Cidomo
Cidomo
"Lagian kamu ngapain sih repot banget di cidomo nata rambut? Kan jadi ga bisa diem."
"Maksudku kepala kamu jangan noleh kanan kiri gitu."
Aku tersenyum lebar yang tak mungkin dilihat oleh Denada karena dia membelakangiku. Entah kenapa suasana hatiku baik sekali setelah bangun tidur di hammock. Mungkin aku akan membeli satu hammock jika suatu hari nanti merasa kesulitan untuk tidur. Tidur di hammock terasa lebih menyenangkan, seperti sedang diayun. Terlebih, karena suasana di pantai terasa lebih tenang dan nyaman.
Denada mengajakku menumpang mandi dan memaksaku memakai gaun maroon yang dia belikan untukku. Aku memakai scarf panjang untuk menutupi punggung yang setengah terbuka dan belahan dada berbentuk V yang terlalu rendah. Denada sempat memprotesnya, tapi dia menyerah karena aku berkata aku terlalu malu jika tubuhku terlalu terekspos seperti itu.
Denada juga merias wajahku dengan make up natural. Dia berkata suasana hatiku akan membaik setelah melihat diriku sendiri terlihat cantik. Entah apakah dia benar, tapi aku memang merasa suasana hatiku jauh lebih baik sekarang.
"Nih, ngaca dulu. Udah selesai." ujar Denada sambil menyodorkan sebuah cermin kecil padaku.
Denada menata rambutku dengan cantik sekali. Mengepang beberapa bagian dengan sebuah aksesoris rambut di ujung kepangan dan membiarkan sisa rambut yang lainnya tetap tergerai.
"Thank you, Nona Denada yang Cantik." ujarku sambil membalik tubuh dan memeluknya.
Denada memberiku tatapan sebal, "Kamu ga mau diem sih. Itu berantakan jadinya."
"Ga berantakan kok. Aku suka." ujarku sambil tersenyum manis.
"Nona keliatan lebih ceria." ujar Kyle dengan senyumnya yang terlihat menawan.
"Bagus kan? Emang kamu ga sebel liat aku bete terus? Denada aja ngomel terus dari ketemu aku empat hari lalu." ujarku sambil memberi Denada tatapan sebal. Denada hanya menatapku dengan tatapan tajam, tapi tak mengatakan apapun.
Perjalanan dari area Turtle Sanctuary ke resort yang dipilih oleh Kyle berjarak sekitar lima belas menit. Ada banyak hal yang kulihat selama perjalanan kami, itu sebabnya aku sering menoleh untuk menikmati pemandangan saat Denada menata rambutku sesaat lalu. Melihat tatapan Denada padaku mengingatkanku pada tatapan mata Bunda saat aku sedang menjahili Danar.
"Nona Denada ga boleh ngambek. Kalau ngambek nanti cantiknya ilang. Kalau Petra ga mau lagi sama kamu, kan repot." ujarku yang sengaja menggoda Denada.
"Biarin aja Petra kalau mau putusin aku. Aku cuma ke Aussie buat minta penjelasan. Aku udah ga ngarep dia masih mau pacaran sama aku." ujar Denada.
Pernyataan Denada membuatku terkejut. Aku menatap Mayang yang juga terkejut sama sepertiku, lalu menatap Kyle yang justru tersenyum. Sepertinya aku tahu kenapa.
"Kamu mau tetep ke Aussie?" aku bertanya.
"Iya, aku udah coba telpon Petra berkali-kali tetep ga diangkat. Kayaknya emang harus ketemu." ujar Denada dengan tatapan nelangsa.
Aku memeluk lengannya, "Aku temenin ke Aussie ya. Aku masih punya waktu sebelum nikah."
Denada terkejut dan salah tingkah, "Ga perlu. Aku bisa sendiri. Lagian Astro ga bakal ngijinin kamu ikut aku."
Aku tertawa, "Aku ke sini aja dia ga tau. Aku ga akan minta ijin dia buat nemenin kamu. Siapa suruh dia ngilang gitu aja. Aku cuma butuh ijin dari Opa."
"Denada bener, Za. Aussie kan luar negri. Aku ga yakin opa bakal ngijinin kamu ikut. Biar Denada aku yang nemenin." ujar Mayang.
Denada terkejut, "Serius, May, mau ikut?"
"Aku kan kenal Petra. Aku bisa bantu kamu dapet penjelasan dari dia."
"Beneran?"
"Iya Denada. Aku kan udah nemenin Faza. Masa aku ga nemenin kamu?"
"Thank you, Mayang." ujar Denada sambil memeluk Mayang.
Melihat reaksi mereka yang seperti ini meninggalkan sensasi buruk di hatiku. Entah kenapa terasa seperti mereka hanya akan bersenang-senang berdua tanpaku.
