Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Manis (17+)



Manis (17+)

1CHAPTER INI MENGANDUNG KONTEN DEWASA!     

HANYA USIA 17+ YANG BOLEH BACA YA, READERS!     

PLISSS ... USIA DI BAWAH 17 DILARANG MASUK SINI!!     

***     

Aroma tubuh Astro yang hangat menyeruak membelai hidungku saat kesadaranku kembali. Aku membuka mata perlahan, dada telanjang yang terlihat familier terpampang di depan mataku saat ini.     

Seketika ingatan tentang pernikahan mendadak yang kualami datang kembali, membuatku menutup mulut untuk menahan keterkejutanku. Kenapa tanganku terasa melayang? Seolah tak memiliki tenaga, tapi kenapa masih bisa kugerakkan?     

Ingatan tentang apa yang terjadi padaku setelah pernikahan yang tiba-tiba, membuatku terkejut. Apakah pernikahan itu benar-benar terjadi?     

Aku mendongak untuk menatap wajah yang sedang memelukku. Astro masih terlelap dengan napas yang panjang dan dalam, yang mengingatkanku dengan ciuman kami yang begitu intens sepanjang malam.     

Entah bagaimana tiba-tiba bulu halusku meremang saat mengingat apa saja yang kami lakukan untuk saling melepas hasrat. Teringat dengan jelas saat dia menjamah dan menciumi seluruh tubuhku, tak menyisakan walau hanya satu milimeter yang terlewat.     

Ingatan saat aku berusaha menahan teriakan saat dia pertama kali mencoba memasukiku. Juga saat aku mulai terbiasa dengannya, menuruti semua keinginannya, hingga entah berapa kali kami memuaskan hasrat hingga merasa lelah dan tak sanggup untuk melanjutkan. Sepertinya aku tak akan bisa menolaknya lagi mulai saat ini.     

Aku mencoba menggerakkan kaki, tapi sepertinya aku tak dapat merasakan keberadaannya. Aku menoleh untuk meneliti tubuhku sendiri. Aku sedang berbaring di lengan Astro, dengan lengannya yang lain sedang memelukku dan sebelah kakinya memeluk kedua kakiku. Dia benar-benar tak melepasku hingga sekarang.     

Aku mencoba mencari jam dalam sapuan pandanganku, tapi tidak menemukannya. Tatapan mataku terpaku pada jendela yang tertutup gorden. Sepertinya masih gelap di luar sana.     

Aku meletakkan kepala kembali ke lengan Astro. Aku ingin turun dari tempat tidur tanpa membangunkannya. Bagaimana caraku bisa melepaskan diri darinya sedangkan dia memelukku begitu erat?     

Aku menghela napas, lalu menyentuh pipinya perlahan. Jariku bergerak menyentuh kelopak matanya, menjalar ke hidung dan berakhir di bibir. Aku mengecupnya perlahan karena tak ingin membangunkannya, tapi dia memangut bibirku dan membuatku terkejut, "Kamu udah bangun?"     

Astro membuka matanya perlahan dan tersenyum lebar yang membuatnya terlihat tampan sekali, "Aku udah bangun setengah jam sebelum kamu bangun."     

Aku memberinya tatapan sebal, "Kenapa ga bangunin aku?"     

"Kamu tidur kayak bayi. Aku ga tega banguninnya." ujarnya sambil mempererat pelukannya padaku.     

Aku tahu kami berdua masih telanjang di bawah selimut yang menutupi tubuh kami. Setiap bagian tubuhnya yang menempel dengan tubuhku membuat bulu halusku meremang. Sepertinya aku sudah begitu terbiasa dengan gerakan tubuhnya saat ini.     

Astro meraih wajahku dan mencumbu bibirku dengan lembut. Cumbuan yang tak terlalu dalam dan tak membuatku terengah saat dia melepasku. Cumbuan yang manis sekali.     

"Bisa kita lanjutin yang tadi?" Astro bertanya sambil meraba bahuku, turun ke punggung, dan berhenti tepat di pinggang sebelum menarikku lebih dekat padanya.     

Aku menatapnya tak percaya, "Masih kuat?"     

"Kuat dong. Aku kan sehat." ujarnya sambil menggigit ujung bibirnya.     

Sepertinya wajahku memerah sekarang. Kenapa kami menjadi begitu mesum hanya dalam waktu belum genap satu malam?     

"Masih sakit?" Astro bertanya sambil mengecup bibirku.     

Aku menggeleng, "Aku ga bisa rasain kakiku."     

Astro tersenyum lebar sekali, "Malam pertama kita sukses kan?"     

Entah bagaimana aku harus menjawabnya? Aku bahkan tak tahu bagaimana tolak ukur kesuksesan sebuah malam pertama, tapi aku akan mengabaikannya, "Aku laper."     

"Mau makan apa? Aku telpon chef dulu."     

"Terserah kamu. Aku ga tau menu di sini apa aja."     

"Sama kayak di resto kok, tapi ada banyak menu lain. Menu lokal di sini."     

Aku menatapnya tak percaya, "Jangan bilang resort ini punya kamu."     

