Kamera
Kamera
Isu pelanggaran hak cipta yang muncul bersamaan dengannya bahkan hanya tertulis sedikit saja. Tak sebanding dengan isu kekerasan seksual yang ada.
"Mafaza tenang dulu. Arya sedang mencari cara untuk membantu Astro sekarang. Semoga ada kabar sebentar lagi."
Aku terdiam. Suasana hatiku buruk sekali saat ini. Astro bahkan masih belum bisa kuhubungi. Teana dan Ray juga masih belum menemukan kabar pasti.
Beberapa kali aku mencoba menghubungi Paolo dan Revi, tapi mereka tidak menerima panggilanku. Mereka hanya memberiku pesan untuk menunggu kabar dari Astro dan memintaku untuk percaya saja pada mereka yang sedang berusaha menangani skandal itu.
Pertama kali aku mendengar skandal mencuat adalah saat sedang dalam perjalanan ke kampus tadi pagi. Sekarang sudah gelap. Aku melirik jam di dinding, pukul 18.26.
Aku mendongak untuk menatap Opa. Aku tahu Opa selalu percaya pada Astro selama ini, tapi aku benar-benar takjub saat mengetahui bahwa sampai saat ini pun Opa masih menaruh kepercayaan yang begitu besar padanya. Seolah-olah kabar yang beredar hanyalah angin lalu yang tak perlu dipikirkan.
"Kenapa Opa percaya banget sama Astro? Kalau perempuan itu beneran hamil karena Astro yang hamilin gimana?" akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya, tapi tenggorokanku tercekat saat mengatakannya.
"Mafaza yang lebih kenal Astro, bukan? Apa pernah Astro berani sentuh Mafaza lebih dari peluk sama cium pipi? Juga cium dahi?"
Aku terkejut mendengarnya. Bagaimana Opa bisa tahu Astro pernah mencium pipi dan dahiku? Aku tidak pernah memberitahukannya pada siapapun.
"Di rumah ini ada belasan kamera tersembunyi. Opa berani memberi Astro tes karena Opa bisa memantau gerak kalian dari jauh."
Aku benar-benar baru menyadari aku bodoh sekali. Bagaimana mungkin seorang pensiunan agen rahasia di badan intelijen yang menangani keamanan negara akan membiarkan rumahnya rapuh tanpa pengamanan apapun?
"Kalau Opa tau, kenapa Opa justru lulusin Astro? Astro kan seharusnya ga boleh begitu." aku bertanya karena baru mendapatkan pemahaman ini.
Saat itu seharusnya kami masih harus saling menjaga batasan, tapi pertanyaanku membuatku malu pada diriku sendiri. Aku pernah mencium pipi dan bahu Astro masing-masing satu kali.
"Bukankah Mafaza memang sudah bersedia menunggu Astro? Akan lebih baik jika waktunya dipercepat, bukan?"
"Maksud Opa tes waktu itu cuma formalitas?"
Opa mengangguk, "Seperti yang Opa bilang, akan lebih baik jika ada yang menjaga Mafaza. Opa sudah terlalu tua dan Astro anak baik. Kalian juga saling mencintai. Opa pikir itu lebih dari cukup untuk membuat Opa setuju kalian menikah lebih cepat."
Terasa seperti ada es mengalir di aliran darahku sekarang. Aku tahu Opa sudah tua. Aku bahkan sempat khawatir akan terlambat menjadikan Opa wali nikahku, tapi mendengar Opa mengatakannya benar-benar terasa berbeda.
"Jaya bertindak benar dengan berusaha mengulur waktu memakai proyek yang Opa titipkan ke Astro, tapi melihat Mafaza dan Astro terlihat semakin dekat, Opa khawatir kalian mungkin akan lebih sulit menahan diri."
Opa benar. Bahkan dengan kami membangun hubungan jarak jauh pun, aku tahu Astro memang semakin sulit menahan diri. Aku bahkan beberapa kali berhalusinasi tentangnya.
"Beberapa minggu lalu Astro sparing bersama Jaya kan? Opa lihat lebam di lengan Astro. Apa Astro melakukan sesuatu?"
"Itu ... karena waktu itu Astro bahas hal-hal yang bikin Faza ga nyaman. Kita ga seharusnya bahas itu, jadi Faza cerita ke Ayah sama Ibu. Faza pikir Astro akan lebih denger nasehat Ayah sama Ibu. Faza ga tau kalau Astro bakal diajak sparing begitu."
Opa menggeleng dan mengelus puncak kepalaku, "Sekarang Mafaza masih ragu? Astro bahkan harus mendapat hukuman dari Jaya hanya karena pembahasan kalian. Mafaza sudah berpikir bagaimana jika benar Astro menghamili seorang perempuan?"
Pemahaman datang padaku tiba-tiba. Aku tahu, dipikir bagaimana pun, bagi Astro menghamili seorang perempuan tanpa ada hubungan dengannya memang akan selalu terdengar tak mungkin. Namun ucapan Opa memberi pemahaman baru yang sejak tadi kucari.
"Opa punya analisa yang lebih masuk akal buat skandal Astro?" aku bertanya karen baru memahami kemampuan analisa Opa. Sebelum ini aku tak pernah benar-benar menyadarinya.
"Apa Astro pernah cerita Astro punya musuh?"
Aku menggeleng. Astro tak pernah menyebut apapun tentang itu. Pertama kalinya aku menyadari Astro mungkin saja memiliki musuh adalah saat Kak Sendy menemaniku di bawah pohon beberapa bulan lalu.
"Mafaza pernah ikut ke ruko milik Astro kan? Ada yang aneh yang Mafaza lihat di sana?"
"Maksud Opa ruko yang jadi warnet, tempat sewa buku sama usaha fotocopy?"
"Betul."
Aku mengingat kembali saat Astro mengajakku ke sana satu setengah tahun lalu. Tak ada yang aneh menurutku. Delapan orang laki-laki yang menjadi partner kerjanya terlihat baik-baik saja selain dari keingintahuan mereka padaku.
Tunggu sebentar ...
"Astro pernah cerita ..."
Tatapan mata Opa berubah seperti baru saja mendapat pencerahan, "Mafaza bisa menebak?"
Aku mengangguk dengan kelegaan luar biasa di dadaku. Kesadaranku terkumpul tiba-tiba. Aku bahkan bisa merasakan suhu daun telingaku berubah lebih hangat.
"Tapi ... masa sih?" entah kenapa aku tiba-tiba ragu-ragu. Bagaimanapun, kejadian itu sudah berlalu satu setengah tahun.
"Kenapa Mafaza bertanya pada Opa?"
Opa benar. Seharusnya aku mendapatkan informasi dari Astro, tapi memikirkannya yang selalu menyimpan banyak rahasia membuatku merasa kesal. Hal seperti ini bukanlah hal seharusnya dia rahasiakan dariku.
"Mafaza sudah coba membuka email lagi?"
Aku menggeleng, tapi segera menemukan pemahaman. Aku melepas pelukanku di lengan Opa, mengamit ransel yang teronggok di atas meja dan berlari ke kamar.
Jantungku berdetak kencang. Aku menarik napas panjang saat duduk di kursi kerja, lalu menyalakan laptop dan wifi. Aku membuka email dan berharap ada kabar baru dari Astro. Namun tak ada satupun.
Emailnya yang terakhir adalah email yang sudah kubuka di tebing siang tadi. Mungkin akan lebih baik jika aku meminta maaf karena sudah meragukannya.
Aku : Aku minta maaf udah ragu sama kamu. Aku bodoh banget.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-