Kebetulan
Kebetulan
Ibu memelukku saat aku tiba di rumahnya dan menatapku khawatir yang sebetulnya tak perlu. Informasi dari Lyra membuatku lebih tenang di sisa hariku. Walau aku masih tak mengerti dengan bagaimana mereka akan menangani kasus guna-guna.
"Faza udah makan?"
"Udah, Bu. Ibu udah?"
"Ibu juga udah. Kita langsung ke atas ya." ujar Ibu sambil mengajakku ke lantai dua.
Aku mengikuti langkahnya menaiki tangga dalam diam. Sepertinya Ibu mengerti aku tak ingin membicarakan apapun. Atau mungkin wajahku terlihat lelah?
Ibu menatapku dengan tatapan pengertian saat sampai di anak tangga paling atas, "Faza mau tidur di kamar Astro?"
Sebetulnya aku ingin. Namun aku juga merasa malu, "Mm ... boleh?"
"Boleh kok. Kan Astro ga ada." ujar Ibu sambil tersenyum walau ada semburat khawatir di tatapan matanya.
Aku terlalu malu untuk menjawab dengan kata-kata, maka aku hanya mengangguk.
Ibu mengantarku sampai di depan kamar Astro, "Faza bisa mandi, trus beres-beres dulu. Nanti bisa cari Ibu di sofa ya kalau Faza butuh temen ngobrol. Ibu masih ada kerjaan."
"Iya, Bu."
Ibu membuka pintu kamar Astro untukku, lalu melangkah menjauh menuju sofa. Kamar Astro terlihat seperti yang selalu kuingat, dengan aroma tubuhnya yang masih menyebar walau samar. Aku bahkan sempat berhalusinasi Astro sedang duduk dan memainkan gitar untukku.
Aku benar-benar merindukannya.
Aku melangkah masuk lebih dalam dan menutup pintu, lalu menghempaskan tubuh di tempat tidur miliknya. Aroma Astro terasa lebih kuat di sini walau seprai dan bedcover-nya sudah diganti dengan motif bunga.
Handphone-ku bergetar. Aku mengambilnya dari saku celana. Ada panggilan video call dari Astro di sana.
Bagaimana caranya dia bisa tahu kapan saat yang tepat untuk menghubungiku? Tak mungkin ada kamera di kamar ini, bukan?
"Kamu tau aja kapan waktunya video call aku?"
"Hai, Nona. Tau dong. Kangen aku kan?" ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa. Sepertinya suasana hatinya membaik. Beberapa hari ini dia selalu terlihat kusam karena ada terlalu banyak pikiran di kepalanya. Mungkin dia sudah mendapatkan kabar kami berhasil mendapatkan rekaman percakapan Dissa dan Cokro.
"Aku kangen banget. How was your day? Kamu keliatan lebih baik."
"Aku emang ngerasa lebih baik. Aku bisa gugat balik besok."
Aku tersenyum manis, "Aku udah dapet kabar dari Lyra tadi. Kamu dapet kabar dari Opa?"
Astro menggumam mengiyakan, "Aku beruntung jadi calon menantu Opa. Kerja Kyle lebih efisien dibanding orang-orang pilihan Kakek."
Sepertinya pendapat Astro benar. Kyle mendapatkan rekaman percakapan hanya dalam hitungan hari. Untukku yang tak mengerti apapun tentang strategi agen rahasia, itu menakjubkan.
"Kamu punya ide soal guna-guna yang Dissa pakai buat alasan?" aku bertanya.
"I really have no idea (Aku sama sekali ga ngerti soal itu)."
Baru dua kali aku melihat ekspresi bodoh Astro dan dua-duanya terjadi setelah isu skandalnya mencuat. Dia selalu memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya selama ini. Ekspresi bodohnya itu membuatnya terlihat menggemaskan.
"Dissa emang pernah chat aku minta kenalan, tapi aku ga pernah bales chatnya sama sekali. Kalau bukan karena Paolo yang sadar pas liat fotonya, aku ga mungkin tau kalau yang chat itu dia."
Aku tahu dia memang sering menerima pesan dari perempuan yang mengajaknya berkencan. Dia bahkan pernah memperlihatkan padaku satu pesan perempuan yang dengan sukarela memberikan foto mesum padanya, tapi dia mengabaikannya. Aku bisa mengerti jika dia tak mengingat wajah mereka satu-persatu. Terlebih, itu sudah terlewat satu setengah tahun lalu.
"Menurut kamu, Cokro keliatan kayak orang yang biasa pakai guna-guna gitu?"
Astro menggeleng, "Aku ga ngerti soal gituan."
"Okay." ujarku sambil menggeser arah tubuhku.
"Kamu dikamarku?" Astro bertanya. Mungkin karena melihat foto kami berdua di dinding di belakangku.
Aku menggumam mengiyakan, "Kan kamu yang nawarin."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Dari pada kamu ke Bandung mending kamu ke Surabaya weekend ini biar bisa ketemu aku."
