Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Waktu



Waktu

0Beberapa hari berlalu tanpa ada kejadian aneh apapun lagi. Aku sudah bicara pada Pak Said, Lyra dan Rommy tentang perempuan bernama Gisel. Mereka sudah berhasil melacak siapa dia, tapi tak ada kejadian apapun sejauh ini.     

Media-media dari portal berita di internet yang dihubungi Paolo menyatakan permintaan maaf karena mengunggah berita yang tidak sesuai fakta. Mereka mengunggah permintaan maaf dalam bentuk tulisan, ada juga yang berupa video dan siap meralat semua berita yang telah beredar. Tentu saja itu semua dilakukan karena desakan Kyle. Kyle menggunakan berbagai ancaman yang akan mengguncang eksistensi media jika menolak untuk meralat artikel yang sudah diluncurkan.     

Sidang kedua Astro sudah dilaksanakan hari selasa minggu ini. Semua arus berita yang beredar tentangnya berubah positif. Dukungan demi dukungan datang dari berbagai pihak, yang harus kami lakukan sekarang adalah tetap memantau segala perkembangan berita dan menjalani proses hukum yang ada.     

Dari informasi yang kudapatkan melalui Nina, Bian dan Daniel, gosip buruk yang beredar di sekitar kampus juga berubah lebih positif. Beberapa dosen bahkan menyempatkan diri untuk memelukku saat berpapasan.     

Pembukaan cabang toko kain di Jogja yang tertunda akhirnya bisa dimulai. Proses renovasi ruko sedang berlangsung dan sepertinya akan siap dipakai dalam dua minggu ke depan.     

"Kamu dateng ke pameran lukisan aja, Honey. Sendy bilang dia minta orang buat jagain kamu di sana." ujar Astro.     

Kami sedang melakukan panggilan video call melalui laptop malam ini, tepat setelah menyelesaikan pekerjaan kami masing-masing. Aku melirik jam sudut di laptop, pukul 23.04.     

"Ada Zen di sana. Nanti kamu cemburu."     

Astro terdiam sesaat sebelum bicara, "Bukannya kamu bilang dia udah nyerah?"     

"Kamu beneran percaya? Biasanya kamu selalu nyuruh aku jauh-jauh dari dia."     

"Erm, pak Deri yang bilang katanya dia udah beneran nyerah. Asal kamu ga terlalu deket, aku ga masalah."     

Dugaanku tepat sekali. Pak Deri, Rommy atau Lyra pasti akan melaporkan tingkah lakuku padanya atau keluarganya.     

"Jadi kamu ngijinin aku ke pameran bareng Zen?"     

"Aku ngijinin kamu buat ketemu dia. Bukannya berangkat pulang bareng dia, Honey. Kamu tetep dianter jemput sama pak Deri. Aku minta pak Deri nemenin kamu di sana kalau perlu."     

Aku memberinya tatapan sebal, "Pak Deri jadi lebih mirip calon suamiku."     

Astro terlihat tersinggung mendengarnya. Tunggu sebentar, sepertinya dia marah. Sial, kenapa aku harus mengatakan hal bodoh semacam itu?     

"Kapan sidang kamu yang selanjutnya?" aku bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Kamu pinter banget ngalihin obrolan ya?" Astro bertanya dengan tatapan yang masih terlihat menyeramkan.     

Dia membuatku merasa buruk. Aku selalu menghindari membuatnya marah. Entah kenapa mulutku tiba-tiba membuat masalah seperti ini, "Sorry."     

Astro menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sepertinya raut wajahnya berubah lebih tenang walau masih ada sisa kekesalan di matanya, "Ga perlu minta maaf. Aku emang jadi gampang kepancing emosi belakangan ini."     

"Kamu bisa cerita kalau punya masalah."     

"Kamu kan tau masalahku. Aku cuma jadi ga sabaran karena deadline-ku banyak banget, sementara waktuku kurang buat nyelesaiin semuanya."     

"Kamu bisa kasih aku satu atau dua kerjaan proyek kamu bareng Opa kalau kamu ngijinin, jadi kamu bisa punya waktu lebih banyak buat ngerjain deadline yang lain."     

