Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Pindah



Pindah

0Aku : Ga usah pulang. Lanjutin aja proyek kamu sampai selesai     

Astro : Abis makan aku pulang. Aku cari tiket pesawat dulu     

Aku : Jangan. Kamu bilang proyeknya buat aku kan? Kalau proyek kamu selesai nanti kamu bisa lama-lama sama aku. Sekarang ga usah pulang     

Aku tahu dia membaca pesanku, tapi tidak membalasnya. Aku meneleponnya beberapa kali, tapi juga tak diterima. Aku memberi Putri sebuah pesan. Kuharap dia membawa handphone miliknya.     

Aku : Kamu masih di ekspedisi?     

Putri: Iya, ada yang bisa kubantu?     

Aku : Tadinya aku mau delivery, tapi kalau kamu ga keberatan bisa beli makan dulu buat anak-anak sebelum balik ke toko? Terserah kamu aja mau beli apa. Nanti aku ganti     

Putri : Okay. Ada lagi yang lain?     

Aku : Nanti ke ruanganku ya. Ada yang mau aku omongin. Nanti langsung masuk aja. Pintunya ga dikunci     

Putri : Okay     

Aku memakai scarfku kembali dan mengintip ke bawah untuk mengecek ada siapa saja di sana. Masih ada empat orang pelanggan yang sedang dibantu oleh Vinny dan Sari, sedangkan Gon sedang mengerjakan kalung desain terbaru.     

Aku berjalan cepat menuruni tangga menuju ruanganku. Seorang pelanggan sempat melihatku, tapi sepertinya dia tak menyadari siapa aku. Aku merebahkan tubuh di sofa sambil melepas scarf dan menghela napas. Haruskah aku mencoba untuk tak menutupi wajahku lagi?     

Aku memejamkan mata. Aku baru saja akan terlelap saat handphone di sakuku bergetar. Ada panggilan video call dari Astro.     

"Sorry, Honey. Aku ga dapet tiket hari ini, tapi aku dapet tiket besok pagi." ujarnya dengan tatapan sendu. Dia benar-benar mencari tiket untuk pulang rupanya.     

"Kamu lanjutin kerjaan kamu aja. Tadi aku cuma bercanda kok."     

"Kamu nyebelin."     

Dia membuatku tertawa dan membuat rasa kantukku hilang tiba-tiba. Menatap Astro yang sedang menatapku dengan tatapan menderita di tengah tawa seperti ini terasa aneh untukku, "Sorry."     

"Besok pagi aku pulang."     

"Okay."     

"Aku lanjut kerja ya"     

Aku hanya menggumam mengiyakan sambil tersenyum manis. Astro terlihat dilema selama beberapa saat, tapi memutus video call sesaat setelahnya.     

Aku bangkit dari sofa, lalu mengambil sekaleng minuman isotonik dari kulkas kecil di belakang meja dan meneguknya. Sepertinya sekarang detakan jantungku sudah berirama seperti biasanya.     

Aku menatapi sosok Putri yang baru masuk dan menitipkan sebuah kantong pada Vinny, lalu berjalan ke ruanganku. Putri mengetuk pintu beberapa kali sebelum membuka pintu, "Ada yang bisa kubantu?"     

"Duduk dulu." ujarku sambil mengambil sekaleng minuman isotonik lain dari kulkas dan menyodorkannya padanya.     

Putri menutup pintu dan duduk di seberangku, lalu membuka kaleng isotonik, "Kayaknya penting ya?"     

Aku tersenyum, "Lima minggu lagi aku nikah."     

Tiba-tiba Putri tersedak. Aku menyodorkan sekotak tisu padanya untuk membersihkan diri. Melihat tatapan terkejutnya membuatku membayangkan bagaimana reaksi teman-temanku yang lain saat mengetahui berita ini.     

"Kamu serius?" Putri bertanya setelah berhasil mengendalikan diri.     

"Aku serius."     

"Souvenirnya udah setengah jadi sih. Kayaknya bisa selesai sebelum kamu nikah."     

"Aku bukan mau bahas souvenir sebenernya. Setelah nikah nanti aku pindah ke Surabaya ikut Astro."     

Putri menatapku tak percaya, "Kuliah kamu gimana?"     

"Aku pindah."     

