Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Hexagonal



Hexagonal

0Setelah mengantar Zen pulang, aku menyempatkan diri ke toko Lavender's Craft untuk membantu mengepak aksesoris gaun milik Teana. Aku juga membawa pesanan Kak Liana karena sudah selesai di saat yang bersamaan.     

Aku mengirimi Kak Liana foto flower crown pesanannya. Beserta sebuah tempat cincin berbentuk hexagonal dan sebuah buket bunga artifisial bertema lily of the valley.     

Aku : Faza ga tau apa Kakak udah punya tempat cincin sama buket bunga, tapi ini hadiah dari Faza buat Kakak. Semoga Kakak suka     

Kak Liana : Ya ampun, Faza. Makasih banyak. Kakak suka banget. Kakak ga kepikiran buat pesen itu kemarin, tapi malah kamu kasih     

Aku : Faza seneng kalau Kakak suka. Besok Faza anter ke rumah     

Kak Liana : Duh Kakak masih di Aussie. Kakak masih ada urusan     

Aku : Ga pa-pa, Kak. Nanti Faza titip ke Zen aja     

Kak Liana : Maaf ya jadi ngerepotin     

Aku : Ga ngerepotin kok     

Kak Liana : Minggu depan Kakak pulang. Faza mau dibawain oleh-oleh apa?     

Aku : Ga usah, Kak. Nanti ngerepotin     

Kak Liana : Ga ngerepotin. Nanti kalau Kakak lagi belanja Kakak video call ya. Faza pilih sendiri mau apa. Sekarang Kakak lagi di jalan mau ke apartemen. Nanti Kakak chat lagi     

Aku : Okay     

Aku sedang merebahkan tubuh di tempat tidur, dengan diary Bunda tergeletak di dadaku selama membalas pesan Kak Liana. Aku meletakkan handphone dan mulai membaca lembaran diary yang tersisa.     

Bunda bercerita, Opa sempat mencari Ayah untuk menanyakan keberadaan Bunda. Opa sempat menuduh Ayah menyembunyikan Bunda, tapi Opa menyerah dan mengakui kesalahan saat tak menemukan bukti apapun bahwa Ayah yang menyembunyikan Bunda. Opa justru meminta Ayah untuk membantu mencari.     

Hubungan Opa dan Ayah membaik selama tiga tahun proses pencarian. Opa bahkan memberi Ayah modal awal untuk membangun sebuah gerai kopi, yang dikelola dengan baik hingga bisa menghasilkan berbagai cabang setelahnya.     

Bunda dan Ayah berbagi informasi yang terlewat di sebuah toko kue di area Dago setelah bertemu di pameran seni. Jelas sekali keduanya masih saling mencintai. Ayah menemani Bunda bertemu dengan Opa saat Bunda memutuskan untuk pulang karena menyadari keadaan sudah berubah. Dengan Opa yang memberi modal berbisnis pada Ayah, bukankah berarti mungkin saja ada kesempatan bagi keduanya untuk kembali bersama?     

Hubungan Opa dan Bunda membaik setelahnya. Opa meminta maaf karena sudah bersikap begitu egois. Opa bahkan menyetujui hubungan Bunda dengan Ayah, dengan langsung menerima lamaran Ayah saat itu juga. Acara lamaran resmi dilakukan beberapa hari setelahnya dan mereka menikah hanya berselang dua minggu setelah lamaran terlaksana.     

Halaman demi halaman kususuri. Setelah menikah, Bunda pergi mengikuti Ayah ke Bogor. Aku menduga, Opa dan Oma merasa keberatan. Namun tak sanggup untuk menolak karena khawatir Bunda akan menghilang lagi hingga mempercayakan Bunda pada Ayah menjadi satu-satunya pilihan yang masuk akal.     

Isi diary selesai dengan belasan lembar halaman kosong yang tak terisi. Aku membuka lembaran kertas hingga halaman terakhir. Di halaman terakhir itu, tertulis sebuah kata di sudut buku : Bonaire ♡     

Bonaire?     

Aku meletakkan diary dan mengamit handphone. Kemudian mencari informasi apa saja yang bisa kutemukan di mesin peramban tentang Bonaire. Ternyata Bonaire adalah sebuah pulau di Laut Karibia, dengan pantai berwarna pink yang juga merupakan surga bagi penyelam.     

Apakah Bunda pernah ke sana? Atau hanya sebuah destinasi yang ingin Bunda kunjungi? Kenapa tak ada keterangan apapun lagi?     

Tiba-tiba saja aku menemukan pemahaman. Aku memberi Astro sebuah pesan.     

Aku : Bisa kita honeymoon ke Bonaire?     

Aku menatap layar handphone dan berharap Astro akan meresponku dengan cepat. Astro membaca pesanku, tapi tak membalasnya selama beberapa waktu. Namun memberiku sebuah panggilan video call setelah beberapa menit aku menunggu.     

