Tante Seksi Itu Istriku

Kabur Dari Acara Wanita



Kabur Dari Acara Wanita

2Botol milik Farisha sudah kosong dan tibalah saatnya untuk pulang. Ia sudah siap-siap untuk pulang tapi ditarik oleh dua wanita yang sudah mabuk berat. Sementara ada karyawati Farrah yang sedang berada di meja bartender. Seorang wanita yang pintar dalam meracik kopi atau minuman lain. Walau di kafe itu tidak menjual minuman keras, Farrah selalu menyediakannya. Itulah mengapa saat ada tamu penting seperti Farisha dan Vania, akan dikeluarkan minuman itu.     

"Ah, kenapa? Aku kan sudah habis. Kenapa aku nggak boleh pulang, sih? Aku harus pulang sebelum jam sebelas malam," ceracau Farisha yang ditahan oleh dua wanita. Tidak bisa melawan keduanya sekarang. Walau mereka sedang mabuk dan dirinya masih belum sepenuhnya.     

"Apa? Sebelum jam sebelas, kan? Ini baru jam, emm ... jam sembilan lebih berapa, gitu. Ohhh ... ayo kamu harus main bertiga dulu, lah. Ke kamar atas, yuk!" ajak Farrah. Wanita itu menanggalkan bajunya dan melemparkannya ke sembarang arah.     

"Kenapa kalian malah menyulitkan ku begini? Aku kan harus segera pulang cepat, hari ini. Jadi tolong kalian berdua minggir!" Farisha berusaha kabur dari dua wanita itu. Walau mereka tetap menarik dan memaksa Farisha untuk mengikuti dua wanita itu.     

Karena tidak bisa melawan, Farisha harus mengikuti Vania dan Farrah ke lantai atas. Dimana mereka biasa melakukan perbuatan tidak layak untuk dilakukan lagi. Sudah terlalu banyak dosa-dosa yang dilakukan. Farisha harus menunggu sampai mereka tidur atau sampai tidak sadar untuk mengalihkan ke hal lain.     

"Ayo, Farisha ... malam ini kita have fun together!" seru Vania yang merangkul Farisha. "Oiy Farrah ... apa karyawati kamu nggak diajak sekalian, hemm?" tanya Vania kepada Farrah. Dalam hal ini, mereka saling berbagi satu sama lain. Walau pasangan asli tetap pasangan asli, seperti dirinya dan Farisha.     

Farrah juga tidak menyadarinya. Tapi ia berkomentar, "Sudahlah ... kita lakukan saja bertiga. Kalau ada yang kurang, kita panggil saja, okeh? Dia juga malah suka cowok, nggak tahu suka sesama kita atau tidak. Mungkin dia juga belum tahu, nikmatnya bercinta seperti ini, hemm ...."     

Tidak ada yang bisa dilakukan Farisha selain menunggu waktu yang tepat untuk pulang dari kafe milik Farrah itu. Sebenarnya Farrah bernasib sama dengan Farisha. Yang tidak memiliki karyawan tetap karena mereka tahu kalau pemilik kafe merupakan orang yang menyimpang. Seperti Farisha dan Vania, Farrah juga pernah mengalami kekerasan bersama pacarnya tempo hari yang merupakan seorang pria. Hingga mereka hampir menikah tapi pria itu pergi dengan wanita lain. Bukan hanya satu kali, Farrah sudah puluhan kali sampai di usianya yang menginjak tiga puluh lima tahun.     

Kehidupan tiga wanita itu terbentuk karena para lelaki yang membuat mereka melakukan ini. Mereka trauma akan bayang-bayang masa lalu. Tapi sebenarnya bukan hanya itu saja yang membuat itu terjadi. Seperti banyak kasus, ada juga karena mereka secara alami memang menyukai sesama jenis untuk memulai hubungan yang orang bilang itu adalah cinta.     

"Ayo, buka baju kalian! Aku sudah tidak sabar lagi, melakukan ini semua!" Sambil kepala gleyengan karena mabok, Farrah membuka pakaiannya. Ia menyuruh dua wanita itu juga melakukan hal yang sama.     

Farisha hanya bisa menurutinya dengan terpaksa. Di antara ketiganya, hanya dia yang dalam keadaan belum terlalu mabuk. Vania tanpa ragu membuka pakaiannya. Ia menyeret Farisha untuk diciuminya. Mereka saling memeluk dan berbagi cairan dari mulut mereka. Menarikan tarian lidah di dalam mulut masing-masing pasangan. Mereka melakukannya hingga beberapa menit. Hingga mereka bertiga telah bermain hampir puas dan sedang istirahat sejenak.     

