Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Spanyol



Spanyol

0"Udah ambil keputusan?" Astro bertanya sambil melempar entah apa dan terdengar suara mengaduh sesaat setelahnya.      

Kami sedang bicara melalui sambungan video call. Aku masih berada di lantai satu dan baru saja melepas semua partner kerjaku ke lantai dua setelah briefing pagi kami sesaat lalu. Sedangkan Astro sedang berada di area kampusnya yang entah di mana, dengan semua teman-temannya berkumpul di sekitarnya.     

"Belum, Honey. Kasih aku waktu. Jangan lempar-lempar barang gitu ih, ga sopan." ujarku sambil memberinya tatapan tajam.      

Astro memberi entah siapa senyum sinis sebelum menatapku dan senyumnya berubah menjadi senyum lembut, "Aku cuma lempar tutup botol ke Jojo biar dia fokus. Ga jelalatan liatin Jeanny terus."     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

"Biarin aja mereka mau ngapain."     

Astro terlihat berjalan menjauh entah ke mana dari tempatnya semula, "Ga bisa. Dia udah janji mau fokus ambil skripsi cepet. Enak aja mau santai-santai liatin pacar."     

Aku menunggunya benar-benar menjauh dan sepertinya dia berhenti di bawah sebuah pohon, "Kamu tau mereka masih jadian?"     

"Aku ga gampang ditipu, kamu tau?"     

Aku menghela napas, "Jangan terlalu ngatur. Biar mereka milih sendiri jalan mana yang mereka mau. Kalau emang jodoh jadi partner kerja kamu nanti, mereka ga akan ke mana-mana kok."     

Alih-alih menanggapi kalimatku dia justru menatapku kesal, tapi tak mengatakan apapun.      

"Aku serius, Honey. Aku tau niat kamu baik, tapi biarin mereka ngatur sendiri. Biar mereka yang tanggung jawab atas semua yang mereka pilih."     

Astro menghela napas dengan kesal, "Fine."     

"Jangan manyun gitu. Jelek."     

"Sini kamu. Aku mau cium biar moodku bagus lagi."     

Aku menatapnya tak percaya dan bicara dengan nada lebih rendah agar tak terdengar siapapun selain diriku sendiri, "Kan kamu yang bilang aku ga boleh keliaran sendiri walau cuma ke kampus. Lagian aku baru dapet info dari Cacha kalau Om Hubert ada di sekitar sini, dia mau ke Madura. Kamu tau info itu?"     

"Aku tau makanya tadi pagi aku bilang kamu jangan keliaran." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.     

"Kamu tau Donny di Surabaya?"     

Astro mengangguk, "Aku nunggu om Hubert ke Madura dulu baru aku ajak dia ketemu."     

"Kamu mau ketemu Donny? Di mana?"     

"Di hotel tempat dia nginep."     

"Aku ikut."     

"Kamu emang harus ikut, tapi ga boleh deket-deket dia."     

"Yeah, right. Kamu pasti pegangin tanganku terus biar aku ga kabur." ujarku dengan senyum manis. Kurasa aku akan menggodanya sebentar.     

Astro menggigit ujung bibirnya dan menatapku lekat, "Perlu aku cium kamu di depan dia juga?"     

Aku memberinya tatapan tajam, "Jangan macem-macem. Udah cukup kita begitu di depan Zen. Aku ga mau lagi. Lagian kita udah ditegur Opa, kamu lupa?"     

"Aku bercanda." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa. "Aku ada kelas delapan menit lagi. Kayaknya aku baru pulang sekitar jam tiga atau setengah empat. Nanti aku kabarin."     

Aku menggumam mengiyakan dan tiba-tiba saja aku mengingat sesuatu, "Keputusan sidang minggu depan kan?"     

"Harusnya iya. Kenapa?"     

"Bukannya aneh Om Hubert justru ke Madura sementara keputusan sidang keluarganya sebentar lagi?"     

"Mungkin dia mau cari bantuan."     

"Bantuan apa? Semua bukti udah lengkap dan mereka pasti kena pasal berlapis."     

Astro menaikkan bahu, "Kita bahas itu nanti. Aku ada kelas sebentar lagi. Jangan sampai telat makan, Honey. Aku ga mau bayiku sakit."     

Astaga ... bayinya dia bilang?      

"Aku ga hamil, Astro."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Kamu belum coba pakai test pack lagi kan?"     

Sial ... kuharap dia hanya bercanda, tapi kenapa tatapannya begitu mengintimidasi?     

"Masuk kelas sana. Aku mau kerja." ujarku dengan tatapan kesal.      

Astro menggumam mengiyakan dengan senyum masih mengembang di bibirnya, "Kamu harus coba pakai test pack lagi, Honey. Aku serius."     

Uugh....     

