Boneka
Boneka
Sepanjang hari ini dia membantuku mengatur pekerjaanku sebagai langkah antisipasi andai saja aku akan benar-benar pindah ke Surabaya bersamanya dalam beberapa bulan ke depan. Dia membuatku mau tak mau harus berpikir banyak tentang apa saja yang harus kupersiapkan.
Seorang chef resto datang membawakan steak untuk kami saat senja hampir menjelang. Dia memasaknya di dapur sebelum pergi dan sekarang ada tiga potong daging yang masih mengepul di meja makan, dengan sekeranjang roti dan butter di sisinya.
"Kamu mau makan dua porsi?" aku bertanya pada Astro yang sedang menyiapkan garpu dan pisau untuk kami berdua karena Opa dan oma sedang berkunjung ke rumah Kakek. Opa sudah berpesan kami akan bertemu di konser Teana nanti malam.
"Kamu yang makan dua porsi, Honey." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku menatapnya tak percaya, "Aku?"
"Iya, kamu. Aku mau paksa kamu makan banyak biar berat badan kamu naik."
"Seriously?"
"Aku serius." ujarnya sambil duduk di sisiku, lalu mulai memotong steak dan menyodorkan satu potong padaku. "Aku yang suapin. Kamu ga boleh nolak. Aaa ..."
"Aku keliatan kayak boneka buat kamu ya?"
"Apa enaknya nyuapin boneka? Boneka ga bisa ngunyah, Honey." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Dia benar dan kalimatnya membuat bulu halusku meremang karena membayangkan sebuah boneka sedang menerima suapan darinya. Akan terlihat mengerikan jika hal itu benar-benar terjadi.
Aku akan menurutinya kali ini. Aku menerima potongan daging darinya dan mengunyahnya perlahan. Sedangkan dia memotong potongan daging yang lain dan memasukkannya ke mulutnya sendiri.
"Topeng buat kamu ada di kamar. Nanti kamu cobain ya. Aku mau liat." ujarku setelah menelan potongan daging pertamaku.
"Topeng?"
"Biar kita bisa dateng ke konser tanpa bikin keributan. Teana pesen banyak topeng buat dibagiin ke pengunjung di area daftar ulang."
Astro terlihat berpikir walau segera mendapatkan pemahaman, "Jangan kaget ya kalau nanti aku keliatan ganteng banget."
Aku tersenyum manis, "Topengnya bentuk mumi, Tuan Ganteng. Mau diliat kayak gimanapun kamu tetep keliatan nyeremin."
"Harus banget mumi?"
Aku mengangguk dan tersenyum lebar untuk menggodanya. Astro menatapku tak percaya.
"Kalau kamu bohong aku bawa kamu ke Surabaya besok ya, Honey?" ujarnya dengan senyum kemenangan di bibirnya.
Sial, kenapa dia bisa tahu secepat itu?
"Iya deh, bukan mumi. Ga bisa ya biarin aku godain kamu sebentar?" ujarku sambil memberinya tatapan sebal.
"Kamu bisa godain aku kapan aja kalau kita udah nikah, kamu tau?" ujarnya sambil menyodorkan satu suapan lain padaku.
Entah kenapa kalimatnya justru membuatku tercekat. Aku tak mampu mengatakan apapun untuk membalasnya.
"Ayo, kita harus siap-siap ke konser."
Aku menerima suapan darinya dan mengunyah dalam diam. Hampir setengah jam dia benar-benar memaksaku menghabiskan dua porsi steak andai saja aku tak memintanya berhenti karena perutku sudah cukup kenyang.
"Satu suapan lagi dan kita bener-bener batal ke konser Teana. Aku kenyang banget. Kayaknya aku mau tidur aja."
Astro terdiam sebelum memasukkan potongan daging yang disodorkannya padaku ke mulutnya sendiri, "Lain kali kamu harus makan lebih banyak."
Entah apa yang akan kukatakan padanya untuk membuatnya mengerti. Aku akan mengabaikannya kali ini.
