Kekhawatiran Farisha
Kekhawatiran Farisha
"Tante ... eh, Farisha ... eemmm ... apa sering datang ke sini? Biasanya sama siapa kalau ke sini?" tanya Usman yang penasaran. Karena tidak mungkin Farisha datang sendirian kalau takut hantu. Jelas ada orang yang menemani Farisha sebelum menjadi istrinya.
"Ada, dulu ... aakkkhhh!" teriak Farisha tiba-tiba. "Usman, takut!" pekiknya yang langsung memeluk suaminya. Ia langsung bersembunyi di dada Usman. Ia takut karena tiba-tiba muncul sosok hantu. Yang wajahnya cukup terlihat dengan jelas.
"Eh, beneran ... ini suara Farisha! Kenapa dia ada di sini juga?" Vania mendengarkan teriakan dari kekasihnya yang membuat dirinya tergoda.
Biasanya ia akan melakukan sesuatu yang terlarang dengan kekasihnya saat adegan itu. Di mana mereka memutuskan untuk saling mencium dan memberikan kenikmatan bersama. Apalagi kalau dalam keadaan takut, Farisha mudah untuk diajak bercinta. Karena rasa takut itulah, malah memacu semangat Farisha dalam segala permainan cinta yang menyimpang karena hubungan sesama jenis.
'Ya sudahlah ... nanti aku akan temui Farisha bersama dengan lelaki bodoh itu. Aku masih tidak terima pernikahan kalian itu. Meskipun sudah kamu katakan kalau kalian menikah hanya sebagai status, aku tidak rela, kamu berhubungan dengan pria. Aku mencintaimu, Farisha.'
Selanya Vania akan menganggap Farisha sebagai kekasih yang sah. Biarpun mereka dikatakan menyalahi aturan, ia akan kembali bersama dengan Farisha. Walau ia sudah melakukan percintaan dengan pria dan sudah tidak sedikit juga, ia masih tetap mempertahankan Farisha di sisinya. Sebelum keputusan yang menghancurkan hatinya itu.
"Man, aku takut, sini tangan kamu, bisa ke ini aku, enggak? Biarkan aku tuntun kamu, Man!" pinta Farisha yang mengambil tangan suaminya. Ia ingin melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan bersama kekasih wanitanya, Vania.
Tentunya lelaki itu tidak menyangka dengan apa yang dilakukan istrinya itu. Karena kebiasaannya yang tidak bisa ia tinggal, melakukan sesuatu yang tidak senonoh di depan umum. Usman ingin melepaskan tangan itu dan menghindarinya. Tapi ia tidak bisa melakukannya. Wanita itu terus melakukan kemauannya sendiri tanpa bisa dibantah. Jika Usman membantah, mungkin ia akan dimarahi dan akan diusir dan tidak tahu harus pergi ke mana.
Selama bekerja di swalayan milik Farisha, Usman sudah mendapatkan cukup banyak uang. Bisa dikatakan, Farisha tidak pelit soal memberikan gaji. Juga memberinya uang makan setiap hari yang Usman kumpulkan. Itu sudah lebih dari cukup untuk pemuda itu gunakan untuk modal jualan keliling.
"Tante ... eh, Farisha ... mmm ... anu, kenapa kamu begini? Ini di tempat umum, Sha," lirih Usman yang memanggil Farisha dengan panggilan itu.
"Nggak apa-apa, Man. Yang penting kamu jangan berisik dan jangan membantah aku. Kalau kamu masih ingin hidup di kota ini, kamu harus menuruti apa mauku!" Walau dengan ucapan lirih, Farisha bisa mengancam suami sekaligus bawahannya.
Hal yang dilakukan oleh Farisha membuat orang di sebelahnya merasa risih. Apalagi yang duduk di samping Farisha adalah seorang wanita bersama dengan pasangannya. Karena merasa risih itu, ia mengajak pasangannya pergi.
