Tante Seksi Itu Istriku

Naik Ojek



Naik Ojek

0Usman bangun dari tidurnya ketika ia merasa ingin buang air kecil. Apalagi udara dingin yang membuat dirinya merasa kedinginan. Saat ia menyadari kalau hari sudah menjelang siang. Di samping tidak ada lagi Farisha. Ia mencari keberadaan sang istri yang entah ke mana.     

"Tante, kamu ke mana? Apa sudah pergi duluan, sih? Hari ini bukannya harus beres-beres karena akan liburan?" Karena yang ia tahu tentang bulan madu adalah liburan. Walau kadang orang bilang bersamaan dengan itu, ada acara bikin anak, tapi ia yakin Farisha tidak akan melakukan itu lagi. Karena ia masih berpikir kalau ia tidak pantas untuk menjadi ayah dari anak-anak Farisha.     

Bangun tidur, harus mandi dulu karena tubuhnya berkeringat dingin. Setelah kejadian semalam yang kepanasan karena pikirannya yang terlalu resah walau tidak ada gelisah. Tapi tetap saja, kalau setiap malam seperti itu, bukan tidak mungkin ditnya tidak bisa menahan semuanya. Ia menuju ke kamar mandi yang kosong dan segera melepaskan pakaian. Karena ia meninggalkan handuknya di depan kamar mandi, tidak perlu lagi ke kamarnya.     

Hari ini Farisha berada di luar karena ia lupa dengan mobilnya. Pagi-pagi sekali, ia sudah bangun dan mandi. Ia sudah tidak mabuk lagi sebenarnya dari semalam. Tapi ia cukup senang menggoda Usman. Kalau bisa, ia akan menggoda sang suami kembali. Dan bulan madu yang akan mereka rencanakan akan segera terjadi. Hanya tinggal eksekusinya saja.     

Hari ini ia sedang menunggu ojek online untuk menuju ke restoran milik Vania. Karena ia akan pergi hari ini, ia tidak boleh memarkirkan mobilnya sembarangan. Apalagi kalau di depan restoran yang besar itu, bukan tidak mungkin menjadi korban pencurian. Karena lama tidak dipakai, di daerah tempat Vania, rawan yang terjadi pencurian. Entah itu hanya spion saja atau kadang ada yang menggores mobil yang diparkir di sana. Apalagi di pagi yang jelas tidak ada orang bekerja atau berjaga, bukan tidak mungkin kejahatan merajalela.     

"Ini kenapa tukang ojeknya lama banget? Nggak tahu kalau lagi buru-buru, apa? Kalau begini, aku harus mencari ojek lain, apa yah?"     

Lain halnya dengan Usman yang bingung dengan ketiadaan Farisha di kamarnya, Farisha bingung dengan pagi ini. Dirinya tidak memakai sepatu sampai di depan. Padahal ia sudah berjalan sampai di depan jalan. Kalau ia kembali ke dalam untuk mengambil sandalnya, ia mungkin tidak ada waktu lagi. Rasa malu ia harus membuangnya jauh-jauh. Apalagi saat ia baru menyadari, sang tukang ojek sudah berada di kejauhan terlihat.     

"Permisi, Mbak. Dengan Ibu Farisha Angelina?" tanya sang ojek online. Ia berhenti di depan Farisha dan memegang ponselnya. Ia memastikan kalau nama itu benar adanya.     

"Iya, Pak. Saya Farisha. Hari ini bisa antarkan ke Restoran Vania Angel?" Farisha menerima helm yang diberikan oleh sang tukang ojek online tersebut.     

"Oh, tentunya bisa. Tapi hari ini belum buka. Bisanya bukanya jam sembilan pagi. Ini baru jam setengah enam, Bu." Pria itu juga melihat Farisha yang tidak memakai alas kaki. Terlihat kaki yang putih mulus itu. Tapi sangat menyayangkan kalau cantik-cantik tapi tidak memakai alas kaki.     

"Aku juga tahu kalau ini baru jam setengah enam, Pak. Tapi kan aku butuhnya ke sana saat ini. Aku juga bukan untuk makan ke sana. Ada barang yang ketinggalan di sana. Jadi jalannya yang cepat ya, Pak!" perintah Farisha. Ia memakai helm lalu naik ke motor.     

