pagi-pagi sekali aku sudah melepas beberapa ekor tukik, tapi aku masih belum merasa puas.
Aku sudah mendapatkan berbagai informasi dari staf sanctuary. Tukik ini sengaja ditaruh di penangkaran untuk mengurangi risiko dimakan burung pemangsa. Staf bahkan berkata, di beberapa pulau lainnya telur penyu diburu untuk dimakan. Entah apa yang manusia pikirkan saat memakan telur hewan dilindungi seperti ini. Menjaga ekosistem seharusnya adalah tugas semua orang.
Aku menghela napas. Ada berapa tempat penangkaran tukik di seantero negeri? Lalu bagaimana dengan penangkaran hewan dilindungi lainnya? Apakah sebaik tempat ini?
Aku menangkap Denada dan Mayang yang sedang bermain di bibir pantai. Sudah terik sekali sekarang. Aku melirik jam di lenganku, pukul 13.36. Kami sudah setengah hari berada di pulau ini rupanya.
"Mau makan?" aku bertanya saat sampai di sisi mereka.
"Yuk. Kita nungguin kamu dijemput Kyle tadi." ujar Mayang.
Aku menoleh ke arah Kyle yang tadi kutinggalkan. Dia baru saja berjalan ke arah kami dan meninggalkan Arthur di tepi penangkaran yang sedang memberiku lambaian tangan. Aku membalasnya dengan lambaian tangan hanya agar dia tak menganggapku begitu angkuh.
Kyle membantu kami memilih restoran untuk makan siang. Dengan berbagai menu seafood dan sayuran yang enak sekali, membuatku makan cukup banyak siang ini. Entah kenapa baru sekarang aku merasa mengantuk.
Denada menyodorkan segelas minuman padaku, "Minum ini. Aku dapet dari chef di sini. Katanya bagus diminum waktu kamu capek. Aku ga tau apa isinya, tapi minum aja deh."
Aku menatap gelas yang disodorkan Denada dengan tatapan ragu, "Kamu yakin? Ini bukan racun kan?"
"Astaga, Faza. Masa aku kasih kamu racun. Aku tuh mikirin kesehatan kamu. Kamu pasti ga tidur kan semalem? Aku kebangun kamu masih nonton film."
"Aku tidur kok."
Denada memberiku tatapan tajam sambil terus menyodorkan gelas di tangannya.
"Beneran, aku tidur. Mm, cuma satu setengah jam sih."
"Udah minum aja." ujar Denada sambil menyodorkan gelas ditangannya ke mulutku.
"Ih, iya. Aku minum sendiri." ujarku sambil menerima gelas darinya dan meminum beberapa tegukan. Sepertinya ada madu di dalam minuman ini, tapi bahan lainnya terasa asing untukku.
"Abisin, Faza." ujar Denada dengan tatapan mengancam.
Uugh, kurasa aku akan menurutinya. Lagi pula, rasanya tak seburuk jamu brotowali.
"Kalau aku sakit abis minum ini kamu yang tanggung jawab ya." ujarku setelah selesai meneguk habis minuman itu.
"Aku minta chef-nya tanggung jawab kalau kamu sakit."
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Sepertinya ini adalah senyum pertamaku yang benar-benar membuatku senang selama beberapa hari ini.
"Mau ke resort sekarang?" aku bertanya sambil menahan uapan dengan tangan karena melihat matahari sepertinya sudah tak terlalu terik.
Kyle memperhatikan jam di lengannya, "Satu jam lagi ya. Nona tidur aja dulu sebentar."
"Kita ke hammock (ayunan gantung) itu yuk. Kayaknya aku juga ngantuk." ujar Mayang sambil menunjuk sebuah sudut dengan beberapa hammock yang sudah terpasang di batang pohon kelapa.
"Itu disewain?" aku bertanya.
"Free untuk mengunjung." ujar Kyle sambil menunjuk sebuah tulisan di meja. Aku tak memperhatikan tulisan itu sebelumnya.
"Ayo deh. Nanti bangunin aku ya." ujarku sambil bangkit dan memberi isyarat pada Mayang untuk mengikutiku.
Denada dan Kyle tetap bergeming di kursi mereka. Sepertinya aku akan membiarkan keduanya. Lagi pula, jarak mereka duduk dengan hammock tak terlalu jauh.
"Kayaknya Denada suka sama Kyle." ujar Mayang setelah membuat dirinya nyaman di atas hammock.
"Bagus kan? Dari pada galau sama Petra." ujarku sambil tersenyum.
"Tapi Denada bakal tetep berangkat ke Aussie buat minta penjelasan. Denada ga mungkin selingkuh kan?"
Sepertinya aku baru saja menyadari kenapa Kyle menahan diri. Kyle tak akan membiarkan dirinya menjadi selingkuhan siapapun.
"Kita liat nanti gimana perkembangannya."
Mayang hanya mengangguk setuju.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-