Dia Hanya Sedikit Naif
Dia Hanya Sedikit Naif
Pada awal-awal pernikahannya, ia melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan dari suaminya yang berjumlah satu lusin. Diantara anak-anaknya itu, ia paling bangga dengan putri tertua. Putri tertuanya adalah perempuan yang memiliki kepandaian di atas rata-rata. Ia berpikir bahwa putri tertua bisa mewarisi posisinya. Namun, putri tertua tiba-tiba meninggal dan anak-anaknya yang lain tumbuh dengan cacat kemudian meninggal. Kini, sudah terlambat untuk memiliki anak lagi dan hanya tersisa anak bungsunya saja yang masih sehat dan bugar.
Ia pun menghela napas lagi, "Baiklah, mari kita tonton dulu pertandingan yang akan dimulai sebentar lagi."
Hei Gou membantu ibunya itu duduk, dan melalui jendela persegi ruang pribadi yang dipesannya itu, mereka bisa melihat situasi arena yang ada di depannya.
Setiap malam, pasar gelap selalu ramai oleh orang-orang yang datang untuk berjudi. Dalam suasana seperti ini dapat dilihat bahwa sudah banyak untuk yang meributkan tentang jumlah uang taruhan yang akan dimenangkan, ada juga yang berbondong-bondong untuk langsung memasang taruhan. Namun saat gong tanda pertarungan dimulai dipukul, muncullah dua petarung bertopeng yang mulai memasuki arena pertarungan.
Kemarin, Hei Gou memenangkan beberapa pertandingan berturut-turut, dan ia sudah cukup percaya diri bahwa dirinya bisa memenangkan beberapa pertandingan secara beruntun. Namun saat ia bertemu dengan seorang gadis kecil kejam yang mengenakan topeng dengan token anak kucing tergantung di pinggangnya, Hei Gao justru dapat dikalahkan dengan mudah oleh gadis yang bernama Hei Mao itu.
Hei Gou bukannya berkecil hati, ia hanya frustasi karena dikalahkan oleh seseorang yang baru mengenal pertandingan ilegal di hari pertama. Terlebih lagi, orang yang mengalahkannya itu hanyalah seorang gadis kecil.
Sebelumnya, tepatnya pagi tadi. Ibunya telah memintanya agar dibolehkan ikut masuk ke dalam pasar gelap ini. ia ingin ikut tanpa memberikan alasan yang jelas. Tetapi sekarang, saat ia melihat dua petinju itu sudah bertarung di atas arena ini, ia tiba-tiba terkejut.
"Apa Hei Bao memang pria sekuat itu?"
Ya, orang yang bertarung saat ini di arena adalah Hei Bao. Hei Bao sangatlah terkenal di kalangan pasar gelap ini dan Hei Gou juga pernah bertarung melawannya.
Hei Gou juga tahu bahwa Hei Bao adalah salah satu lawan yang kuat di tempat ini. Ketika Hei Bao mengalahkannya waktu itu, kepercayaan diri Hei Gou memang tidak menurun dan berpikir bahwa dirinya masih bisa lebih unggul darinya di lain waktu. Tetapi ketika melihatnya hari ini, Hei Gou jadi menyadari bahwa ketika Hei Bao bertarung dengannya waktu itu, sepertinya orang itu menyembunyikan rasa canggung diantara keduanya. Ya, saat itu terasa ada perasaan canggung yang aneh!
Ibu Hei Gou tampak melihatnya dengan dingin dan berkata. "Hei Bao ini adalah orang yang cukup cerdas. Sepertinya dia adalah orang yang mampu menurunkan mental para lawannya. Setelah berhasil, dia dengan tepat melumpuhkan lawannya. Kamu harus mendekatinya dengan perlahan. Kemungkinan besar dia bisa menjadi orang yang bisa kamu percaya. Selain itu, Gou, sebelum kakak perempuanmu mengalami kecelakaan hingga membuatnya meninggal, dia adalah orang yang selalu memanjakanmu karena kamu adalah yang termuda daris seluruh saudaranya. Dia juga tidak pernah memaksakan apapun padamu, tapi untuk kali ini, bisakah kamu melakukannya untuknya?"
Wajah Hei Gou menjadi pucat pasi. Sejujurnya ia hanya sedikit naif, tetapi naif bukan berarti bodoh.
Ibunya pun melanjutkan kata-katanya, "Dunia ini terwujud karena adanya hitam dan putih, hal yang salah dan benar pun akan selalu mudah dilihat selama kamu hidup. Setengah dari hidupku pun sudah dedikasikan untuk menjadi seorang ibu. Selain itu, aku juga menggunakannya untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kalian. Tetapi sekarang semuanya terasa abu-abu, tidak bersih, mungkin juga tidak tulus. Namun, ditakdirkan menjadi seorang ibu adalah sebuah hadiah terindah dari kehidupanku yang pernah aku dapatkan. Kakak ketigamu, dia tidak pernah mau mengakui bahwa kamu adalah yang termuda, katanya itu terlalu merepotkan baginya. Tetapi dibalik itu semua, dia ingin kamu memiliki pemikiran bahwa kamu adalah orang yang kuat dan tidak terkalahkan di dunia ini. Oleh sebab itu, tumbuhkanlah rasa percaya diri dalam dirimu. Tujuan dari semua itu adalah agar dimasa depan, walau kamu tidak turun tangan ataupun tanpa pengawal pun, kamu tetap bisa melindungi dirimu sendiri."
Hei Gou terkejut dan berkata, "Benarkah itu yang diinginkan oleh kakak ketiga?"
Ibunya itu hanya terdiam. Hari ini, dia sedang berusaha untuk menyadarkan putra bungsunya agar tidak sampai merasa terlalu sombong pada kemampuannya. Jika tidak, anaknya ini bisa jadi akan menjemput ajalnya sendiri saat dirinya sudah mencapai posisi tertinggi.
Bersamaan dengan itu, suara keras dari pintu yang terbuka dari kamar sebelah pun terdengar. Dari sana terdengar seorang perempuan berkata, "Nona Dong, hari ini kakakku membawakan semua barang ini untukmu, sepertinya kamu patut untuk berbangga hati sekarang!"
Dong Huiying melirik Hong Xiangjun, lalu mengepalkan tinjunya yang kecil dan mengeluarkan kata, "Ayo kita menang!"