Menghabiskan Semangkuk Besar Mie
Menghabiskan Semangkuk Besar Mie
Dong Huiying bingung, apa dirinya tanpa sengaja membuat Liang Yuening marah lagi?
Liang Yuening tampak sangat murung, Liang Haoming pun menatap ke arah Dong Huiying dan berkata, "Masih lapar..."
Sang Istri terkejut dan langsung melihat ke arah mangkuk yang ada di hadapan Liang Haoming yang sudah kosong. "Kamu masih ingin makan lagi? Baiklah aku akan memesankan satu mangkuk mie lagi."
Liang Haoming menggelengkan kepalanya, "Aku mau makan yang ini." Jawab Liang Haoming sembari menunjuk ke mangkuk mie milik Sang Istri yang masih memiliki sisa mie yang cukup banyak.
"Ya sudah ini…."
Dong Huiying sebenarnya merasa sedikit enggan memberikan sisa makanannya kepada suaminya itu, tetapi mie yang dimakannya memang tidak sesuai seleranya. Sebaliknya, Liang Haoming langsung mengambil mangkuk mie Dong Huiying dan langsung menghabiskan sisa mie di mangkuk itu.
Bagi Liang Haoming, ia ingin merasakan beberapa hal yang sudah dirasakan oleh istrinya. Ia sempat berpikir bila dirinya tidak bisa menggunakan sumpit milik istrinya. Setidaknya ia ingin merasakan makanan yang disisakan oleh Sang Istri. Ia sampai berpikiran jika air liur Sang Istri sempat tertinggal di mangkuk mie tersebut, bagaimana rasanya, ya?
Sebaliknya, Dong Huiying tidak berpikir bahwa suami keempatnya mempunyai pikiran seperti itu. Wajahnya justru mendadak berubah sedikit merah saat melihat Liang Haoming memakan sisa mienya dengan gembira dan bahkan menghabiskan semangkuk besar mie tersebut. Sekejap kemudian Liang Haoming berkata, "Tunggu di sini."
Liang Haoming pun memandang Sang Istri dengan serius. Setelah Sang Istri memperbolehkannya pergi, ia segera berbalik dan berjalan keluar dari toko mie kecil.
Tidak berselang lama, Liang Haoming kembali dan membawa banyak camilan. Diantaranya adalah biskuit wijen, sekantung manisan, dan semangkuk besar kuah daging sapi lengkap dengan sayuran.
"Makanlah!"
Semua makanan itu diberikan kepada Sang Istri. Dong Huiying membuka lebar-lebar matanya dan berkata, "Wow!"
Makanan lezat ini adalah hidangan-hidangan yang dijual di sepanjang jalan ke arah kedai ini. Meskipun ia sudah menghasilkan banyak uang dalam pertandingan ilegal semalam, namun dirinya juga menyadari situasi di rumahnya.
Walaupun ia memahami dirinya sangat rakus terhadap beberapa makanan, tetapi dirinya juga tidak mau membelinya hanya untuk memuaskan hasratnya. Namun hal yang dilakukan oleh Liang Haoming kali ini sungguh mengejutkannya, apakah dia melihat ekspresi wajahnya ketika di jalan?
Ya, Liang Haoming sudah menyadari bahwa Dong Huiying hidangan mie di kedai ini. Namun saat Liang Haoming melihat ekspresinya, Dong Huiying juga tampak tidak ingin membuang-buang makanan. Oleh sebab itu, Liang Haoming mengambil mangkuknya dan membelikan makanan lezat lainnya?
Dong Huiying pun melangkah ke arah Liang Haoming dan begitu pula sebaliknya, Liang Haoming mendekat ke Dong Huiying.
"Makanlah, atau kau akan kelaparan nanti." Ucap Liang Haoming.
Seperti biasanya, Liang Haoming adalah orang yang irit kata-kata ketika berbicara, ekspresi wajahnya juga datar dan mengepalkan tangan, apakah orang ini sedang gugup?
"Baiklah!" Dong Huiying menganggukkan kepalanya dan mengambil sendok kecil untuk menyendok kaldu daging sapi hangat, kemudian satu gigitan biskuit wijen. Rasa kaldu dan juga biskuitnya memang lebih bisa diterima oleh lidahnya. Jika memasaknya sendiri, ia pasti akan dapat memasak yang lebih enak dari ini. Tapi, untuk beberapa alasan, ternyata makanan ini sudah cukup lezat bagi Dong Huiying.
Dong Huiying mengangkat sudut bibirnya dan tersirat senyuman manisnya. Liang Yuening yang ada di sebelah Sang Istri malah tampak cemburu karena situasi ini.
Liang Haoming yang melihat ke arah kakaknya lalu menatap Sang Istri. Kemudian, ada dua kata terselip dibenaknya.
'Ah, aku kalah!'
Suasana yang sangat membosankan bagi Liang Yuening, suasana hatinya jadi semakin buruk saja. Mie yang semula rasanya tidak enak, kini semakin memuakkan bagi Liang Yuening karena suasana hatinya yang buruk. Liang Yuening bahkan sudah enggan menyentuh mienya yang masih banyak tersisa.
Beberapa saat kemudian, ekspresi Dong Huiying yang senang tiba-tiba berubah menjadi muram. Kemudian, ia pun membagikan roti wijennya pada Liang Yuening dan mendadak suasana hatinya berubah lagi. Dari yang semula mirip awan mendung yang gelap, menjadi cerah ceria kembali dan merasa lebih nyaman.
Setelah selesai makan, Liang Yuening biasanya langsung tertidur, Liang Haoming juga sudah terlihat lesu. Tiba-tiba Dong Huiying teringat sesuatu. Salep yang dibuatnya memang bisa menyembuhkan luka dengan cepat, namun juga memiliki efek samping khusus. Efek sampingnya adalah orang yang menggunakannya akan langsung mengantuk.
"Ayo pergi," Dong Huiying langsung menarik Liang bersaudara untuk berdiri.
Terlihat jelas dari wajah Liang Haoming, ia berusaha keras melawan rasa kantuk pada matanya. Dong huiying membantunya berdiri sembari membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di wajah Liang Haoming. Ia pun bergandengan tangan Liang bersaudara untuk segera keluar dari kedai mie tersebut.
Ketika Dong Huiying berjalan bersama sembari bergandengan tangan. Ketiganya terlihat sangat dekat, bukan sebagai suami-istri atau teman, tapi lebih mirip seperti saudara kandung. Dengan postur tubuh dua pria yang tinggi besar dan sang istri yang bertubuh mungil, pemandangan ini seperti seorang adik perempuan yang berjalan bersama kakak-kakaknya.