"Kamu ga ngerjain proyek?"
"Mana mungkin aku bisa ngerjain itu? Ada kasus yang harus aku selesaiin."
Aku menghela napas, "Kenapa baru bilang? Aku udah janji sama Mayang. Ga mungkin tiba-tiba aku batalin."
"Too bad (Sayang banget)."
Melihat ekspresinya yang menyayangkan keputusanku membuatku merasa buruk. Sejak isu skandalnya mencuat beberapa hari lalu, hatiku selalu gelisah. Aku ingin sekali menggenggam tangannya saat dia membutuhkanku, seperti saat dia selalu ada untukku.
"I'm sorry. Aku ga bisa nemenin kamu waktu kamu butuh dukungan." ujarku dengan penuh rasa bersalah.
"It's okay. Kamu lebih aman di sana. Kepercayaan dari kamu lebih dari cukup buatku, Nona."
Dia membuatku merasa malu. Mengingat beberapa hari lalu aku begitu meragukannya dan sempat berpikir berlebihan.
"Nona."
Aku hanya menggumam.
"Aku minta maaf. Kayaknya rencana nikah kita harus diundur sampai masalah ini selesai." ujarnya dengan napas yang ditahan.
"Lyra bilang kasus itu bisa selesai dua bulan. Bukannya waktunya cukup?"
Astro menggeleng, "Yang harus diselesaiin bukan cuma kasus ini."
Aku tahu ini berat baginya. Momen menikah kami adalah momen yang selalu dia tunggu, lebih dari aku menginginkannya. Aku terdiam selama beberapa lama sebelum bicara, "Kita selesaiin masalah kamu dulu. Deadline kamu pasti mundur semua karena waktu kamu abis buat nyelesaiin masalah ini kan?"
Astro menggumam mengiyakan, "I'm so sorry."
Aku menggeleng perlahan, "You don't have to (Ga perlu). Lagian aku ga mau dicuekin karena kamu lebih milih ngerjain deadline setelah kita nikah nanti."
Astro tersenyum lebar sekali dengan wajah yang merona merah, "Kamu ga sebanding sama deadline, kamu tau?"
"Lebih berat deadline kamu kan." ujarku yang memutuskan akan menggodanya sebentar. Rasanya sudah lama sekali aku tidak menggodanya seperti ini.
"Seriously?"
"No idea." ujarku sambil tersenyum manis.
Astro menatapku dengan tatapan sendu, "Aku kangen banget."
"Kamu pulang buat dateng ke konser Teana kan?"
"Aku harus dateng kalau ga mau Teana nyebarin alamat kos."
Aku tertawa, "Kamu bisa bikin ribut di konser kalau media tau."
Aku masih berusaha menggodanya karena dia belum tahu rencana Teana untuk memberi satu topeng untuk masing-masing penonton.
"Bagus kan? Acaranya jadi seru. Lagian konser piano gitu kan ngebosenin. Kalau ada media nanti bisa aku ubah jadi konferensi pers dadakan."
"Kamu mau bikin Teana ngambek ya?"
"Ga. Aku mau kamu jadi istriku, tapi masih lama banget." ujarnya dengan tatapan menderita.
"You can wait a little longer (Kamu bisa nunggu sedikit lebih lama), Astro."
Astro menghela napas, "Aku bikin semuanya berantakan."
"Mungkin emang udah begini jalannya."
"Sejak kapan kamu jadi dewasa begitu?" dia bertanya dengan tatapan menyelidik.
"Aku belajar dari anak-anak panti. Ga ada yang kebetulan di dunia ini, Astro."
"Termasuk bukan kebetulan kalau kita kemarin patah hati bareng?"
"Mungkin."
Kenyataan bahwa kami mengalami patah hati bersamaan tiba-tiba membuatku merasa lucu. Kami bahkan sama sekali tidak memutuskan hubungan. Bagaimana mungkin kami menganggap perasaan kami beberapa hari lalu adalah patah hati?
Astro menatapku dalam diam. Aku tak memiliki kalimat apapun untuk kuutarakan padanya, maka aku hanya menatapnya kembali. Lama sekali.
Kemudian wajahnya berganti dengan wajah Bunda. Bunda membiarkanku bercanda di pangkuannya. Aku tahu aku sedang bermimpi, tapi mimpi kali ini aneh sekali. Terasa begitu nyata. Beginikah rasanya saat mengalami lucid dream?
Aku sedang berbicara entah apa saat Bunda mengelus kepalaku dan rasanya seperti aku tertidur kembali. Aku membuka mata dan menemukan sosok Astro di hadapanku, dengan wajahnya yang menatapku dalam diam.
Aku meraih wajahnya, lalu mengecup bibirnya. Terasa mengejutkan saat dia membalas dengan mencumbu bibirku lembut selama beberapa lama sebelum melepasku dan mendekapku erat di dadanya.
"I love you, Nona."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-