Main Di Pantai
Main Di Pantai
"Iya, tante yang itu juga boleh ikutan, kok!" ujar seorang anak perempuan. Dengan rambut lurus sebahu. "Eh, ayo semuanya semangat!" lanjutnya.
Memang pantas Farisha dipanggil tante oleh anak-anak itu. Ia memiliki usia yang sudah tidak muda lagi. Terkadang usia yang membuat perbedaan itu nyata. Sekali lagi pikirannya kembali terbuka di tempat yang seharusnya menjadi liburan baginya. Walau demikian, wanita itu tetap memberi senyuman pada anak-anak itu tanpa menghentikannya untuk merekam aktifitas anak-anak yang rata-rata berusia lima sampai sepuluh tahunan.
Ada sekitar lima anak yang tengah bermain bersama di atas pasir putih. Mereka berlangsung beberapa lama sebelum akhirnya rasa lelah yang membuat mereka berhenti. Setelah bermain-main dengan anak-anak yang membuat Farisha dan Usman tertawa-tawa, mereka pun pamitan pada lima anak itu.
"Sudah yah, kita akan bermain lagi besok atau kapan-kapan. Kami mau ke tempat yang lain dulu." Farisha menatap anak-anak yang sudah bermain bersama pagi ini. Hingga saat ini, sudah melakukan apa yang mereka senangi.
"Iya, Tante ... kapanpun Tante sama masnya mau ikut main, kita bisa main lagi, hadeh. Capek! Tapi Masnya bisa manjat pohon kelapa atau tidak? Kami sudah haus, soalnya," kata seorang anak perempuan yang sudah bermain dari jam enam pagi sampai sekarang pukul sembilan lebih.
"Oh, apa kamu bisa manjat pohon, Man? Mungkin mereka mau minum kelapa muda. Tapi kelapa di sini, apa nggak apa-apa kalau dipetik begitu saja? Ini punya siapa dulu? Nanti kalau punya orang lain, kan hanya bisa membuat kita dimarahi."
"Aku nggak bisa manjat, Tante," balas Usman yang menyahut dengan memanggil tante dengan gaya anak-anak yang sedang istirahat tersebut. Ia juga sadar kalau pohon-pohon kelapa itu mungkin ada yang punya dan bisa saja akan dimarahi jika ada yang memetiknya.
"Yah, sayang sekali kalau gitu. Kita saja sering dikasih sama orang yang memetik kelapanya. Kalau gitu, kita minta bantuan orang itu saja, dah! Kita panggilkan pak Ahmad saja, yuk!" ajak seorang anak lelaki kepada teman-temannya.
Mereka serempak menjawab, "Ayooo!" Tiba-tiba mereka berdiri dan mengajak Usman serta Farisha meninggalkan tempat itu. Mereka semakin dekat dengan lautan. Dan terlihat jelas air laut yang di pantai itu. Air itu berwarna mengikuti warna pasir. Tidak terlalu bening karena ada juga kotoran yang terbawa oleh air.
Ada pula ikan-ikan kecil yang berukuran tidak lebih besar dari kelingking anak-anak. Mereka melihat bebatuan yang berada di pantai itu. Ada sebagian daerah berbatu dan ada pula yang berupa pasir halus. Ombak pantai tidak terlalu kencang tapi cukup menyenangkan jika mereka bisa masuk ke air. Sontak saja anak-anak itu terlihat senang dan mulai menceburkan diri ke air laut.
"Ayo Tante cantik sama Mas nggak ganteng, ikutan nyebur juga, yah!" Ajak mereka dan saling menciptakan dengan air. "Ayo kita masuk ke air, di sini airnya sudah anget, loh!"
Farisha dan Usman saling menatap satu sama lain. Mereka tidak membawa pakaian ganti dan tidak ingin masuk ke dalam air. Tapi salah satu dari anak itu kembali ke darat lalu mendorong Usman. Setelah itu ia juga mendorong Farisha.
"Uhh, ini kenapa Tante nggak mau masuk ke air? Ayo bantuin dong tante ini ke air, teman-teman! Ini bokongnya kegedean jadi susah dorongnya!" ungkap anak lelaki itu.