"Kamu juga bisa banget manfaatin kesempatan ya?" ujarnya dengan senyum tipis di bibirnya. Sepertinya senyum itu baru pertama kali kulihat dan itu membuatnya terlihat lebih dewasa. Aku menyukainya.     

"Aku cuma berusaha bantu."     

"Ga bisa. Proyek itu masih rahasia."     

Aku menatapnya sebal, "Tapi akan bantu kamu banget kalau aku bisa ngerjain satu atau dua kerjaan."     

"Ga perlu. Sorry aku jadi ngeluh sama kamu. Harusnya aku bisa selesaiin semuanya. Aku cuma butuh ngelola waktu lagi."     

"Aku ga keberatan kamu ngeluh sama aku."     

"Aku ga mau. Nanti aku keliatan kayak laki-laki lembek yang ga bisa diandelin."     

Aku tersenyum, "Kamu selalu bisa diandelin, Astro, tapi bukan berarti kamu ga boleh ngeluh. Bilang capek sekali-sekali ga pa-pa kok."     

"Kalau kamu mau aku manja sama kamu, tunggu beberapa bulan lagi. Jangan salahin aku kalau aku ga mau lepas dari kamu ya, Honey." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Entah bagaimana, bulu halusku meremang. Dia membuatku mengingat saat kami berdansa di konser Teana. Tubuh kami begitu dekat saat itu. Akan sangat naif jika aku berkata aku tidak menyukainya. Aku hanya ingin kami bisa sedekat itu saat sudah waktunya.     

"Rrgh, belum ada seminggu aku udah kangen."     

Aku akan menggodanya sebentar, "Kamu bisa pulang besok kalau mau."     

"Ga bisa. Aku harus mantau proyek. Aku harus liat perkembangannya sebelum dipanen."     

"Proyeknya proyek pertanian? Pertanian macem apa yang pakai x-ray?"     

Astro menggeleng, "Rahasia."     

"Give me a hint (Kasih aku satu bocoran)."     

"Ga bisa, Honey. Jangan maksa. Aku ga akan kasih tau."     

"Pelit."     

"Kalau deket aku udah cubit pipi kamu dari tadi. Bawel banget. Kalau udah tau rahasia tuh berarti aku ga bisa kasih tau."     

"Untung aja kita jauh. Kamu jadi ga bisa nyubit aku kan?"     

"Awas kamu ..."     

"Abis ujian masih lama. Kamu pasti kangen sama aku. Aku ga heran kalau nanti tiba-tiba kamu nongol di kampusku cuma buat ketemu aku lima menit."     

Astro mengeraskan rahang, "Aku bener-bener ga bisa pulang, kamu tau? Ga akan bisa pulang walau aku pengen banget."     

"Ya udah. Nanti kalau kamu kangen, kamu liatin aja fotoku. Mungkin bisa ngurangin kangen, tapi aku sih ga yakin."     

"Kamu lagi 'dapet' ya? Bukannya jadwal 'dapet' kamu masih beberapa hari lagi?"     

Entah bagaimana tiba-tiba topik ini muncul, tapi dia benar. Aku memang sedang menstruasi dan menstruasi kali ini datang beberapa hari lebih cepat dari biasanya.     

"Beneran lagi 'dapet'?" Astro bertanya lagi.     

Aku hanya menggumam mengiyakan.     

Astro terdiam sebelum bicara, "Apa karena kamu stres mikirin kasusku jadi jadwalnya maju?"     

"Ga tau." aku mengatakannya karena aku benar-benar tak tahu.     

"Bulan depan kamu harus kasih tau kalau kamu 'dapet'. Aku ga mau ambil risiko salah itung tanggal. Aku masih mau pacaran dulu sama kamu abis nikah nanti. Lagian kita juga masih muda, masih ada banyak waktu buat punya anak."     

Mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari bibirnya yang tanpa cela membuat jantungku berdetak kencang. Sepertinya wajahku memerah sekarang.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.