Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

I Will (17+)



I Will (17+)

1CHAPTER INI MENGANDUNG KONTEN DEWASA!     

HANYA USIA 17+ YANG BOLEH BACA YA, READERS!     

PLISSS ... USIA DI BAWAH 17 DILARANG MASUK SINI!!     

***     

Aku menatapnya tak percaya. Entah kenapa rasanya lelah sekali.     

"Will you marry me, Honey?" Astro bertanya lagi.     

"Kamu udah ngelamar aku dua kali. Ini yang ketiga."     

Astro terdiam sebelum bicara, "Will you marry me?"     

"I will."     

Aku baru saja akan berkata kami akan menikah sebentar lagi saat tiba-tiba dia memasang sesuatu di kepalaku. Sepertinya dia memegangnya sejak tadi saat dia menyembunyikan kedua tangan di punggungnya. Aku meraba benda yang dia pasang di kepalaku. Terasa seperti tiara dengan banyak ornamen bulat di sekelilingnya.     

Astro mengusap air mata di pipiku, "Calon pengantin ga boleh nangis."     

"Siapa coba yang bikin aku nangis?"     

Astro tersenyum yang membuatnya terlihat semakin tampan, lalu mengamit tanganku dan mengajakku masuk ke area resort. Aku baru menyadari ada banyak pot bunga lavender berjejer di area ini. Tak mengherankan kenapa aku mencium aromanya lebih intens sejak tadi.     

Resort ini terpencil sekali. Sudah ada banyak obor yang dinyalakan sepanjang bibir pantai, dengan belasan rumah-rumah kecil yang tertata dengan apik.     

Entah kenapa ada sebuah piano di sudut yang terbuka dengan seorang pianis melantunkan sebuah komposisi lagu yang tak kukenali, dengan banyak banyak orang yang mengelilinginya. Juga ada sebuah meja dan empat kursi di tengah area, dengan banyak kursi lain yang berderet mengelilinginya. Sudah ada beberapa orang duduk di deretan kursi yang mengelilingi meja tersebut.     

Satu sosok yang duduk di salah satu kursi di sebelah meja di tengah area membuatku menutup mulutku sendiri. Aku mengenalnya dengan baik selama ini. Aku menoleh pada Astro untuk meneliti ekspresinya. Dia terlihat tenang dan mantap.     

Aku menoleh ke belakang untuk mencari Mayang, Denada dan Kyle. Mereka sedang berjalan mengikuti kami dengan senyum terkembang di bibir mereka. Sepertinya sekarang aku mengerti mereka lah yang merencanakan semua ini. Mereka sengaja membiarkanku meluapkan kekesalanku beberapa saat lalu.     

"Sudah siap?" Opa bertanya setelah kami sampai di hadapannya dan orang-orang mulai berkerumun memilih kursinya sendiri untuk duduk mengelilingi kami.     

Astro duduk di kursi tepat di depan Opa dan mendudukkanku di kursi di sisinya. Dia melepas tanganku dan tersenyum tipis yang membuatnya terlihat lebih dewasa, "Siap, Opa."     

Seorang pria yang duduk di sebelah Opa tersenyum padaku dan mengedarkan pandangan ke sekeliling, "Bisa dimulai ya?"     

Opa dan Astro mengangguk dan saling menjabat tangan. Jantungku mulai kehilangan irama detakannya yang biasa. Terasa berdetak kencang sekali dan aku tak bisa mengenalinya.     

"Astro Abhiyoga Bin Jaya Abinaya, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Mafaza Marzia Binti Abbas Sohan dengan mas kawin berupa sebuah rumah, tunai." ujar Opa.     

"Saya terima nikah dan kawinnya Mafaza Marzia Binti Abbas Sohan dengan mas kawin yang tersebut di atas, tunai." ujar Astro.     

"Sah?" pria di samping Opa bertanya pada kerumunan di sekitar kami.     

"SAH!!" seruan di sekelilingku membuat bulu halusku meremang.     

Banyak orang tiba-tiba bangkit dari kursi mereka dan memelukku saat aku masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Sepertinya otakku berhenti berfungsi sekarang.     