"Kenapa tiba-tiba?"     

"Aku nemu nama pulau itu di diary."     

Astro terlihat mengerti dengan situasi yang terjadi. Di belakangnya ada dinding bercat putih yang sudah familier untukku, sepertinya dia masih berada di kampus.     

"Bunda pernah ke sana?"     

"Aku ga tau. Cuma ada tulisan nama pulau itu di ujung belakang halaman. Aku ga yakin apa Bunda pernah ke sana."     

Astro menghela napas, "Kalau kamu mau kita ke sana setelah nikah akhir semester ini, ga bisa. Waktunya ga akan cukup, Nona."     

Aku tahu dia benar. Aku hanya mengutarakan ide itu secara tiba-tiba. Aku bahkan tak tahu apa yang akan kulakukan andai saja dia menyetujuinya, "Aku cuma nanya aja kok. Kalau ga bisa ga pa-pa."     

"Kita bisa, tapi nanti. Mungkin abis ujian semester depan."     

"Okay."     

"Jangan terlalu banyak pikiran. Aku ga bisa pinjemin tanganku sekarang." ujarnya sambil menatapku dengan tatapan khawatir yang jelas sekali.     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Dia memang selalu meminjamkan tangannya untuk kugenggam saat aku sedang terlalu banyak berpikir. Dengan kami yang berjarak empat jam berkendara dengan mobil seperti ini, hal itu jelas tak mungkin terjadi.     

"Aku ga banyak pikiran kok. Justru sebenernya aku lega. Aku udah baca semua diary-nya. Nanti aku cerita ke kamu apa aja isinya kalau kamu pulang."     

"Akhir ceritanya happy ending kan?"     

"Kok kamu tau?"     

"Kalau ga happy ending kan kamu ga mungkin ada, Nona." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Dia benar. Kenapa aku bodoh sekali?     

"Kamu tuh kadang polos banget, kamu tau? Coba kamu pikir, kamu galau beberapa hari baca diary yang akhir ceritanya aja udah ketauan."     

Lagi-lagi dia benar dan membuatku merasa aku memang benar-benar bodoh sekali, "Abisnya aku penasaran banget. Selama ini aku pikir aku tuh cuma perempuan biasa. Aku tiba-tiba ngerasa bingung sama semua kejadian belakangan ini."     

"Sekarang kamu udah dapetin jawaban yang kamu mau. Rencana kamu selanjutnya apa?"     

Aku terdiam sebelum bicara, "Balik kerja lagi. Kerjaanku kan banyak."     

"Coba kamu kerjain dari kemarin. Ga perlu kepo banget baca diary yang udah bertahun-tahun itu. Mungkin sekarang kamu udah bisa santai sedikit. Malah kamu bisa nambah bacaan tentang kehidupan setelah nikah."     

Laki-laki ini benar-benar tak melepas topik tentang menikah. Entah apa yang akan dia bahas lagi nantinya. Sepertinya lebih baik aku membahas hal lain.     

"Aku mau ngurusin cabang toko kain baru di Jogja. Aku nambah bacaan soal nikah nanti aja kalau udah deket waktunya."     

"Kamu harus siapin diri dari sekarang, kamu tau? Tiga bulan tuh cepet."     

Aku akan menggodanya sekarang, "Coba liat siapa yang ngomong? Bukannya kamu yang kemarin bilang tiga bulan tuh lama?"     

"Aku bilang begitu karena kangen." ujarnya dengan rona merah mulai menyebar di wajahnya. Dia terlihat menggemaskan.     

"Berarti sekarang ga kangen?"     

"Sekarang aku lagi ngerjain deadline. Aku lagi fokus, kamu tau?"     

"Jadi kalau lagi fokus kamu ga kangen?"     

"Aku fokus sekarang biar aku ga perlu bawa kerjaan pas malam pertama kita nanti. Emang kamu mau aku cuekin demi aku nyelesaiin deadline?"     

Sepertinya wajahku memerah. Pembahasan malam pertama ini membuat perutku menggeliat panik. Bagaimana bisa dia menyebutkannya dengan ekspresi yang biasa saja?     

Astro menggeleng perlahan, "Aku kirim ke kamu satu film. Kamu harus nonton. Kamu pasti butuh itu buat malam pertama kita nanti."     

Kemudian dia mengirimiku sebuah tautan film, bahkan sebelum aku bisa menolak. Tautan itu terpampang di layar handphone dan ada keterangan "proses pembuahan sperma menjadi janin".     

Aku benar-benar tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Aku baru saja berpikir yang tak sepantasnya dan dia berhasil menggodaku, "Kamu iseng banget."     

Astro tertawa puas sekali. Dia benar-benar menyebalkan.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.