Parfait
Parfait
Opa dan Oma berangkat ke acara pernikahan Kak Liana. Aku menitipkan hadiah pernikahan dariku pada Oma dan meminta Oma untuk menyampaikan permintaan maaf karena aku tak bisa datang.
Aku berangkat ke toko Lavender's Craft saat sudah terlalu bosan menunggu Astro datang. Seharusnya aku tak perlu terlalu berharap. Aku tahu dia sedang tak leluasa untuk menemuiku. Aku bodoh sekali.
Handphone di holder dekat kemudiku bergetar, ada panggilan video call dari Denada. Aku menerimanya.
"Kamu nyetir sendiri?" Denada bertanya.
"Iya, aku cuma mau ke toko kok. Ga perlu dianter."
Denada menatapku khawatir, "Tadinya aku mau ke rumah, tapi kalau kamu ke toko, aku ke toko aja ya."
"Boleh. Kamu mau dateng jam berapa?"
"Satu jam lagi udah sampai kayaknya."
"Okay. Aku tunggu."
"See you, Za."
Aku tersenyum sebelum Denada memutuskan sambungan video call, lalu kembali fokus pada rute perjalanan. Aku sampai di toko tak lebih dari setengah jam kemudian karena jalan raya sedang lengang.
Aku keluar dari mobil menggunakan scarf yang menutupi hidung dan mulut untuk mengantisipasi andai saja ada pelanggan yang mengenaliku. Perkembangan isu skandal Astro berjalan baik sekali, tapi aku sedang tak ingin diberi pertanyaan oleh seorang pun mengenai hal itu.
Dugaanku benar. Ada empat pelanggan sedang melihat-lihat etalase dan dua orang sedang berbincang dengan Putri. Satu perempuan dan satu laki-laki yang sepertinya seumuran denganku.
Aku memberi Putri isyarat, sepertinya dia mengerti. Dia bangkit dari duduk dan mengantarku ke lantai dua. Akan terlihat aneh jika ada seseorang yang baru saja tiba dan naik ke lantai dua tanpa pendamping, bukan?
"Yang tadi itu Gon sama Vinny. Mau aku ajak mereka ke sini sekarang?" Putri bertanya saat kami sampai di anak tangga paling atas.
Aku melepas scarf, "Mereka bisa dipercaya?"
"Bisa kok."
"Okay. Ajak aja ke sini."
Putri mengangguk dan segera berlalu. Dia kembali tak lama setelahnya, dengan Gon dan Vinny di belakangnya. Dia memperkenalkan mereka padaku dan mengambil empat kaleng minuman isotonik dari kulkas, lalu menyodorkan satu untuk masing-masing dari kami.
Aku memperhatikan Gon dan Vinny yang saling menatap dalam diam. Aku hanya tersenyum seolah tak mengerti apa yang sedang mereka pikirkan.
"Ada yang mau kalian tanya?" aku bertanya setelah keheningan yang cukup lama. Entah kenapa aku merasa sedang melontarkan pertanyaan yang mirip dengan Opa.
"Kakak ... beneran tunangan sama Astro?" Vinny bertanya.
Pertanyaan yang kuhindari akhirnya datang padaku. Aku menatapnya lekat, "Menurut kamu?"
"Gosip?"
"Kalau menurut kamu gosip, bisa jadi emang gosip kan?"
Vinny terlihat tak yakin dengan jawabanku, "Berarti emang gosip?"
"Aku terserah kalian aja mau mikirnya gimana. Aku kasih tau fakta kalau kalian ga percaya akan percuma."
Sepertinya Vinny mengerti maksudku karena dia mengangguk walau terlihat ragu.
"Ada pertanyaan lain?" aku bertanya, tapi mereka diam. "Okay kalau gitu. Kalian kenapa suka craft?"
"Keren sih menurutku kalau bisa bikin produk yang beda dari yang lain. Berasa bangga gitu." ujar Gon dengan binar di matanya.
Aku mengangguk, "Berasa spesial ya?"
"Iya, kita jadi bisa bikin ini." ujar Vinny sambil menunjukkan kalung dengan lempengan titanium berbentuk oval yang bertuliskan nama Gon. Gon menunjukkan gelang dengan lempengan titanium bertuliskan nama Vinny.
"Kalian pacaran?"
"Kita kembar." ujar mereka bersamaan.
Aku menatap keduanya tak percaya. Aku tahu kembar tak harus selalu berwajah mirip, tapi melihat dua saudara kembar memiliki passion yang sama membuatku takjub.
Aku menoleh ke arah Putri yang sepertinya juga terkejut dan kembali menatap dua saudara kembar di hadapanku, "Rumah kalian deket sini?"
Vinny melirik Gon, "Aku sih deket. Dia yang jauh. Orang tua kita pisah tahun lalu. Kita biasa janjian di sini buat ketemuan."
