Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Skandal



Skandal

2"Listeners, udah tau gosip terbaru? Ada perusahaan game baru yang kena skandal hak cipta, trus katanya ada cewe yang jadi korban kekerasan seksual di sana. Ada deh fotonya di situs lambebobrok. Baru aja di-upload tuh."     

"Coba sini liat. Di-zoom dong fotonya. Eh, itu bukannya anak yang ngerjain instalasi cahaya di project pentas seni dua tahun lalu ya?"     

"Wah iya! Duh, anaknya baik loh. Semoga ini beritanya ga bener ya. Asli ganteng banget anaknya. Gue aja naksir, tapi kayaknya udah punya pacar waktu itu."     

"Wah, semoga ini hoax ya, Guys."     

"Eh, tapi kalau bener gimana?"     

"Ya kita liat aja gimana proses hukumnya. Tuh korbannya kalau lapor pasti punya bukti kan?"     

Aku mendengar dua orang penyiar radio P bercakap-cakap dengan intonasi tanpa cela. Aku memiliki firasat buruk tentang ini. Penyiar radio memang tak mengatakan perusahaan game mana yang dimaksud atau perempuan mana yang menjadi korban, tapi aku bisa menebak. Detakan jantungku terasa tak semestinya sekarang.     

Aku sedang dalam perjalanan menuju kampus setelah menjemput Zen sambil menyerahkan pesanan Kak Liana dan syal buatan Oma padanya.     

Zen memperlihatkan layar handphone miliknya dengan foto seorang perempuan memegang foto Astro, "Bilang aku kalau ini bohong."     

Aku menatap layar handphone-nya gamang, "Aku ga tau."     

Zen mengeraskan rahang, tapi tak mengatakan apapun. Dia kembali menatapi layar handphone dan aku kembali berusaha fokus pada rute perjalanan dengan hati gelisah. Perasaanku mengatakan akan lebih baik jika aku pulang saja, tapi ada tugas individu penting yang harus kuserahkan hari ini.     

Ibu memberiku panggilan telepon. Aku mengambil handphone dari saku dan meletakkannya di holder sebelah kemudi, lalu menerimanya.     

"Faza di mana?"     

"Lagi jalan ke kampus, Bu."     

"Faza lagi denger channel radio P?"     

"Iya." ujarku. Seolah ada batu jatuh ke dasar perutku yang membuatku merasa mual. Intonasi suara Ibu membuatku gugup.     

Ibu menghela napas, "Ibu lagi di luar kota. Ada kerjaan sampai hari rabu. Jaga diri baik-baik ya, Sayang. Nanti Ibu minta Sendy jagain Faza di kampus. Kalau ada apa-apa langsung telpon Ibu."     

"Iya, Bu."     

"Ibu matiin telponnya ya."     

Sambungan telepon kami berakhir dan meninggalkan sensasi buruk di sekujur tubuhku. Nama Paolo muncul di layar handphone sesaat setelahnya. Dia mengirimiku panggilan video call dan aku menerimanya.     

"Faza, percaya sama Astro." ujarnya panik.     

Aku menghela napas, "Ada apa sih? Kenapa tiba-tiba ada berita aneh disiarin di radio begitu?"     

Tiba-tiba aku membayangkan Astro sedang kerepotan menangani berita yang mencuat tentangnya. Entah apa yang sedang dilakukan olehnya sekarang.     

"Aku ga bisa jelasin banyak. Kita udah usaha biar berita itu ga keluar dari minggu lalu, tapi kamu harus percaya sama Astro. Ah, sorry, aku harus matiin video callnya sekarang. Beritanya parah banget. Aku mau handle dulu."     

Video call kami terputus. Paolo bahkan tidak membantu memberiku penjelasan yang lebih masuk akal.     

Aku mengirimi Astro panggilan video call, tapi dia tidak menerimanya. Aku mencoba menelponnya, tapi nomornya tidak aktif. Hal ini membuat hatiku gusar hingga diam sepanjang perjalanan. Zen sepertinya juga sedang mencari informasi entah apa dari handphone miliknya.     

Ada banyak pesan yang masuk ke aplikasi pesanku dan ada lebih banyak pesan di instagram saat aku mengecek pemberitahuan sesampainya di kampus. Semuanya membahas hal yang sama. Sebuah foto seorang perempuan sedang melaporkan gugatan ke kepolisian dengan foto Astro di tangannya.     

