Teh
Teh
Arus berita tentang foto kami yang beredar berhasil berubah menjadi netral setelah klarifikasi dari Parto tadi pagi. Berita tentang perselingkuhan yang tersebar juga sudah berubah menjadi : apakah kami memang bertunangan atau belum.
Ayah meminta kami merahasiakan pertunangan dan membiarkan berita apapun yang tersebar di media. Kami akan melihat perkembangan berita itu dalam beberapa hari dan memutuskan langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Terdengar langkah seseorang menaiki tangga. Aku menoleh untuk melihat siapa yang datang dan mendapati Ibu sedang berjalan menghampiriku. Aku menyalami dan mencium tangannya, "Ibu mau teh?"
"Andai tiap Ibu pulang ada anak yang nanyain Ibu mau teh atau ga, Ibu betah deh di rumah. Beda sama yang anak satunya, kerja terus kayak ayahnya." ujar Ibu sambil memberi isyarat ke arah Astro.
Aku tersenyum pada Ibu sebelum bangkit menghampiri Astro dan melepas earphone-nya. Astro hampir saja protes karena aku mengganggu konsentrasinya, tapi segera mengerti saat aku memberi isyarat ke arah ibunya.
"Ibu udah pulang?" Astro bertanya sambil meletakkan earphone di meja.
"Kalau belum mana mungkin Ibu di sini?"
Astro menghampiri Ibu untuk menyalami dan mencium tangannya, lalu mereka mulai berbincang entah apa. Aku beranjak turun ke dapur untuk membuat teh dan mengambil setoples camilan berisi keripik kentang.
Astro sedang memijat bahu Ibu saat aku meletakkan teh dan toples di meja. Mereka sedang membicarakan hasil rapat di yayasan. Aku duduk di sisi Ibu yang lain sambil menyodorkan segelas teh untuknya.
"Duh, kalian cepet nikah deh. Ibu mau sering-sering dimanjain begini." ujar Ibu setelah meneguk teh hingga habis dan meletakkan gelas di meja.
"Nama Astro harus bersih dulu, Bu. Astro ga mau nyeret Faza ke masalah lain lagi. Dibilang selingkuh aja udah bikin Faza stress."
"Ih, siapa yang stress?" aku bertanya.
"Kamu."
"Ga tuh. Aku cuma mikir aku harus gimana kalau ada yang nanya macem-macem. Kalau aku salah ngomong bisa bikin kasus baru, kamu tau?"
"Udah, ih. Kalian kayak pengantin baru lagi berantem." ujar Ibu, yang membuatku dan Astro terdiam.
Aku mengalihkan tatapan dan mengambil segelas teh untukku sendiri. Pembicaraan tantang menikah membuat perutku menggeliat tak nyaman. Astro sudah berkata dia akan menunggu kasus dan semua deadline-nya selesai. Entah kapan kami akan menikah dan aku tak ingin terlalu berharap pada janjinya yang akan mengusahakan pernikahan kami lebih cepat terlaksana.
"Ibu mandi dulu ya. Ada yang mau Ibu bahas sama kalian, jadi kalian jangan tidur dulu." ujar Ibu sambil bangkit dan berlalu.
"Kerjaan kamu udah selesai?" Astro bertanya sambil membuka toples keripik dan menawarkannya padaku.
Aku menggumam mengiyakan dan mengambil satu, "Kamu selesaiin dulu kerjaan kamu sana."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Biar bisa cepet nikahin kamu?"
Aku akan menggodanya sebentar, "Iya, biar netizen diem ga usah komentar macem-macem."
"Kamu punya bayangan ga sih kalau kita udah nikah nanti gimana?" dia bertanya sambil mengambil satu keping keripik. Sepertinya aku tahu apa yang dipikirkannya.
"No idea. Kayaknya aku mau percaya aja sama kamu, Tuan Astro." ujarku sambil memasukkan keripik ke mulutku.
Astro menatapku penuh pertimbangan, "Gimana kalau aku berubah jadi ga sesuai yang kamu mau?"
"Kalau aku yang berubah gimana?"