"Oh, kalau begitu, berangkat!" Pria itu lalu memutar laju motornya dan segera berangkat. "Sebenarnya yang ketinggalan apanya, Bu? Mungkin bisa dibantu, soalnya ada temanku yang bekerja di sana juga. Setiap pagi mereka sudah di dalam restoran untuk menyiapkan segala sesuatunya. Bahkan kayaknya mereka baru bangun."     

Malas juga jika ditanyai seperti itu. Sudah orang tidak dikenal, merasa sok dekat seperti itu. Bagi Farisha cukup membuatnya risih. Apalagi cara membawa sepeda motornya yang seperti mengambil kesempatan agar dipeluk olehnya. Pagi-pagi sekali, masih merasa mengantuk. Karena semalam tidak tidur dengan nyenyak setelah menggoda Usman. Ternyata digoda rasanya tidak enak seperti ini. Apalagi jika orang yang menggoda itu mengambil kesempatan.     

'Apa Usman juga merasa terganggu saat aku semalam deket-deket dengannya, yah? Oh, ini orang memang tidak punya malu. Apa aku juga dianggap sama oleh Usman? Tapi kan ... ah, sudahlah ... mungkin ini yang dinamakan dengan karma? Usman-usman ... kenapa kamu ini begitu lucu?' pikir Farisha dalam hati.     

Mereka sudah berada di jalanan yang padat merayap. Walau hari masih pagi, nyatanya sudah banyak orang beraktivitas di pagi yang sibuk. Macet yang mereka alami tidak menyurutkan semangat tukang ojek karena mendapatkan penumpang cantik. Walau sudah berusia, tetap saja melihat terus akan menjadi vitamin tersendiri. Apalagi kalau ia tiba-tiba berhenti, akan menjadi kesempatan yang ia tunggu-tunggu.     

"Kenapa ini lama banget, Pak? Apa nggak bisa nerobos, gitu? Seharusnya tukang ojek itu bisa menerobos jalan, kan? Hari ini aku ada rencana sama suami aku, Pak. Jangan sampai dia menunggu lama karena aku tinggal sendiri di kamar. Aku harus cepat kembali," pungkas Farisha. Wanita itu sudah tidak sabar ingin sampai dan ia harus membuat pria itu mempercepat laju sepeda motornya.     

"Eh, maafkan aku, Bu. Kalau begitu, Ibu Farisha yang sabar saja, yah!" Ia tidak bisa menolak permintaan itu karena harus profesional dalam bekerja. Harusnya ia melakukan pekerjaan dengan profesional juga. Karena wanita cantik hanya bisa dipandang dan tidak bisa dimiliki. Ia juga memiliki seorang istri dan ia juga tidak akan terima jika istrinya digoda oleh orang lain.     

Dengan sungguh-sungguh, pria itu pun melewati setiap kendaraan. Apalagi mobil yang berderet dan ada celah. Di celah-celah itulah, pengemudi ojek online itu melakukan atraksinya yang terlihat keren. Walau harus membuat orang menjadi melihat ke arahnya. Tak berselang lama, mereka pun sampai ke tempat tujuan. Segeralah Farisha turun ketika motor itu berhenti di restoran milik Vania.     

"Wah, kita sudah sampai, Bu. Sebenarnya Bu Farisha ini mau mengambil apa yang ketinggalan, sih? Maaf, aku jadi kepo seperti ini." Kelas ia penasaran dengan kehidupan Farisha. Walau hanya satu kata yang terucap, ia akan menunggu itu.     

"Nggak apa-apa, Pak. Ini uangnya, yah! Terima kasih karena sudah mengantarku ke sini," pungkas Farisha, menyerahkan uang kepada pria pengemudi ojek online itu. Setelah menyerahkan uang dan helmnya, ia mendekati mobil miliknya dan segera masuk. Ia lalu membawa mobil itu pergi.     

Pria itu tidak menyangka kalau wanita yang ia antar adalah orang kaya. Tentu ia hanya bisa berdecak, "Ckckckck ... dia orang kaya, Bos. Bagaimana aku bisa menyinggung orang kaya seperti itu? Tapi sudahlah ... memang orang cantik seperti itu, pantas menjadi orang kayak, sih." Ia pun berlalu meninggalkan tempat itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.