"Udah resmi jadi anak Ibu sekarang." ujar Ibu yang tiba-tiba mengecup dahiku.     

"Selamat Faza." ujar beberapa orang lain yang tak sempat kuperhatikan. Dari suara yang bisa kukenali sepertinya itu adalah Teana, Tante Lusi, Denada dan Mayang.     

Aah, mataku basah sekarang.     

"Minggir. Aku mau pasang cincin buat istriku." ujar Astro sambil menghalau orang-orang di sekitarku yang tiba-tiba menyingkir.     

Astro mengelap pipiku yang basah dan tersenyum lebar sekali, lalu mengamit tanganku dan memasangkan cincin dengan sebuah berlian berbentuk kotak dan berlian lain yang mengelilingi putaran cincinnya. Pas sekali di jari manisku.     

Ibu menyodorkan padaku sebuah cincin lain. Astro menyodorkan tangannya padaku. Aku tahu dia sedang memintaku untuk memasangkan cincin untuknya.     

Aah, bagaimana ini? Tanganku bergetar.     

Aku menarik napas panjang dan mengambil cincin yang disodorkan oleh Ibu, lalu memasangkannya di jari manis Astro dengan hati-hati.     

"Boleh cium tangan suami ya, Nak Faza." ujar pria di sebelah Opa.     

Aku mengamit tangan Astro dan mencium tangannya. Aku baru saja akan melepasnya saat Astro memeluk tubuhku dan mendekapku di dadanya. Sepertinya jantungku berhenti berdetak sekarang.     

"You are mine now." bisiknya.     

Entah bagaimana, aku ingin tertawa. Namun situasi ini aneh sekali. Bagaimana mungkin kami menikah sekarang?     

Aku mendongak untuk menatapnya, "Kamu nyebelin banget!"     

Astro mengecup dahiku dan tersenyum lebar sekali. Aku tahu bagaimana dia sangat bahagia. Dialah yang menantikan momen menikah kami selama bertahun-tahun bahkan sebelum aku menyadari perasaanku sendiri.     

"Mau dansa, Honey?" Astro bertanya tepat saat lantunan irama piano terdengar. Dia tak menungguku menjawabnya. Dia langsung mengamit tanganku dan mengajakku bangkit, lalu membawaku menjauh ke tepi laut.     

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aku bisa melihat Kakek, Ray, Kyle dan Ayah sedang berkerumun di sekitar Opa. Mereka tersenyum padaku, tapi tak mengatakan apapun. Aku juga melihat Ibu, kedua orang tua Ray dan Teana sedang bersama Mayang dan Denada mengelilingi piano. Sepertinya mereka akan membiarkanku berdua dengan Astro mulai saat ini.     

Astro menaruh kedua tanganku di bahunya sebelum memeluk pinggangku dengan erat. Dia menatapku terpesona seolah aku adalah perempuan yang selama ini dia idam-idamkan.     

Matahari menggantung rendah sekali. Membaur dengan laut yang hampir menelannya. Senja sempurna untuk momen yang sempurna.     

"Ada yang mau ditanya, Honey?"     

Aku menatapnya tak percaya, "Aku lagi mimpi ya?"     

Astro tertawa, "Mau aku buktiin kamu ga lagi mimpi?"     

Aku hanya menatapnya dalam diam. Bagaimana dia akan membuktikan aku sedang tidak bermimpi?     

Astro mengamit wajahku dan mengecup bibirku, lalu mencumbunya perlahan hingga aku memejamkan mata. Bibirnya lembut sekali. Terasa berbeda dengan ciuman kami di mimpiku, tapi ini terasa lebih baik.     

Entah yang mana yang harus kukhawatirkan. Detakan jantungku yang semakin kencang atau ketakutanku andai saja aku membuka mata dan menemukan diriku sedang terayun di hammock. Semua kejadian ini benar-benar terasa seperti aku sedang bermimpi.     