"Eh, kenapa kalian malah memaksaku, sih? Awas, tante bilang ke orang tua kalian, loh. Ini bokong tante sakit kalau kalian dorong terus! Usman, tolongin nih, anak-anak suka jahil." Farisha berharap Usman segera membantunya. Ia tidak ingin masuk ke dalam air yang terlihat kotor itu.
Usman sendiri bingung harus bagaimana. Memang anak-anak itu sudah mengerubungi Farisha, mendorong dan ada yang menarik tangan wanita itu. Seorang anak lelaki tetap mendorong bokong Farisha karena wanita itu lebih tinggi dan mereka memilih yang empuk.
"Ayo Tante! Kita masuk ke air! Ini segar kalau sudah masuk. Ini Masnya saja sudah masuk. Tante juga harus masuk, yah! Kalau nggak mau, kita akan terus paksa!"
Namun tubuh Farisha ambruk di pasir sebelum sampai ke air. Usman hanya melihat dari dalam air. Tidak tahu harus menarik Farisha atau membantunya. Tapi melihat anak-anak itu menindih Farisha, membuat pikiran Usman ke mana-mana. Berbeda dengan pikiran anak-anak yang polos, mereka tetap menarik Farisha yang sudah tidak kuat lagi. Hingga akhirnya wanita itu sampai ke air laut itu.
"Kalian ini, semuanya nakal, yah! Ini pakaianku jadi basah, nih!" kilah Farisha. Ia sudah berada di dalam yang sebatas pinggang. Karena anak-anak itu terus menariknya. "Kan tante nggak bawa baju ganti." Walaupun dipaksa, akhirnya ia menerima juga diperlihatkan seperti itu oleh anak-anak. Ia lalu mengambil air dengan tangannya lalu menyipratkan pada anak-anak nakal itu.
"Ayo serang Tante itu!" seru anak lelaki. Ia memulai pertama dengan mengambil air dengan tangannya dan juga menyiramkannya pada Farisha. "Hahaha! Sekarang semuanya harus basah!"
"Awas yah, kalian! Hahahaha! Awas tante akan makan kalian semuanya, hahahaha!" tawa Farisha riang. Ia lalu menangkap salah satu anak yang sudah membuatnya basah. Lalu ia peluk anak lelaki itu dengan erat.
"Ahhh! Tolooong! Ini dadanya Tante bikin nggak bisa napas! Oahh!" Ia berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Farisha. Apalagi ia merasakan benda kenyal itu membuat dirinya pengap.
Berbeda dengan pemikiran anak-anak, Usman hanya menelan salivanya karena melihat pemandangan yang menggerakkan dunianya. Bagaimana ia tidak tergoda, sekarang lekuk tubuh Farisha tercetak dengan jelas di kaosnya.
"Ayo, Masnya juga belum diserang, nih! Ayo kita serang!" seru salah satu dari mereka. Yang langsung melompat ke arah Usman. Lalu mereka membuat lelaki itu kelimpungan. Karena mereka menenggelamkan pemuda itu. Untuk bernafas saja sulit bagi Usman. Dan saat ia kembali mendongakkan kepalanya, ia mengambil nafas sepuasnya.
"Kalian ini, iiihhh! Akan kujatuhkan juga kalian semuanya!" pekik Farisha. Wanita dewasa itu segera berenang ke arah Usman dan menarik tangan anak-anak itu agar menjauh dari Usman.
"Awass! Ada Tante dada dan bokong gede! Nanti kita dimakan!" teriak anak-anak itu dengan lantang. Lalu mereka berenang menjauh.
Kedalaman mereka hanya satu meter lebih. Tapi Farisha berenang menuju ke arah Usman dan anak-anak itu dengan mata tertutup. Ia menutup matanya karena tidak ingin merasa perih. Karena air laut yang asin bisa membuat mata perih. Namun ia tidak menyangka anak-anak itu melainkan menangkap Usman. Dipeluknya sang suami dengan pelukan erat.
Kali ini Usman kembali merasakan sesuatu yang empuk di dadanya. Dada mereka saling bersentuhan dan Usman kaget. Ia memejamkan matanya karena takut. Yah, ia takut kalau wanita itu tahu, ada yang bergerak di bagian bawah.
***