"Aku kan juga mau ikut." ujarku sambil memberi mereka tatapan sebal.
"Kamu ga bakal dapet ijin, Faza." ujar Denada.
"Aku kan bisa ngerayu Opa." ujarku sambil meraih handphone untuk menelepon Opa. Sial, aku lupa di pulau ini sulit mendapatkan sinyal.
Denada memberiku senyum kemenangan, "Coba aja telpon."
"Besok aku telpon kalau kita udah balik ke Gili Air."
Denada dan Mayang saling bertatapan. Entah apa yang mereka pikirkan. Aku bisa mengerti jika mereka mengkhawatirkanku setelah kasus yang menimpa Astro, yang juga menyeret namaku. Namun keadaan sekarang baik-baik saja.
Aku memiliki dua pengawal yang menjagaku dari jauh. Selama ini mereka bekerja dengan baik sampai-sampai aku tak tahu mereka sudah menangani banyak penguntit di sekitarku.
Aku melirik jam di lengan, pukul 16.44. Matahari sudah mulai menggantung rendah di ujung pandanganku. Warna jingga berpadu abu-abu yang membaur terlihat kontras sekali. Andai aku membawa buku sketsa, aku akan menyempatkan diri untuk memindahkan pemandangan ini ke lembaran buku.
Kami sampai di sebuah ujung jalan tak lama kemudian. Aku bisa melihat sebuah resort yang terlindung dan berjarak sekitar dua puluh meter dari jalan ini. Sepertinya kami harus berjalan kaki untuk bisa sampai ke sana. Aku menunggu Mayang dan Denada turun lebih dulu. Aku baru saja akan mengamit ransel saat Kyle mengambilnya lebih dulu.
"Kyle aja yang bawa. Nona bisa jalan duluan."
Aku bergabung bersama Mayang dan Denada. Kami menunggu Kyle menyelesaikan transaksi pembayaran dengan pengemudi cidomo, lalu berjalan bersama menuju resort.
Ada jalan setapak kecil untuk kami sampai ke resort itu, dengan berbagai jenis bunga yang ditanam di tepiannya. Namun entah kenapa hidungku menangkap aroma lavender lebih intens dibandingkan dengan aroma bunga yang lain. Mungkin karena aku sangat menyukai aroma ini?
Ada sebuah gerbang kayu selamat datang di ujung jalan setapak dan satu sosok yang membuat jantungku berdetak kencang. Dia sedang berdiri menyandarkan bahu pada ambang gerbang. Aku benar-benar tak ingin membayangkan Astro lagi, tapi kurasa aku baru saja melihatnya.
Apakah dia orang yang sama dengan yang kulihat beberapa kali kemarin?
Aku mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Aku harus menenangkan diri. Aku akan mengajaknya berkenalan jika sudah berada cukup dekat dengannya untuk mengajaknya bicara.
Kakiku terasa seperti melayang sekarang. Entah bagaimana, tapi kakiku berjalan mendahului kedua sahabatku dan Kyle. Jantungku hampir saja berhenti berdetak saat aku sampai tepat di depan gerbang. Aku berharap aku baru saja salah melihat, tapi senyum menggodanya dan tatapannya padaku benar-benar terlihat menyebalkan.
Aku memukul dadanya sekuat tenagaku, "Ngapain kamu di sini?"
"Jemput calon istriku." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa. Tatapannya terlihat begitu menderita, tapi aku benar-benar sedang merasa kesal sekarang. Dia bahkan tetap bergeming saat aku memukulnya.
"Kamu nyebelin banget!" ujarku sambil memukulnya dadanya sekuat tenaga hingga terengah. "Kenapa ga ngabarin aku? Kamu ga tau aku khawatir? Berkali-kali aku mimpi buruk kamu kecelakaan. Ga tau ya aku kangen banget? Harus banget kamu ngilang begitu? Kemarin malem kamu online kenapa ga ngabarin?"
Astro menatapiku dengan tatapan menderita, "Udah ngomelnya?"
"Kamu kan bisa ngabarin aku walau cuma sekali. Kasih tau aku kamu ngapain. Kasih tau aku kamu udah makan atau belum. Kasih tau aku kamu ada di mana." kurasa mataku basah sekarang, tapi aku tak akan repot-repot mengelapnya. Tanganku terlalu sibuk memukulnya.
"Aku di sini. Aku baik-baik aja. Kamu bisa liat sendiri."
"Kamu nyebelin!"
Astro hanya diam. Entah bagaimana aku terlihat saat ini. Memukulnya sambil menangis pasti terlihat menyedihkan, bukan? Dia bahkan menyimpan tangan di belakang punggungnya. Tak bisakah dia memelukku untuk menenangkanku sebentar?
"Will you marry me, Honey?" Astro bertanya dengan tatapan menderita yang jelas sekali.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSI.F & TAMAT di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-