Enam Suami Tampan

Khawatir



Khawatir

0Melihat Liang Shujun tidak memperdulikannya lagi, seperti anak anjing, Tuan Muda Li dengan malu-malu menepuk Liang Shujun di pinggangnya. "Hei, Paman! Dengarkanlah aku sebentar!"     

Saat mendengar ucapan anak ini, Liang Shujun seketika merasa kesal terhadapnya dan hampir memuntahkan kata makian pada anak itu. "Apa? Paman!!!" Kata Liang Shujun sembari memberi Tuan Muda Li tatapan mata yang tajam. Ia pun langsung menyibak rambut panjangnya yang sudah tidak terawat dan berkata, "Dari sekian banyak panggilan atau sebutan untuk memanggil seorang pemuda, kamu malah memilih memanggilku dengan panggilan 'Paman'?"     

"Ketika aku masih kecil dulu, ibuku pernah berkata bahwa pria yang berusia 20 tahun ke atas dan memiliki anak harus dipanggil paman."     

Sekejap kemudian Liang Shujun malah tertawa dengan keras dan tidak jadi marah padanya. Ya, ia lupa bahwa Tuan Muda Li masih terlalu polos.     

"Hey, panggil aku 'kakak' saja. Kalau suasana hatiku sedang baik, aku akan bernyanyi untukmu."     

"Kakak!"     

Wah, bagus sekali.     

Liang Shujun adalah tipe orang yang bisa dipegang perkataannya. Jadi, sekali lagi ia mulai membuka mulutnya dan menyanyikan sebuah lagu berjudul "Permata Musim Semi".     

San Lang meninggalkan kota Taihang untuk pergi ke rumah tahanan.      

Hatinya terluka, hidupnya sengsara.      

Dia pergi ke gunung terlebih dahulu untuk memberi salam pada mendiang istri baru dan kemudian kembali ke penjara.      

Dia sangat tidak sabar untuk bertemu dengannya lagi nanti...     

Anehnya, Liang Shujun mendadak linglung sebelum menyelesaikan nyanyiannya. Ia menyangga pipinya dengan satu tangan dan terdiam cukup lama. Bila diingat lagi, Liang Shujun sudah meninggalkan rumahnya beberapa hari sejak pertama kali mengikuti Liang Haoming. Sekarang, tiba-tiba ia teringat saat-saat dirinya tidur berdua bersama Sang Istri serta momen saat dirinya juga mencium Sang Istri mungilnya itu. Ia pun ingat dan membayangkan lagi bibir tipis istrinya yang seolah membawanya kembali pada kejadian mereka berciuman dulu.     

Sungguh, Kejadian ini adalah kali pertama dirinya merasa khawatir dan merindukan gadis ini selama dirinya berada jauh dari rumah. Liang Shujun pun mendesah keras, lalu tiba-tiba, "Ah," Liang Shujun teriak. "Sudah cukup, aku ingin cepat-cepat keluar dari sini!" Liang Shujun merasa sudah dijebak oleh Liang Haoming. Ia pun berjanji pada dirinya bahwa ia akan membuat perhitungan dengan saudara keempat itu. Ia akan membereskan adiknya itu setelah terbebas dari penjara ini.     

"Paman… eh salah, kakak, apa kamu bermarga Liang?"     

Liang Shujun melirik ke Tuan Muda Li dan amarahnya sudah mereda, "Benar, margaku Liang."     

Anehnya, sejak memberitahukan marganya ini, Tuan Muda tersebut sedikit memandang sebelah mata kepada Liang Shujun. Sementara itu, Liang Shujun terlalu bosan karena tidak ada yang bisa dilakukannya dan merasa terlalu malas untuk mencari topik pembicaraan agar bisa dibahas dengan Tuan Muda Li.     

*****     

Esok harinya, matahari baru saja terbit dan cahaya pagi mulai menyinari penjara yang suram ini. Saat itu, ruang penjara yang dihuni oleh Liang Shujun dan Tuan Muda Li dikunjungi oleh dua orang.     

"Aduh, Tuan Mudaku!" Seorang perempuan dengan postur tubuh yang tegap datang ke sel tersebut ditemani oleh seorang sipir penjara, "Tuan Muda, mengapa Tuan Muda kabur dari rumah? Padahal saat itu sudah tengan malam dan tidak mengatakan apapun. Apakah Anda tahu bahwa kondisi di rumah saat ini sangat berantakan? Ayo ikut, sayang! Kita harus pergi, Nyonya sangat mengkhawatirkan Anda!"     

Tuan Muda Li menangis lagi, "Kamu? Aku akan menemukan Kak Qiu, bagaimana pun caranya dia tidak boleh mati. Kamu tidak bisa menghentikanku!"     

Perempuan itu menghela napas, "Tuan Muda, tolong jangan seperti itu. Sudah lebih dari setahun, dan tulang-belulang dari tubuh nona bahkan telah berubah menjadi tanah. Bukannya kami tidak ingin menemukannya, tetapi kami tidak dapat menemukannya bahkan jika kami berusaha dengan segala cara."     

"Dasar pembohong!" Tuan Muda Li semakin marah, matanya memerah, "Ketika Kak Qiu mengalami kecelakaan, kamu sudah berbohong padaku. Kamu berbohong padaku selama setahun penuh dan menyuruhku tinggal di rumah sambil menunggu Kakak pulang. Kamu juga bilang bila Kak Qiu ingin datang menemuiku. Jika bukan karena saudara-saudara keluarga Wang menikah dengan Keluarga Tie dan pernikahan itu diselenggarakan dengan sangat meriah, aku pun mungkin tidak akan mengetahuinya!"     

Mulut perempuan itu langsung terdiam saat mendengar amarah dari si Tuan Muda Li. Sementara Liang Shujun yang juga berada di sini, membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkan peristiwa yang sedang terjadi lalu tersenyum dengan ekspresi wajah yang aneh.     

'Hah, Keluarga Tie?'     

Topik pembicaraan ini sepertinya berhasil menarik minat Liang Shujun.     

Jadi ia memutuskan untuk menepuk-nepuk debu yang menempel di pantatnya dan memegang kepala Tuan Li dengan keras. "Nak, sepertinya aku punya kabar yang ingin aku ceritakan padamu?"     

"Apa?" Tuan Muda itu langsung tertegun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.