Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bikini



Bikini

2Aku baru saja selesai mandi, dengan handuk masih tersampir di bahu untuk menahan tetesan air. Aku melirik jam di dinding kamar, pukul 22.04.     

Aku memasang earphone sambil merebahkan tubuh di tempat tidur. Aku akan mencoba memberi Astro panggilan video call. Kuharap dia belum tidur. Beberapa detik terasa lama sekali sebelum dia menerimanya.     

"Hai, Honey." ujarnya, Sepertinya dia baru saja bangun tidur. Coba lihat wajahnya yang sayu.     

"Kamu tidur lagi aja. Aku matiin video call-nya ya."     

"Jangan! Aku nungguin kamu pulang."     

"Tapi kamu harus istirahat. Ini udah malem."     

"Aku kangen."     

Bagaimana aku harus menolaknya? Dia baru saja pulih dari sakit. Seharusnya dia masih beristirahat sekarang.     

"Aku temenin kamu ngobrol sebentar aja ya." ujarku.     

Astro tersenyum lebar dengan mata terpejam. Jika aku berada di sampingnya mungkin aku sudah tak tahan untuk merapikan rambutnya yang berantakan. Dia terlihat menggemaskan sekali.     

"Gimana tadi di studio?" dia bertanya sambil mengusap mata.     

"Kayaknya rencanaku berhasil, tapi aku belum nanya Reno gimana progresnya." aku mengatakannya dengan jujur. Reno dan teman-temannya lama sekali di dalam ruangan Hendry. Mereka baru keluar saat aku berniat akan pulang. Mereka terlihat senang, tapi aku belum sempat bertanya tentang apapun.     

"Kamu ga nyanyi kan?" Astro bertanya.     

"Menurut kamu?"     

"Aku serius, Honey."     

Aku akan menggodanya sebentar, "Hendry nawarin aku buat bikin single. Katanya dia mau bikin album kumpulan penyanyi single gitu."     

Wajah Astro berubah serius, "Aku udah telpon dia minta dia nahan diri ga nyuruh kamu nyanyi."     

Aku baru saja mendapat firasat buruk, "Aku ga nyanyi kok, tapi Hendry emang nawarin aku bikin single."     

Astro menatapku dengan tatapan menyelidik. Sepertinya aku meralat penjelasanku tepat waktu. Andai aku masih berusaha menggodanya mungkin dia sedang menelepon Hendry sekarang.     

"Awas ya kamu kalo berani macem-macem."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Dasar posesif. Viona bilang kalau dia yang jadi pacar kamu, kamu udah diputusin dari dulu."     

"Untung aja calon istriku bukan dia, tapi kamu. Kamu kan nurut banget sama aku, makanya aku jatuh cinta." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa. Entah kenapa dia terlihat menyebalkan sekali. Mungkin lain kali aku akan mencoba sedikit melawannya. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya nanti.     

"Kamu tau Hendry lagi nyoba deketin Viona?" aku bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Aku tau. Udah lama dia ngincer Viona, tapi ga pernah ambil langkah. Kayaknya dia baper liat kita."     

Aku menatapnya tak percaya, "Emang apa hubungannya baper liat kita sama deketin Viona?"     

"Dia pengen juga punya pasangan yang bisa mesra-mesraan kayak kita, Honey."     

"Emangnya kita mesra? Kita keseringan debat begini." ujarku dengan tawa di ujung kalimatku.     

"People see what they wanna see (Orang liat apa yang pengen mereka liat), Honey. Mereka ga tau aja kalau kamu gabut banget pas lagi PMS sama 'dapet'. Kalau mereka tau mereka bakal mikir ulang buat deket-deket kamu."     

Tawaku tiba-tiba lenyap, "Mereka ga tau aja kalau kamu nyebelin. Kalau mereka tau kamu nyebelin mereka ga akan muja-muja kamu, kamu tau?"     

"Siapa muja-muja aku?"     

"No idea?"     

Sebetulnya aku memikirkan Angel, Gisel dan Bianca. Bianca memang tak mengatakan apapun jika dia menyukai Astro. Namun dari tatapannya dan caranya berkomunikasi denganku tadi, aku cukup yakin dengan dugaanku.     

Entah berapa banyak perempuan lain yang sedang berusaha menggoda laki-laki di layar handpnone-ku saat ini. Aku biasanya tak pernah menghiraukannya, tapi kenapa sekarang aku justru memikirkannya?     

"Kamu yakin ga mau ketemu aku minggu ini? Ga usah ke Gua Kreo."     

Aku menggeleng, "Ga bisa. Aku yang ngajakin mereka ketemu, masa aku yang ga dateng?"     

"Kita mungkin baru bisa ketemu lagi pas kita nikah, Honey."     

Aku terdiam mendengarnya. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana, tapi aku jelas tak mungkin membatalkan rencana.     

Astro menghela napas, "Ya udah. Kamu have fun nanti sama temen-temen kamu. Aku ke proyek aja weekend ini."     