Astro mengecup bibirku, "Emang punyaku, Honey. Kita bisa ke sini kapan aja kamu mau."     

Entah kenapa aku tak terkejut mendengarnya. Ini hanya terasa aneh. Bukankah proyeknya dengan Opa bukan proyek pembangunan resort? Dalam berbagai percakapan mereka aku bisa menyimpulkan itu adalah proyek pertanian atau semacamnya.     

Astro melepas lengannya dariku untuk meraih handphone di meja kecil di sebelah tempat tidur. Dia baru saja akan menelepon seseorang saat terdengar suara operator sedang di luar jangkauan, "Aku lupa di sini susah sinyal."     

"Jam berapa sekarang?"     

"Mau aku bikinin sandwich? Kayaknya masih ada bahan di kulkas." dia bertanya sambil memperlihatkan padaku layar handphone-nya yang memiliki walpaper foto kami berdua saat kelulusan setengah tahun lalu, pukul 04.16.     

"Terserah kamu aja."     

Astro meletakkan handphone dan memeluk tubuhku erat, "Kalau terserah aku, boleh kan kalau aku manjain kamu dulu."     

Aku bahkan belum sempat menjawabnya saat tubuhnya bergerak ke atas tubuhku dan kembali mencumbu bibirku dengan lembut. Aku mencoba mendorong wajahnya menjauh.     

"Kenapa?"     

"Kamu udah janji mau kasih tau aku proyek kamu sama Opa kalau kita udah nikah." ujarku. Sebetulnya aku ingin menolaknya, tapi aku tak tega untuk mengatakannya. Dia terlihat sangat menikmati percintaan kami sebelum ini.     

"Dua hari lagi aku ajak kamu ke sana. Sekarang aku mau manjain istriku dulu." ujarnya sambil mengelus bibirku dengan lembut sebelum mengecupnya.     

"Tunggu."     

Astro memberiku tatapan sebal, "Kenapa?"     

"Kamu punya susu? Bisa tolong ambilin? Kayaknya aku ga bisa jalan sekarang."     

Astro terlihat berpikir sebelum bicara, "Kamu lagi nyoba nolak aku ya?"     

Aah, aku ketahuan.     

"Aku kan belum makan dari kemarin malem. Aku laper banget. Aku minta susu aja kok, please."     

"Fine." ujarnya sambil bangkit dan turun dari tempat tidur.     

"Astro!"     

"Kenapa lagi?"     

"Pakai celana atau apa gitu. Ga telanjang gitu, ih!"     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa saat berjalan menghampiri kulkas di sebelah kitchen set, "Cuma ada kita berdua di sini. Kamu kan udah liat semuanya."     

Dia benar, tapi ... astaga! Yang benar saja?!     

Aku menarik selimut yang menutupi tubuh dan menutup wajah dengannya. Aku tak sanggup melihatnya berkeliaran tanpa pakaian walaupun dia suamiku. Entah apa yang dia lakukan di sana, tapi rasanya lama sekali. Aku ingin melihat, tapi aku tak ingin membuka selimut dan melihatnya berkeliaran tanpa pakaian.     

Aku hampir saja tertidur kembali saat Astro membuka selimut dari wajahku. Dia sedang membawa sebuah nampan dengan empat sandwich yang ditata di satu piring dan dua gelas susu. Untunglah dia memakai boxer selutut sekarang. Padahal aku sudah bersiap akan menutup wajah lagi andai saja dia masih telanjang.     

Astro membantu tubuhku bangkit untuk duduk menyandar dengan sebuah bantal di punggungku, lalu menaruh nampan di pahaku.     

"Thank you." ujarku setelah menelan gigitan pertama sandwichku. Sandwich buatannya terasa seenak yang kuingat.     

"Aku kan suami baik hati. Mana tega aku biarin kamu kelaperan?" dia bertanya sambil mengamit sebuah sandwich untuk dirinya sendiri.     

Aku tersenyum manis, "Thank you, Honey."     

Ada rona merah menyebar di wajahnya. Entah bagaimana, tapi dia terlihat menggemaskan. Bahkan setelah sekian kali kami bercinta, dia masih saja bersikap malu-malu.     

"Cepet abisin. Kita punya sesi yang belum selesai." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku memberinya tatapan sebal dan melanjutkan makan dalam diam. Tubuhku terasa lemas sekali. Andai saja aku tak membutuhkan makanan, aku akan llebih memilih tidur saja. Tunggu sebentar, "Kamu pasti punya mobil kan di sini?"     

"Kenapa?"     

"Aku mau ke restoran deket Turtle Sanctuary. Bisa temenin aku?"     

"Ngapain?"     

"Mau minta chef di sana bikinin minuman yang aku minum kemarin. Kemarin aku capek banget karena susah tidur beberapa hari, tapi abis minum itu aku jadi punya tenaga."     

"Aku bisa bikinin itu kalau kamu mau lagi." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

"Kamu kan ga tau apa yang aku minum."     

"Aku yang kasih ke Denada resep minuman penambah stamina buat kamu bisa nemenin aku semaleman tadi, Honey."     

"Seriously?"     

Astro tertawa puas sekali.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.