Astro meraih tengkukku dan memelukku lebih erat. Cumbuan bibirnya terasa semakin dalam. Sepertinya aku akan kehabisan napas andai saja dia tak segera melepasku.     

Kami berdua terengah.     

Aku menatap tatapan matanya yang terlihat lapar. Wajahnya merona merah sekali. Entah apakah bias matahari yang membuatnya terlihat seperti itu atau memang wajahnya semerah itu.     

"Mau bukti lain, Honey?"     

Aku menatapnya tak percaya sambil berusaha mengendalikan napas yang mulai terasa berat, "No idea?"     

Astro mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya dan berjalan menjauhi pantai. Kami meninggalkan semua orang dan berjalan mendekati kamar resort yang sedikit jauh dan terpencil dari resort lainnya. Kedua lenganku memeluk bahunya erat saat jantungku terasa bukan lagi milikku.     

"Aku lagi mimpi kan?" aku bertanya saat kami sampai di depan kamar.     

"You'll see (Nanti kamu liat). Buka pintunya, Honey. Kuncinya di kantong celanaku."     

"Seriously?"     

"Aku ga bisa buka pintu sambil gendong kamu begini." ujarnya dengan tatapan menderita.     

Kurasa aku harus menurutinya. Aku mengambil kunci di celananya dan membuka pintu. Kamar resort ini terlihat lengkap untukku. Dengan kitchen set, sebuah tempat tidur berukuran besar, lemari, sebuah kamar mandi yang berukuran besar dan sebuah sofa di salah satu sudut menghadap ke luar tepat ke arah pantai.     

"Kunci lagi, Honey." ujarnya.     

Uugh, kuharap aku benar-benar hanya bermimpi. Bagaimana mungkin kami menikah sekarang sedangkan semua persiapan pernikahan sudah dijadwalkan dengan sempurna?     

Astro merebahkan tubuhku di tempat tidur dengan hati-hati. Dia melepas tiara dan aksesoris rambut yang terpasang di kepalaku. Kemudian melepas scarf yang menutup bahuku, yang tiba-tiba memperlihatkan belahan dada terbuka yang sejak tadi kututupi.     

Astro menatapku lekat, "Ready, Honey?"     

Bagaimana aku harus menjawabnya?     

Astro meraih tengkukku dan mulai mencumbu bibirku dengan lebih intens. Tangannya menyusup ke punggungku dan melepas resleting gaunku, lalu mulai menjamah punggungku dengan elusan pelan hingga membuatku merasa seolah sedang melayang.     

Entah aku harus bersikap bagaimana. Tanganku hanya mampu menahan wajahnya yang terasa panas. Tubuhnya yang berada di atas tubuhku terasa hangat. Cumbuan bibirnya di bibirku juga terasa semakin dalam.     

Dia melepasku sesaat untuk mengambil napas sebelum mencumbu bibirku kembali. Napasnya yang hangat membelai wajahku. Pangutan demi pangutan bibirnya membuat napas kami menderu. Entah bagaimana dengan jantungku. Rasanya aku sudah tak tahu dengan bagaimana irama detakannya.     

Astro melepas cumbuannya. Kemudian mengecup kedua pipi, dahi, kembali mengecup bibirku sebelum mengecup tengkukku. Entah bagaimana sepertinya dia baru saja menemukan satu titik sensitifku, membuatku meremas rambutnya dan mengeluarkan sebuah erangan pelan.     

"Kamu boleh nakal sekarang. Ga akan ada yang ngelarang." bisiknya di telingaku. Aku bisa membayangkan dia sedang tersenyum saat mengatakannya.     

Entah kenapa kalimatnya membuatku dilema. Kepalaku terasa berat, tapi aku mengerti kenapa banyak orang mampu melewati batasan mereka untuk sampai ke titik ini.     

Aku bisa merasakan bibirnya menyapu tengkuk, leher, lalu turun ke belahan dadaku yang terpampang. Dia sempat menatapku lekat sebelum menurunkan helaian gaun melewati bahuku. Entah aku sedang bermimpi atau tidak. Aku akan menyerahkan diri padanya sekarang.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.