Aku menatapnya tak percaya, "Kamu harus istirahat sebelum UTS, kamu tau?"     

"Kamu juga harusnya istirahat sebelum kita nikah, kamu tau?"     

Aku tak memiliki kalimat apapun untuk membalas kalimatnya. Aku hanya menatapnya dalam diam, tapi ada gemuruh yang sulit kujelaskan di dalam dadaku. Aku memang menjalani ujian tengah semester lebih dulu dibanding dirinya. Namun dia benar. Aku memang seharusnya beristirahat sebelum pernikahan kami terlaksana.     

"Tadi ... aku kasih tau Viona kalau kita nikah soalnya Denada keceplosan bilang aku mau pindah ke Surabaya." ujarku untuk mengalihkan pikiran.     

"Gimana reaksinya?"     

"Dia minta aku mikir lagi."     

Astro menatapku dalam diam. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Entah apa.     

"Aku ga ragu nikah sama kamu, Astro."     

"Bukan itu yang aku pikirin."     

Begitukah? Entah apapun yang dia pikirkan, aku hanya ingin dia tahu aku sedang serius menjalin hubungan dengannya.     

"Kamu udah makan?" aku bertanya karena baru menyadari mungkin saja dia tertidur sejak sore.     

"Cuma makan kimbap beberapa potong tadi sore. Aku makan dulu ya." ujarnya sambil bangkit dari tempat tidurnya. Dia bahkan tak repot-repot merapikan rambutnya lebih dulu.     

"Kamu mau makan kimbap lagi?"     

"Aku masak chicken teriyaki sama bikin salad tadi siang. Aku cuma males makan soalnya ga ada yang nemenin."     

Itukah alasannya sering melewatkan jam makan beberapa waktu ini?     

Astro menaruh handphone dengan ditopang entah apa saat mengambil makanan, "Kamu udah makan kan?"     

Aku hanya menggumam mengiyakan. Melihatnya mengambil makanannya sendiri membuat sesuatu di dadaku berdenyut mengganggu. Aku tahu dia bisa melakukan apapun yang ingin dia lakukan, tapi aku juga ingin membantu. Dia memiliki banyak pekerjaan untuk diselesaikan. Aku tak akan rela jika ada orang lain yang membantunya selain diriku sendiri.     

Apa yang baru saja kupikirkan? Tiba-tiba aku merasa aku egois sekali.     

"Aku lupa bilang, kamu ga usah bawa baju kalau pindahan nanti. Lemari kamu udah keisi penuh." ujarnya setelah menelan suapan pertamanya.     

"Kamu beli baju buat aku?"     

Astro mengangguk dan memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Bawa yang penting aja kalau kamu pindah nanti."     

Kenapa aku baru saja mendapatkan firasat buruk? Aku tahu dia pasti tahu dengan baik bagaimana seleraku. Aku hanya sedikit khawatir dengan beberapa jenis barang pribadi yang mungkin saja dia belikan.     

"Kamu ga beli yang aneh-aneh kan?" aku bertanya hanya untuk memastikan.     

"Menurut kamu?" dia bertanya dengan senyum menggodanya yang terlihat semakin lebar.     

"Seriously?"     

"Nanti kamu liat sendiri kalau pindah. Tadinya mau aku kasih liat kalau kamu bisa ke sini minggu ini, tapi kamu kan sibuk main sama temen-temen kamu. Jadi aku harus sabar kan?"     

Kenapa laki-laki ini begitu menyebalkan?     

"Fotoin. Kirim ke aku sekarang. Aku ga mau pakai kalau kamu beli yang aneh-aneh."     

Astro hanya menatapku dalam diam sambil melanjutkan aktivitas makannya. Sepertinya dia benar-benar berniat membuatku penasaran.     

"Astro."     

Astro hanya menggumam untuk menanggapiku. Dia kembali mengunyah makanannya dan mengabaikan permintaanku.     

"Kirim fotonya ke aku sekarang."     

"Ga perlu, Honey. Aku ga pilih yang aneh-aneh kok."     

"Aku ga percaya sama kamu. Cepet fotoin. Aku mau liat."     

"Nanti aja kamu liat sendiri."     

"Aku mau liat sekarang. Kamu ga pilih yang aneh-aneh kan?"     

"Aku ga pilih yang aneh kok. Erm, cuma agak sexy sedikit."     

Sepertinya dugaanku tepat. Aku memang tak tahu bagaimana seleranya dalam memilih pakaian, tapi beberapa koleksi action figure-nya ada yang hanya memakai bikini dan berbagai pakaian terbuka lainnya.     

Aku tahu adalah hal yang normal bagi pasangan suami istri untuk melakukan apapun yang mereka inginkan, tapi aku bisa membayangkan akulah yang sedang memakainya sekarang.     

Aku mematikan sambungan video call secara tiba-tiba. Sepertinya aku tak akan sanggup menatap wajahnya lebih lama. Ini terasa memalukan sekali.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.