"Kamu pasti berubah. Jadi nyebelin kalau hamil. Jadi lebih gemuk kalau udah lahiran. Nanti kalau udah tua kamu jadi keriput, tapi tetep cantik." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku tak bisa menyembunyikan senyum di bibirku, "Udah, lanjut kerja sana. Nanti Ibu keburu selesai mandi."
"Okay. Biar bisa cepet nikahin kamu kan?"
Aku akan mengabaikannya. Walau senyum di bibirku tak bisa kuhentikan.
Astro bangkit, meletakkan toples di meja dan kembali berkutat di depan komputernya. Sejak percakapan kami tadi pagi, dia benar-benar menepati janji untuk tidak menyentuhku. Itu membuatku lega.
Aku menggunakan waktu menunggu dengan mengecek beberapa situs untuk memantau perkembangan berita. Sejauh ini terlihat baik-baik saja.
Ibu duduk di sebelahku saat aku baru saja mendapatkan berita dari forum yang memberi informasi bahwa aku dan Astro pernah mengambil kelas muay thai berdua selama satu tahun. Namun penulis beritanya menggunakan nama samaran.
Astro menghampiri kami dan duduk di lantai di atas karpet menghadap kami. Aku akan menunggu pembicaraan dari Ibu selesai sebelum memberitahukan tentang berita temuanku pada mereka.
Ibu menatap kami berdua bergantian, "Kalian kalau udah nikah mau tetep LDR?"
Kami saling bertatapan. Aku sama sekali tak menyangka pambahasan ini akan datang dari Ibu di saat seperti ini.
"Astro maunya Faza ikut ke Surabaya."
"Aku ga bis ..."
"Bisa, Honey. Kita bisa ajak opa sama oma kalau kamu ga bisa ninggalin opa sama oma di sini." Astro memotong ucapanku. Sepertinya tahu apa yang baru saja akan kukatakan.
"Soal itu kayaknya ga bisa. Ibu pernah bahas itu sama opa, tapi opa ga mau pindah. Ibu bisa ngerti karena rumah itu berarti banget. Jadi Astro jangan maksa opa ikut ya." ujar Ibu.
Aku menatap Astro yang sedang berpikir keras. Entah apa yang dia pikirkan untuk membawaku bersamanya nanti.
"Tapi Faza bisa ikut Astro ke Surabaya, opa sama oma tetep di sini. Nanti Ibu sama ayah yang jagain. Ibu udah ngatur biar Ibu bisa lebih sering di rumah."
Senyum lebar mengembang di bibir Astro setelah mendengarnya, tapi ada kegusaran dalam hatiku. Bagaimana aku harus menjelaskannya?
"Tapi Faza ga mau pindah." ujarku pada akhirnya, yang membuat senyum Astro lenyap tiba-tiba.
Astro dan ibunya saling bertatapan. Mereka membuatku merasa buruk dengan diriku sendiri.
"Nikahnya juga ga tau kapan kan? Astro bilang kemungkinan bukan abis ujian semester ini." ujarku berusaha memberi alasan.
"Gimana kalau aku bisa bikin kita nikah abis ujian semester ini?" Astro bertanya.
"Yang kayak gitu kan ga bisa mendadak, Astro."
"Gimana kalau bisa?"
Aku sama sekali tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Dia membuatku bingung karena ucapannya yang berubah-ubah.
"Faza bisa percayain opa sama oma ke Ibu kok." ujar Ibu.
Aku tahu aku bisa mempercayakan Opa dan Oma pada Ibu. Aku hanya merasa tak rela untuk berjauhan dengan Opa dan Oma. Mereka yang membesarkanku hingga saat ini. Aku hanya ingin menemani masa tua mereka dengan baik.
"Gimana kalau kita bahas ini besok aja? Kita bisa tanya ke Opa sama Oma dulu." ujar Astro.
Aku setuju dengannya, maka aku menganguk.
"Kalau opa sama oma setuju, ga masalah kan buat kamu ikut aku?"
Aku terdiam. Haruskah seperti itu?
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-