Menatapnya menghabiskan steak dengan lahap membuatku berpikir bagaimana metabolisme tubuhnya bekerja. Aku yakin dia cukup sering makan makanan cepat saji beberapa waktu belakangan ini, tapi tubuhnya tetap terlihat sexy.
"Jangan liatin badanku begitu. Kamu bikin aku merinding." ujarnya setelah menelan potongan dagingnya yang terakhir.
"Tapi pamer foto otot di instagram ga bikin kamu merinding ya?"
Astro terlihat terkejut. Dia memang beberapa kali mengunggah fotonya sendiri setelah selesai berolahraga. Jumlah penyuka dan komentar di foto itu biasanya jauh lebih banyak dibanding dengan fotonya yang lain. Aku bahkan pernah berpikir dia bisa saja menjadi selebriti di sosial media.
Astro mengeluarkan handphone dari saku, mengetik entah apa dan menyodorkan handphone-nya padaku. Aku melihat akun instagram-nya di layar. Fotonya yang memamerkan otot sudah lenyap sekarang.
"Kamu hapus?"
"Kamu bisa bilang kalau kamu ga suka aku upload foto begitu."
"Aku ga pernah bilang aku ga suka."
"Ya udah nanti fotonya aku kirim ke kamu semuanya. Biar kamu bisa liatin sampai kamu puas." ujarnya dengan senyum menggoda yang lebar sekali.
"Ga perlu. Ngapain aku liatin foto kamu pamer otot?"
Astro terdiam sebelum bicara, "Bener juga sih. Ga bisa di pegang kan ga seru ya?"
Kurasa wajahku memerah sekarang. Aku bangkit dan menaruh handphone-nya di meja, "Kamu yang beresin semuanya ya. Aku mau siap-siap. Ada pangeran yang mau ngajak aku dansa nanti malem. Kamu ga boleh cemburu."
Aku meninggalkan Astro tanpa menoleh sedikit pun. Aku hanya ingin menggodanya dan tak berminat mengetahui bagaimana reaksinya.
Aku mandi dan memakai riasan bertema gothic karena akan terlihat cocok dengan tema konser. Kemudian memakai sebuah gaun yang beberapa minggu lalu sudah kupilih. Gaun itu berwarna maroon gelap dengan panjang hingga menutup betis. Dipadu sarung tangan jaring berwarna hitam sepanjang siku, sepatu hak berwarna hitam setinggi 5 cm, dan sebuah tas kecil beraksen tengkorak.
Aku sudah tak merasa canggung dengan barang-barang berharga mahal sejak pertama kali mengikuti pertemuan. Walau masih lebih suka memakai pakaian yang biasa saja, tapi pakaian seperti ini tak lagi menggangguku.
Aku menenteng topeng untukku dan Astro sambil berjalan menuju ruang tengah. Aku berharap akan menemukan Astro di sana.
Dugaanku tepat sekali. Dia sedang menungguku sambil bermain game entah apa. Jantungku hampir berhenti berdetak saat melihatnya sudah berganti pakaian dengan kemeja sepanjang siku dan celana panjang bahan berwarna hitam, juga vest formal berwarna maroon. Dia tampan sekali.
Aku menghampirinya dan berdiri tepat di sebelahnya, lalu menyodorkan topeng miliknya untuk mendapat perhatian darinya. Dia menoleh untuk menatapku dan tiba-tiba hening di antara kami.
Astro menaruh handphone di sofa begitu saja dan bangkit sambil menatapku dari atas ke bawah, lalu kembali. Dia menatap mataku dalam diam, tapi sepertinya aku tahu apa yang sedang dia pikirkan.
"Cobain topengnya. Kalau ga pas masih bisa aku benerin sebentar." ujarku yang sengaja mengatakannya untuk mengalihkan pikiran apapun yang sedang ada di kepalanya saat ini.
Astro terdiam sebelum bicara, "Kalau kita udah nikah sekarang, aku bisa pastiin kita batal berangkat. Kamu bakal nemenin aku di rumah sampai besok pagi."
Terasa seperti ada es merayap di aliran darahku saat ini. Aku bahkan bisa merasakan jari-jariku membeku.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-