"Yank ... di sini ada orang yang berbuat jina. Ayo kita pergi saja dari bioskop. Aku nggak konsentrasi menonton filmnya. Lebih baik kita nonton besok lagi aja," kata wanita itu kepada sang kekasih. Walaupun mereka adalah pasangan kekasih yang tidak bersetatus menikah dan sering berbuat seperti Farisha dan Usman, mereka tidak melakukan itu di tempat umum. Malah mereka selalu bersembunyi dari orang-orang.
"Eh, bukannya kita juga gitu, Bebs? Eh, mana, aku mau lihat mereka," ujar prianya yang mencoba melihat adegan itu. Namun tamparan kecil yang harus ia terima.
"Bodoh ... nanti aku pingin, Yank. Kita ke toilet saja, yuk!" bisiknya mengajak sang kekasih. Pada akhirnya mereka juga melakukan itu. Karena di tempat yang seperti itu, malah membuat mereka senang dan selalu berharap melakukan kesenangan bersama.
Vania menunggu sampai filmnya berakhir. Wanita itu bangkit dan menanti Farisha dan Usman keluar. Ia masih belum menyadari penampilannya yang memakai pakaian terbalik. Ini karena perbuatannya dengan lelaki tidak dikenal itu. Membuatnya lupa semua hal tentang berpakaian dan penampilan. Bahkan untuk mencuci wajah pun tidak dilakukannya.
Karena Farisha dan Usman sudah selesai, mereka keluar dari ruangan yang kini sudah kembali terang. Membuat semua orang berangsur meninggalkan tempat duduk dan keluar dari tempatnya saat ini.
Saat mereka keluar, keduanya melihat Vania yang berada di samping pintu keluar. Hal itu membuat Farisha panik. Pasalnya ia tidak tahu kalau wanita itu juga menonton di tempat itu. Yang memang bioskop yang mereka datangi saat ini adalah tempat di mana mereka biasa menonton bersama. Untungnya mereka belum sampai di pintu keluar.
"Man, kita keluarnya nanti saja! Aku mau ke sana sebentar!" cetus Farisha. Ia menarik tangan sang suami. Karena ia dan Vania sedang terlibat konflik saat ia mengatakan akan menikah. Tapi Vania tidak merestuinya menikah. Karena yang diinginkan Vania adalah tetap seperti dulu. Saling ada saat salah satu membutuhkan. Saling mencintai dan saling memberikan kepuasan walau mereka telah menyimpang dari kodratnya.
Vania menunggu Farisha dan suaminya. Tapi ia sudah mengecek orang yang keluar tapi malah membuat dirinya pusing. Bahkan dari ratusan orang itu tidak ada orang yang ia cari. Bahkan sampai orang sudah sangat sepi, Vania melihat sekeliling dan tidak ada orang. Wanita itu kembali memeriksa ke dalam. Ia ingin memeriksa kembali ke dalam yang sudah tidak ada orang.
"Sssttt ... kamu jangan berisik dan jangan pernah keluar dari sini sebelum aku suruh!" tegas Farisha dengan suara lirih namun tegas. Ia mengintip dari kursi, ke arah wanita yang sedang melihat sekeliling. Ia juga takut kalau wanita itu menemukannya. Pasti akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Usman pun melihat Vania. Orang yang galak, yang pernah ia temui di sebuah restoran. Saat itu, ia bersama dengan Bram yang datang ke restoran Vania tentu ingat dengan wanita itu. Wanita yang telah mengusirnya. Juga wanita yang ia temui di toko pakaian saat mereka mencari pakaian pengantin.
"Itu sebenarnya siapa, Tante? Kenapa kita harus sembunyi darinya? Dia orang jahat, yah," ujar Usman dengan berbisik. Ia juga ngeri dengan tampilan wanita yang rambutnya berantakan dan pakaiannya terbalik itu. Pasti dia orang psikopat karena bertingkah aneh.
"Kamu jangan banyak tanya, Man! Seharusnya kamu tidak perlu banyak hal. Tapi kamu harus tetap diam di sini. Jangan sampai ketahuan olehnya."
Usman mengangguk dan berkata, "Iya, Tante. Aku akan di sini saja, sampai orang itu pergi." Ia juga merasa benci dengan orang itu. Namun wanita itu sudah semakin dekat ke arahnya dan Farisha.
***