Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Reporter



Reporter

0Sesuai janjiku pada Astro, kami datang ke pertemuan dengan pakaian yang biasa. Aku memakai celana jeans dan kaos, dipadu kemeja lengan panjang berwarna hijau lumut dan sepatu sneaker yang biasa kupakai ke kampus. Aku menoleh untuk menatapnya sebelum keluar dari mobil.     

"Santai aja, Honey."     

Aku tahu dia benar. Entah sejak kapan aku begitu peduli pada pandangan orang lain terhadap penampilanku. Aku menarik napas panjang saat melihat dua pria menghampiri mobil. Aku tahu itu adalah keamanan yang disebut Viona dalam pesannya.     

"Jian kita tinggal?" aku bertanya karena sepertinya Jian tak berniat keluar mobil. Dialah yang mengantar kami hari ini.     

"Aku nanti keliling kalau kalian udah masuk. Enjoy your meeting." ujar Jian.     

"Wanna hold my hand (Mau pegang tanganku), Honey?" Astro bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku menatap tangannya yang terulur padaku dengan canggung. Aku mengingat saat pertama kali kami datang ke pertemuan, dia juga meminjamkan tangannya padaku untuk membantuku menenangkan diri.     

"Hari ini aja." ujarnya, tepat seperti saat itu.     

Aku menggeleng, "Ga perlu."     

"Ga lucu kan kalau kita keliatan kayak lagi punya masalah?"     

"Kita ga punya masalah, Astro."     

"Beberapa minggu berurusan sama media dan kamu masih belum paham juga gimana isu bisa nutupin fakta?"     

Uugh, dia benar.     

"Hari ini aja ya." ujarku pada akhirnya.     

Astro memberiku senyum menggodanya yang semakin lebar, "Iya. Aku janji."     

Aku menerima uluran tangannya dan dia menggenggam tanganku dengan hati-hati seolah tanganku ada benda rapuh tak bernyawa. Namun tangannya terasa hangat dan nyaman, seperti yang selalu kuingat.     

Kami keluar saat staf keamanan dari Viona sampai di samping mobil. Kami mengikuti mereka masuk ke restoran melalui pintu lain, lalu naik ke lantai tiga dengan menggunakan tangga yang terletak di sudut tersembunyi. Mereka baru melepas kami setelah sampai di depan sebuah ruangan yang biasa kami pakai untuk pertemuan.     

"Ready, Honey?" Astro bertanya.     

Aku menoleh padanya dan mengangguk, genggaman tangannya benar-benar membantuku menenangkan diri. Jika kami sudah menikah nanti, aku tak akan malu-malu untuk menggenggamnya lebih dulu.     

Saat kami memasuki ruangan, semua pandangan mata mengarah pada kami. Aku akan menuruti ucapan Opa untuk lebih memperhatikan sikap semua orang.     

Denada terlihat terkejut dengan penampilan kami hari ini. Aku sempat melihat Riri tersenyum canggung saat melihatku walau segera mengalihkan tatapan dan terlihat khawatir jika Angel atau teman-temannya melihatnya. Namun aku tak terkejut saat melihat tatapan jijik yang dari yang lainnya yang tak berusaha disembunyikan saat menatap kedatangan kami.     

Entah apakah aku memang sudah terbiasa mengabaikan berbagai hal, tapi mengabaikan tatapan mereka terasa mudah saja untukku. Kekhawatiran yang muncul sesaat lalu seolah hilang tak berbekas.     

Kami menghampiri salah satu sudut sofa tempat Viona, Xavier, Denada, Hendry dan Paolo berada. Xavier, Hendry dan Paolo tersenyum lebar sekali saat kami sampai.     

"Kalian mau bikin skandal baru ya?" Viona bertanya sambil menatapi penampilan kami. "Aku ga keberatan sih, tapi yang lain pasti bikin gosip baru."     

"Biarin aja. Aku suka liat kamu pakai baju begitu. Lebih 'kamu'." ujar Xavier padaku.     

"Jaga mata dari calon istriku, Vier." ujar Astro dengan tatapan tajam.     

Xavier menaikkan bahu, "Kalau kalian batal nikah, aku jadi orang pertama yang ngelamar kamu, Za."     

Aku mengelus bahu Astro saat aku mendapatkan kesan dia mungkin saja akan mengatakan kalimat umpatan. Namun spertinya Xavier hanya bercanda karena dia tersenyum iseng. Bagaimana aku harus menanggapinya?     

Kak Sendy dan Donny baru saja memasuki ruangan dan langsung menghampiri kami. Kami semua menatap Donny dengan tatapan heran karena dia terlihat biasa saja saat tiba di tengah-tengah kami.     

"It's okay. Kita bisa percaya sama dia sekarang. At least, we can give him a try (Kita bisa coba)." ujar Kak Sendy.     

Aku tahu beberapa waktu belakangan ini sikap Donny memang berubah. Dia bahkan memberitahuku tentang orang-orang yang berniat mengganggu, tapi aku tak cukup yakin apakah dia bisa dipercaya.     

"Kamu udah putus dari Angel?" Viona bertanya.     

"Kita udah putus dari awal semester." ujar Donny.     