"Tapi beberapa bulan lagi aku pindah deket sini kok. Aku mau ngekos. Mau cari kerja." ujar Gon.
"Kamu mau cari kerja?" aku bertanya hanya untuk memastikan.
"Iya, Kak. Aku butuh uang buat kuliah."
"Sebenernya aku lagi cari karyawan. Kamu mau kerja di sini?"
Gon menatapku lekat sebelum menoleh ke Vinny dan menatapku kembali, "Aku mau banget, tapi ... aku cowok."
Aku tersenyum, "Bagus kan? Kan keren kalau jadi crafter. Idenya pasti beda sama perempuan. Nanti kamu bisa bikin toko sendiri kalau kamu mau. Kamu bisa belajar dulu di sini."
"Bener. Nanti aku bisa sering main ke sini." ujar Vinny.
"Sebenernya aku butuh dua. Kalau mau, kamu bisa kerja di sini juga." ujarku pada Vinny.
Mereka saling tatap dengan mata berbinar, "Beneran, Kak?"
"Iya, tapi jangan panggil aku 'Kak'. Panggil nama aja. Kayaknya kita seumuran."
Awalnya mereka ragu, tapi setuju karena aku memaksa. Kami membicarakan tentang jadwal buka tutup toko, gaji dan keharusan mereka menjaga identitasku. Mereka setuju dan akan mulai bekerja hari senin.
Denada sampai tak lama setelah mereka pergi. Kami berbincang di lantai dua sambil memakan blueberry banana parfait yang dibawa olehnya.
"Jadi nanti aku ikut mobil kamu ke pertemuan?" Denada bertanya.
"Iya. Pak Deri yang nyetir. Petra ga jadi pulang lagi?"
"Uugh, jangan tanya Petra. Aku ga tau kapan dia pulang, makanya mau nengokin dia ke Aussie libur semester ini."
"Mama ngasih ijin?" aku bertanya setelah menelan satu suap parfait.
"Mama ngijinin tapi cuma boleh nginep sehari. Itu juga nginep di rumah auntie Farah."
Aku mengerti kegusaran Denada. Menjalin hubungan jarak jauh bukanlah hal mudah karena beberapa bulan ini aku menjalaninya bersama Astro. Membayangkan Denada dan Petra yang menjalaninya hampir satu setengah tahun lamanya, membuatku berpikir mereka keren sekali.
"Sebenernya aku ngiri banget sama kamu, Za. Astro berani ngelamar padahal kalian masih kuliah." ujarnya yang tiba-tiba menatapku sendu dan kesal yang menjadi satu.
"Kenapa kamu ga minta Petra nikahin kamu kalau emang kamu mau?"
"Ga segampang itu. Dia ada di Aussie, aku di sini. Kalau nikah masa kita LDR?"
"Kamu bisa ikut Petra ke Aussie. Aku juga ikut Astro kok nanti."
Denada terkejut, "Kamu serius?"
Aku mengangguk. Sepertinya aku lupa memberitahukan ini padanya dan Mayang.
"Tapi ... aku ga yakin papa bakal ngijinin aku ikut Petra."
"Kamu udah coba ngomong sama papa?"
Denada menggeleng. Aku tahu memutuskan untuk menikah dan pindah bukanlah hal mudah. Aku bisa mengerti jika dia merasa dilema.
"Aku ga yakin Petra mau nikahin aku sih." ujarnya tiba-tiba.
Aku menatapnya dalam diam. Ucapan Denada diluar dugaanku.
"Maksudku, ga dalam waktu deket. Mungkin nanti kalau dia udah lulus. Setelah kita punya pencapaian kita masing-masing."
Kalimatnya membuatku merasa aku dan Astro terlalu buru-buru, tapi aku tak bisa menemukan alasan untuk menunda pernikahan kami karena aku juga menginginkannya. Aku benar-benar tak bisa membayangkan jika kami harus menahan diri lagi. Sejak mimpi berciuman dengannya, aku sering membayangkan yang tak semestinya dan membuatku merasa malu dengan diriku sendiri.
"Aku bukan lagi ngehasut kamu buat batal nikah, Faza."
Kalimat Denada membuyarkan lamunanku, "Aku akan tetep nikah sama Astro. Dia nyebelin banget belakangan ini. Tingkahnya makin banyak. Kalau kita batal nikah mungkin dia ga akan pulang lagi sampai lulus, atau lebih milih lanjut kuliah S3 di luar negeri biar ga usah ketemu aku."
Denada tertawa, "Astro ga mungkin tahan. Dia pasti nyari cara buat cepet nikahin kamu."
Sepertinya Denada benar. Astro memang selalu mencari cara untuk menikahiku sejak dulu. Andai dia tak berniat menikahiku, dia tak akan menerima proyek dari Opa yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-