"Heh-heh-heh-hehh ... ayo kita lanjutkan minumnya? Eh, ke mana minumannya. Aku mau minum, mmmm ... aku mau minuuummm," ceracau Vania yang merasa minumannya kurang.     

Ini adalah kesempatan untuk Farisha. Ia bangkit dari tempatnya berbaring. "Biarkan aku yang ke bawah ambil minum, yah! Sekalian mengajak karyawati di bawah, suruh kemari," usul Farisha yang mencari pakaiannya.     

"Eh, boleh saja kamu ke bawah. Tapi kenapa bawa baju segala? Ayolah ... kita belum selesai melakukannya. Ngapain pakai pakai itu? Buang!" tolak Vania yang menghempaskan pakaian Farisha agar tidak dipakai kembali.     

"Tidak, Vania ... aku harus memakai pakaianku, aku khawatir kalau di luar ada lelaki dan melakukan hal tidak diinginkan, bagaimana?" ujar Farisha mengelak. Ia tetap memakai bajunya dan celananya. Walau ia sudah minum dan mabuk, masih memiliki kesadaran. Ia keluar dari kamar dan menutupnya kembali. "Oh, aku lupa nggak pakai BH lagi."     

Di lantai bawah, ia melihat seorang wanita muda yang berusia sekitar dua puluh lima tahunan. Farisha menghampiri wanita itu lalu mengatakan, "Hei, apakah kamu bisa bantu aku? Tolong bawakan minuman ini ke atas. Aku mau ke kamar mandi dahulu!"     

"Maaf, aku tidak bisa bergabung, Mbak. Aku nggak berani melakukan itu ... Mbaknya saja yang bawa, yah? Aku mau dijemput pacarku nanti. Maaf, Mbak. Aku menyukai lelaki karena aku perempuan. Ma-af." Wanita muda itu memohon maaf dan memejamkan matanya.     

"Hehh ... aku juga tahu kalau kamu menyukai seorang lelaki. Ngapain minta maaf? Aku hanya menyuruh kamu untuk mengantar ini saja, kok. Kalau mereka tanya, bilang saja aku ke toilet untuk buang air besar. Jadi kamu suruh mereka untuk habiskan minumannya. Baru kamu bisa pulang setelah mengantar ini. Begini saja–" Farisha mengambil uang dari tasnya yang ada di meja. "Kamu aku bayar, deh. Ini uangku, terimalah!"     

"Eh, enggak usah, Mbak. Ya sudahlah ... tapi aku nggak mau terima uang dari Mbaknya, yah! Aku akan antar minuman ini, deh. Kalau begitu, silahkan kalau Mbaknya mau buang air besar. Aku yang antar ini, yah!" Wanita muda itu tidak ingin dibayar karena hal seperti itu. Walau ia sudah menolak uang ratusan ribu yang ada beberapa lembar. Ia tidak ingin kalau wanita di sampingnya mengira uangnya dicuri. Walau dia sendiri yang menyerahkannya padanya dalam keadaan mabuk.     

"Oh, baguslah ... kamu buruan ke atas, yah! Aku juga tidak bisa lama-lama ke atas sana! Terima kasih, yah!" Farisha pura-pura menuju ke toilet agar wanita itu percaya.     

Rencana Farisha untuk kabur dari kafe itu hampir berhasil. Setelah wanita muda itu berjalan ke lantai atas, kesempatan Farisha untuk kabur dari kafe milik Farrah tersebut. Ia mengambil tas dan ponselnya. Sembari keluar, ia menghubungi taksi online yang biasanya jam sembilan itu masih ada. Tapi ia harus menunggu di tempat yang agak jauh.     

"Huhh, akhirnya bisa bebas juga. Tapi aku juga sedikit mabuk, ohhh ..." seloroh Farisha lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam tasnya. Ia berjalan sempoyongan mencari tempat yang aman di depan gedung sebelahnya. Lalu ia melihat taksi itu datang dan melambaikan tangan.     

Farisha beruntung hanya menunggu beberapa menit sudah ada taksi online yang masih terjaga dan belum pulang. Farisha masuk dan mengatakan tujuannya dengan jelas. Mendengar itu, sang sopir mengangguk karena ia sudah tahu ke mana harus membawa Farisha.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.