Dreamcatcher
Dreamcatcher
"Berarti sementara kita ga bikin desain baru dulu ya. Kalau ada desain baru nanti fokus kita kebagi." ujar Putri.
Aku mengangguk, "Buka tutup toko di jam yang biasa aja ya, ga perlu ditambah. Nanti aku sempetin dateng buat bantu kalau ada waktu."
"Ga juga ga pa-pa. Kamu kan bentar lagi UTS. Calon pengantin tuh harus jaga kesehatan." ujar Putri.
"Bener. Kita bisa ngurus semua yang di sini kok. Sekarang kita berempat gini kerjaan jadi lebih cepet selesai." ujar Sari.
Sebetulnya aku terharu melihat mereka begitu memikirkanku, tapi aku akan tetap datang jika memiliki waktu. Aku melirik jam di lengan, pukul 19.52. Sepertinya aku akan beristirahat sambil mengecek laporan bulan lalu sebelum pulang.
"Aku ke ruanganku dulu ya. Ini bisa diberesin aja. Lanjutin besok lagi."
Mereka mengangguk sebelum aku beranjak. Aku mengintip keadaan toko saat sampai di tangga, tak ada siapa pun kecuali Gon dan Vinny yang sedang berkutat dengan pesanan custom desain dari pelanggan. Aku bahkan sampai di ruanganku tanpa mereka sempat menyadarinya.
Aku menyalakan laptop dan mengaktifkan wifi, lalu mengecek semua laporan yang Putri berikan padaku sore tadi. Aku baru saja akan mengambil sekaleng minuman isotonik dari kulkas saat melihat Zen masuk.
Dia berbicara pada Gon sebelum menyodorkan sebuah paper bag. Aku cukup yakin Zen pasti tahu aku masih berada di toko karena mobilku terparkir di luar.
Zen mengedarkan pandangannya, lalu tatapannya terpaku pada deretan dreamcatcher mini untuk hiasan mobil. Dia memilih satu dan meminta Gon untuk memproses pembayaran.
"Yakin ga mau ketemu Faza?" Gon bertanya sambil memasukkan dreamcatcher ke dalam sebuah paper bag kecil.
"Ga usah. Aku titip yang tadi aja."
Gon terdiam sebelum bicara, "Semoga cepet ketemu jodoh ya, Zen."
Zen memberinya tatapan tajam sambil menyodorkan sebuah kartu debit, tapi tak mengatakan apapun.
Gon menyodorkan kembali kartu Zen bersama dengan paper bag berisi dreamcatcher, "Makasih. Semoga nanti kalau ke sini lagi udah bawa pacar ya."
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Zen terlihat kesal sekali, tapi sepertinya dia tak berniat untuk membalas kalimat Gon. Aku memperhatikan sosok Zen saat keluar. Dia sempat menoleh ke arah mobilku sebelum memakai helm dan berlalu.
Sepertinya aku baru menyadari Zen belum sepenuhnya merelakanku. Dia hanya bersikap lebih tenang karena tahu aku tak mungkin memilihnya bagaimana pun caranya.
Aku menghela napas sebelum mengambil handphone yang tergeletak di meja. Aku akan mencoba menghubungi Astro sebelum pulang. Beberapa kali aku menelpon, tapi Astro tidak menerimanya. Aku memberinya sebuah pesan : Kalau udah selesai sama kerjaan kamu, telpon aku ya.
Aku menunggu selama beberapa menit, tapi pesanku tidak dibaca. Mungkin Astro sedang sibuk sekali. Aku melanjutkan pekerjaan mengecek laporan selama beberapa lama, lalu mengamit handphone lagi untuk melihat apakah ada pesan baru dari Astro. Namun dia bahkan masih belum membaca pesan dariku.
Aku melirik jam di sudut layar laptop, pukul 20.45. Aku membereskan semua barang ke ransel dan memakainya di bahu, lalu memasukkan handphone ke saku sambil beranjak keluar dan mengunci ruanganku.
Gon terkejut saat melihatku datang, "Kamu dari tadi di dalem?"
"Kenapa?" ku bertanya dengan senyum mengembang di bibirku.
Gon terlihat salah tingkah. Sepertinya dia baru saja menyadari aku mungkin saja mendengar pembicaraannya dengan Zen sesaat lalu.
"Itu ... ada titipan dari temen kamu. Namanya Zen. Sebentar aku ambilin." ujarnya sambil mengambil paper bag dari balik meja kasir.
"Thank you."
Gon terlihat ragu-ragu, "Kamu denger obrolanku sama Zen tadi?"
"Cuma sedikit. Kenapa?"