Aku baru mengingat tentang hubungannya dengan Angel saat Viona bertanya. Jika keterangan Donny benar, berarti itu adalah saat sikapnya padaku berubah. Sepertinya aku harus waspada.     

Kami saling berbagi informasi tentang segala hal yang terjadi di lingkungan masing-masing. Dari keterangan yang kudapatkan, ternyata Cokro kemungkinan menggunakan Dissa karena ada motif untuk melihat kekuatan di belakang layar yang Astro miliki. Dengan kata lain, Cokro hanya dimanfaatkan. Entah oleh siapa.     

Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam. Kami tahu ini hanya selentingan kabar, tapi jika berita itu benar sepertinya kami harus lebih waspada.     

"Om Jaya pasti repot ngurusin kapal bahan bakar yang kebakar di perairan Pulau Ambon itu belakangan ini ya?" Xavier bertanya sambil menyesap koktail yang baru saja diambil dari bar.     

"Pak Tyo yang lebih sibuk sih, tapi ayah juga jadi sering bolak balik kantor." ujar Astro.     

"Kalian nikah dua setengah tahun lagi kan?" Viona bertanya.     

Aku dan Astro saling bertatapan, lalu Astro hanya memberinya sebuah senyum sebagai jawaban. Walau begitu, Denada menatapku penuh arti. Dia tahu rencana pernikahanku dan Astro beberapa bulan lagi masih bersifat rahasia.     

"Mau aku kenalin ke reporter kepercayaanku buat nutupin berita pertunangan kalian?" Hendry bertanya.     

Arus berita tentang isu skandal pelanggaran hak cipta dan kehamilan Dissa memang sudah kami bendung dengan bantuan Kyle, tapi isu tentang pertunangan kami masih menjadi perbincangan hingga sekarang. Walau banyak yang memberi dukungan pada kami seandainya berita itu memang benar.     

"Kasih aku nomornya. Nanti aku yang hubungin." ujar Astro.     

"Ga bisa. Dia agak rewel soalnya. Kalau kamu mau kamu harus dateng ke studio. Lebih bagus kalau bisa berdua Faza." ujar Hendry.     

Astro menatapku lekat sebelum mengalihkan tatapannya pada Hendry, "Nanti aku kabarin deh. Belakangan ini aku ga punya waktu."     

Hendry hanya mengangguk. Sepertinya dia cukup mengerti Astro pasti sibuk sekali mengurusi segala urusan isu skandalnya.     

Beberapa orang pramusaji baru saja selesai menata berbagai makanan di meja dan Viona mengajak kami semua makan. Astro mengajakku mengambil makanan dengan tangan kami yang masih saling menggenggam, lalu duduk di salah satu meja dengan saling menyuapi satu sama lain.     

Tiba-tiba aku mengingat pertama kali kami melakukan ini dua tahun lalu, saat terjebak di pos kami di tengah kerumunan acara AT Project. Astro lebih bisa mengendalikan diri sekarang dan dia terlihat lebih dewasa. Aku menyukainya.     

Astro menatapku, "Bringing old memories back to tou (Keinget memori lama), Honey?"     

Aah, dia benar-benar mengerti aku.     

"Ga terlalu lama kok. Kan baru dua tahun."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan berbisik padaku, "This day will be perfect if I can kiss you but I can't (Hari ini akan sempurna kalau aku bisa cium kamu, tapi aku ga bisa)."     

Aku tersenyum lebar, "Kamu udah janji kan, Honey."     

"Iya. Sayang banget ya."     

"Sabar ya."     

Astro menggumam mengiyakan, "Ga akan berasa kan? Aku punya kasus yang harus aku urus, tapi mungkin minggu depan namaku udah bersih."     

"Kamu mau pulang minggu depan?"     

"Aku ga bisa janji, tapi nanti aku kabarin."     

"Ga usah pulang kalau cuma mau numpang ngerjain deadline. Aku ga mau dicuekin."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Ya udah aku ga usah pulang."     

Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak sanggup mengatakan apapun. Aku tahu deadline-nya pasti banyak sekali. Sepertinya memang lebih baik jika dia menyelesaikan segalanya lebih dulu.     

"Aku envy liat kalian berdua." ujar Denada tiba-tiba. Entah sejak kapan dia duduk di sebelahku dan aku tidak menyadarinya. "Petra jarang banget pulang. Aku kangen."     

"Kenapa ga kamu putusin aja, trus jadian sama aku." ujar Xavier yang tiba-tiba datang.     

"Aku setia ya. Aku ga bakal mutusin pacar cuma karena dia jauh."     

"Dia mungkin udah selingkuh dari kamu."     

"Petra ga mungkin begitu!" ujar Denada yang segera beranjak dari duduknya dan menghampiri Viona di meja yang lain.     

Percakapan mereka mengingatkanku pada Zen. Aku pun mengatakan hal yang sama padanya.     

"Kamu kelewatan, Vier." ujarku.     

"Aku cuma bercanda kok sama Denada, tapi kalau sama kamu aku serius."     

"Cari masalah sama aku?" Astro bertanya sambil memberi Xavier tatapan tajam.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.