Ada belasan nomor yang menelponku dengan nomor yang tak kukenali, tapi aku tak ingin mengambil resiko untuk menerimanya karena tak tahu siapa mereka. Bahkan ada banyak nomor yang mengirimiku pesan menyatakan bahwa dia adalah Astro, walau aku memilih untuk mengabaikannya.     

Jalannya perkuliahan terjadi seperti biasa, tapi berubah saat tiba waktunya pulang karena berita skandal Astro telah menyebar. Beberapa orang yang mengenaliku sebagai kekasihnya memberi tatapan tak menyenangkan. Nina, Bian dan Daniel bahkan memberiku introgasi singkat sebelum kami berpisah di depan kelas.     

"Kamu okay?" Kak Sendy yang menemuiku di depan gedung fakultas bertanya.     

Aku tersenyum dilema. Aku tak tahu bagaimana harus menjelaskan perasaanku. Terlebih, saat ada Donny bersamanya.     

"Karyawan kamu udah keluar rumah sakit kan?" aku bertanya karena tak ingin membahas tentang Astro sekarang. Aku belum mendapatkan kabar apapun darinya dan tak ingin menerima penjelasan lain mengenai skandalnya yang mungkin akan membuatku bingung.     

Donny menatapku bingung, "Kamu bener-bener kelewat baik hati ya? Astro lagi kena skandal, tapi masih sempet nanya gimana kabar karyawanku?"     

Aku hanya menaikkan bahu untuk menjawabnya. Aku bahkan tak merasa terganggu lagi dengan kehadirannya. Sepertinya pikiranku benar-benar kacau sekarang.     

"Dia udah bisa kerja kayak biasa. Nanti aku bilang ke dia kalau kamu nanyain kabar." ujar Donny dengan tatapan yang tak bisa kutebak.     

Aku baru menyadari ada Zen bersamaku. Aku menoleh padanya. Ada tatapan benci di matanya saat melihat Donny.     

"Aku balik dulu ya." ujarku untuk melepaskan diri dari situasi canggung ini.     

"Kamu beneran ga pa-pa, Za?" Kak Sendy bertanya.     

"Kepalaku pusing, jadi aku mau pulang. Sorry kalau bikin khawatir."     

"Emang lebih bagus kamu nenangin diri dulu. Kamu bisa kabarin aku kalau ada apa-apa."     

Aku hanya mengangguk dan berlalu. Kemudian mengajak Zen ke mobil dan segera keluar dari area kampus untuk melepaskan diri dari tatapan semua orang padaku.     

"Kamu punya rencana penting ga hari ini?" aku bertanya pada Zen.     

"Ga ada."     

"Keberatan kalau ikut aku? Aku butuh nenangin pikiran sebentar."     

"Aku bisa ikut kamu ke mana aja."     

Aku mengangguk dan mengarahkan rute ke tebing dalam diam. Sepertinya Zen benar-benar menepati janjinya untuk tidak menggangguku. Dia membenamkan diri dengan handphone selama perjalanan. Kami sampai satu jam kemudian.     

"Kamu di sini aja Zen. Aku nenangin diri dulu sebentar." ujarku sambil keluar dari mobil. Kurasa akan lebih baik jika aku sendiri.     

Aku duduk bersila dekat ujung tebing dan membuka semua pemberitahuan yang kuabaikan. Aku membalas pesan semua orang yang khawatir padaku. Aku mencoba menghubungi Astro kembali, tapi nomornya masih belum aktif.     

Aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan sekarang?     

Isu kekerasan seksual mengganggu pikiranku sejak mendengarnya. Astro yang kutahu tak mungkin bertindak seperti itu. Walau dia terkadang kesulitan menahan diri saat berada di dekatku, tapi dia selalu bisa menjaga janjinya dengan baik.     

Tiba-tiba aku mengingat pesan perempuan yang Astro tunjukkan padaku beberapa bulan lalu. Perempuan yang sengaja memberi foto dirinya sedang berpakaian minim dengan sukarela. Astro bahkan tidak menunduh foto itu. Bagaimana bisa ada isu kekerasan seksual menempel padanya sekarang?     

Aku tak ingin membayangkan hal buruk terjadi. Namun, mungkinkah dia hanya menahan diri saat berada di dekatku dan membiarkan dirinya bebas saat jauh dariku?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.