Sepertinya Putri masih berusaha mencerna berita yang baru kusampaikan padanya. Namun seperti biasa, dia selalu pengertian untuk tak terlalu mempertanyakan keputusanku.     

"Aku mau ngajak kamu pindah juga."     

"Aku? Pindah ke Surabaya bareng kamu?" Putri bertanya dengan binar di matanya.     

Aku mengangguk, "Lebih deket sama rumah ibu kamu kan? Kamu jadi bisa sering pulang."     

"Gresik ke Surabaya deket sih, tapi lumayan makan waktu kalau aku pulang pergi."     

"Rencananya aku mau cari ruko. Kamu bisa tinggal di ruko kalau kamu mau, tapi aku emang belum nyari sih. Aku mau minta kamu siapin Gon sama Vinny biar bisa kamu lepas buat jaga toko. Nanti aku minta Sari yang tanggung jawab di sini buat gantiin kamu."     

"Kamu yakin?"     

"Aku mau coba. Ini kemungkinan yang paling masuk akal buatku. Aku sengaja bilang sekarang biar kamu bisa mikir dulu. Aku pindah ke Surabaya juga masih lama. Aku juga belum tau respon di sana buat barang-barang kerajinan kayak gimana."     

Putri terdiam sebelum bicara, "Aku ikut apapun keputusan kamu, Za. Ibu pasti seneng sih kalau aku jadi bisa sering pulang."     

"Okay. Nanti aku kabarin kalau udah nemu ruko. Sementara tolong bantu Gon sama Vinny ya."     

"Siap, Nyonya Astro."     

"Uugh, apa sih? Geli deh."     

Putri tertawa walau menatapku sendu, "Duh, aku keduluan nikah sama kamu. Padahal pacar udah ada, tapi dia belum siap nikah. Masih mau nyenengin orang tuanya katanya."     

Aku tak tahu bagaimana harus menanggapi percakapan ini. Aku tak ingin salah bicara karena sepertinya pembahasan ini sensitif sekali.     

"Kamu tau gimana caranya malam pertama kan, Za?" Putri bertanya dengan tatapan khawatir.     

"Harus banget ya nanya itu?"     

Putri tertawa, "Harus dong. Kan ga lucu kalau malam pertama kalian diem-dieman. Eh, tapi Astro mungkin tau sih."     

"Uugh, jangan bahas ini. Kamu belum makan kan? Makan siang dulu sana."     

"Duh, bos polos ini mau nikah. Nanti kamu nikah kita libur kan?"     

"Libur dong. Kalian harus dateng."     

"Siap."     

"Udah. Aku cuma mau bahas itu aja kok."     

"Makasih ya udah ngasih aku kesempatan selama ini. Aku belajar banyak selama kerja sama kamu. Kamu tinggal bilang aja kalau udah nemu ruko. Nanti aku yang beresin semuanya. Tenang aja."     

"Aku yang makasih karena kamu banyak bantu. Kalau kamu ga ada aku ga bisa tenang ninggalin toko ini."     

"Aku boleh peluk ga sih? Aku kok terharu ya?"     

Aku tersenyum dan bangkit, "Sini peluk calon pengantin. Mungkin sebentar lagi kamu dilamar karena peluk aku."     

Putri tertawa dan memelukku sesaat sebelum melepas pelukannya, "Nanti aku cariin buku referensi buat kamu praktekin malam pertama."     

"Ga perlu. Aku ga mau baca buku begitu."     

"Kamu pasti belum pernah baca kan buku gituan? Bagus loh buat referensi."     

"Udah ga usah bahas buku itu. Jangan kasih aku buku kayak gitu juga. Kamu makan aja sana. Udah mau lewat jam makan siang nih."     

Putri tertawa, tapi mengangguk sambil memberiku isyarat untuk keluar ruangan. Aku hanya mengangguk untuk mempersilakannya pergi. Aku menghela napas saat Putri menutup pintu. Masih ada sisa tawa saat dia melewati kasir. Aku bisa melihatnya dari kaca dua arah sebagai pembatas.     

Entah sejak kapan bulu halusku meremang. Sensasi ini terasa aneh untukku. Apakah sejak kami membahas tentang buku yang mengingatkanku pada novel pemberian Kak Liana?     

Sepertinya aku harus segera menghilangkan pikiran-pikiran aneh ini dari kepalaku. Pikiran ini mulai terasa mengganggu.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.