Gon terkejut, "Aku ... ga maksud ngomong ga sopan sih sama customer."
"Ga pa-pa." ujarku dengan tawa di ujung kalimatku. Melihat wajahnya yang merasa bersalah itu terasa lucu.
"Tapi dia keliatan banget kalau suka sama kamu. Kamu kan bentar lagi nikah. Bagus kalau dia ga ngarepin kamu kan?"
Aku tersenyum, "Tenang aja. Zen tau diri kok."
"Bagus deh kalau gitu."
Aku mengamit paper bag pemberian Zen dan mengedarkan pandangan ke seisi toko, "Vinny ke mana?"
"Di atas bantuin Putri sama Sari."
Aku mengangguk, "Aku pulang deh kalau gitu. Nanti tutup toko di jam biasa ya. Jangan kemaleman."
Gon mengangguk dan tersenyum lebar. Aku tahu mereka menganggap toko ini sebagai basecamp mereka, tapi akan lebih baik jika mereka tak membuka toko terlalu malam.
Aku membawa paper bag dari Zen dan melambaikan tangan pada Gon sebelum keluar. Gon hanya memberiku sebuah anggukan kepala. Sepertinya Gon dan Vinny cukup bisa diandalkan andai nanti Putri ikut denganku ke Surabaya.
Aku meletakkan ransel di kursi sebelah kemudi, lalu mengecek paper bag berisi berbagai camilan khas Jogja. Sepertinya neneknya benar-benar sudah sampai. Aku meletakkan paper bag dari Zen di dekat ransel dan menaruh handphone di holder dekat kemudi, lalu menyalakan mobil dan memulai perjalanan pulang.
Aku menatap handphone yang masih belum mendapatkan pemberitahuan apapun dari Astro. Andai saja Astro ada bersamaku, dialah yang akan mengemudi dan dia akan membiarkanku tidur sebentar.
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Empat minggu lagi tak akan terasa lama, bukan?
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling saat mobilku terhenti di persimpangan jalan dengan lalu lintas cukup padat. Ada Zen sedang duduk di atas motornya, di depan sebuah toko bunga. Kemudian seorang perempuan memberinya satu buket bunga lavender. Zen membayar dan pergi sesaat setelahnya.
Aku tak memperhatikan apa yang terjadi setelahnya karena lampu lalu lintas berubah warna. Aku harus bergerak jika tak ingin menimbulkan kemacetan.
Namun pemandangan sesaat lalu menimbulkan berbagai pertanyaan di pikiranku. Untuk apa Zen membeli satu buket bunga lavender? Mungkinkah dia membelinya untuk diberikan pada neneknya? Mungkin saja neneknya menyukai lavender sama sepertiku, bukan?
Entah kenapa tiba-tiba aku berpikir untuk datang ke rumahnya dan mengunjungi neneknya. Namun aku harus meminta izin pada Astro lebih dulu.
Handphone-ku bergetar. Ada pemberitahuan pesan dari Astro.
Astro : Sorry. Aku baru aja selesaiin deadline, tapi aku ga bisa nelpon kamu sekarang. Aku mau istirahat dulu ya. I love you, Honey
Aku tak bisa membalas pesannya saat sedang menyetir. Aku juga tak mungkin memberinya panggilan telepon saat ini karena dia berkata tak bisa meneleponku. Sepertinya aku akan membiarkannya beristirahat sekarang.
Aku tahu dia sudah berusaha keras beberapa bulan ini. Mungkin aku akan bisa menghubunginya tengah malam saat dia melanjutkan pekerjaannya.
Aku menyalakan radio untuk menghilangkan sepi. Musik yang melantun terasa berlalu dengan cepat, menemaniku melewati jalanan yang mulai lengang hingga sampai di halaman. Andai ada Astro sedang bersamaku, mungkin sekarang dia sedang menatapku dalam diam karena tak ingin mengganggu tidurku.
Aku mengambil handphone dari holder dan mengetik pesan balasan untuknya: I love you too, Astro
Aku menghela napas. Bagaimana pun aku memikirkannya, memang akan terasa jauh lebih baik jika ada Astro bersamaku. Mengingat kebiasaan-kebiasaan yang kami lakukan selama ini tak membuat rinduku padanya berangsur pergi.
Beberapa waktu belakangan ini aku menggodanya dengan menyebutnya "bucin", tapi sepertinya aku pun sama. Memikirkannya sepanjang perjalanan memang akan terlihat seperti seorang bucin, bukan?
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Perasaan ini terasa konyol sekali. Bahkan, mungkin saja Astro akan tertawa saat tahu aku sedang berpikir terlalu berlebihan seperti ini.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-