"Aku tunggu di workshop. Kalau ga ada yang penting banget kamu harus langsung pulang, kamu tau?"     

"Aku tau." ujarnya dengan senyum yang terlihat semakin lebar dan aku bisa melihatnya bangkit. "Nanti aku chat kalau kelasku selesai."     

"Okay."     

"I miss you, Honey."     

Aku hanya menggumam, tapi dia tersenyum penuh makna sebelum memutuskan sambungan video call kami. Aku baru menyadari jantungku berdetak kencang sekali. Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan sambil menatap ke luar jendela. Hening di ruangan ini sangat kontras dengan suara deru kendaraan di luar sana.     

Kurasa aku akan mengajak Astro menginap di apartemen selama seminggu sebelum kami pulang dan mengajak Opa dan Oma ke resort. Aku memang tak terlalu suka tinggal di apartemen yang terasa sepi sekali. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin menginap di sana.      

Aku tak mungkin sedang mengidam, bukan? Mana ada perempuan mengidam tempat dan bukan makanan? Apakah benar-benar ada?     

Aku menggelengkan kepala dan menutup wajah dengan kedua tangan. Aku pasti berpikir berlebihan hanya karena Astro menyebutkan tentang bayi. Astaga ... yang benar saja?     

Aku mencari nama Oma di kontak teleponku dan memberi Oma panggilan telepon. Suara nada sambung yang terasa seperti selamanya tiba-tiba sirna dengan satu sapaan lembut di ujung sana.      

"Cucu Oma udah sarapan?"     

Aku tersenyum, "Udah, Oma. Oma sama Opa udah sarapan?"     

"Udah. Oma nunggu telpon Faza dari tadi. Kirain ga nelpon saking sibuknya."     

"Kan Faza udah janji mau telpon Oma setiap hari. Maaf ya telat, tadi Faza briefing pagi dulu. Oma lagi sama Opa sekarang?"     

"Opa lagi ngasih makan ikan koi. Oma lagi di kamar. Faza mau ngobrol sama Opa?"     

"Ga usah. Faza mau ngobrol sama Oma aja sekarang. Kok tumben Oma di kamar? Oma sakit?"     

"Oma sehat. Oma cuma mau istirahat."     

Aku terdiam sebelum bicara, "Oma ga perlu sembunyiin apa-apa dari Faza. Faza emang jauh, tapi Faza bisa aja minta tolong Ibu ke rumah nengokin Oma."     

"Ya ampun, udah bisa ngancem ya sekarang?" ujar Oma setengah tertawa.      

"Uugh bukan ngancem, Oma. Faza khawatir."     

Terdengar helaan napas di ujung sana, "Oma udah tua, Faza. Istirahat sebentar bukan berarti Oma sakit. Oma ga sekuat dulu, tapi bukan berarti Oma harus dirawat."     

Aku bisa merasakan ada sesuatu yang dingin menjalari tengkukku dan mengalir di setiap aliran darahku, tepat saat perutku terasa berputar dan meninggalkan sensasi mual. Aku tahu Oma benar. Mungkin aku lah yang khawatir berlebihan, tapi mendengar Oma mengatakannya dengan begitu gamblang entah kenapa membuatku merasa buruk dengan diriku sendiri.      

Aku lah yang berjanji akan menjaga Oma dan Opa di usia tua mereka, tapi aku juga yang melepas janji itu karena aku harus mengikuti langkah suamiku. Aku pula yang selama bertahun lamanya berusaha meringankan beban mereka, tapi aku juga yang menambah beban dengan meminta bantuan karena semua masalah yang terjadi di sekitarku.     

"Faza tau? Dulu Oma pengen banget ke Spanyol, tapi sampai sekarang belum kesampaian." ujar Oma tiba-tiba.     

"Faza bisa nemenin Oma ke sana kalau Oma mau. Nanti Faza bilang Astro dulu."     

"Ga perlu. Oma udah ga pengen." ujar Oma, yang entah bagaimana seolah aku bisa melihat Oma sedang tersenyum saat mengatakannya. "Oma sadar yang paling Oma pengen adalah liat semua orang yang Oma sayang selalu sehat. Ga masalah ada di mana pun mereka."     

"Faza sama Astro sehat." ujarku seolah bibirku mengucapkannya dengan sendirinya.      

"Iya, Oma tau dan Oma bersyukur. Itu aja cukup buat Oma sekarang."     

Hening di antara kami karena aku tak tahu bagaimana harus menanggapinya sementara aku tahu omaku sedang tidak baik-baik saja. Katakanlah aku mendapat firasat seperti itu. Entah bagaimana kebenarannya, tapi Oma berada di kamar di jam seperti ini berarti ada sesuatu yang terjadi.     

Oma jarang sekali berada di kamar. Oma hanya ada di kamar saat membutuhkan waktu beristirahat atau membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Mungkin juga keduanya.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.