Enam Suami Tampan

Kidal



Kidal

1Si Tuan pun memperhatikan peta topografi hutan yang dimiliki para bandit ini. Ia pun mulai memperhatikan aliran sungai dan menganalisis lokasi ketiga buronan tersebut berada.     

 "Hmmm kemungkinan disini…." Ia menyadari posisi yang ditunjuknya itu karena memperhatikan aliran sungai yang mengalir dari puncak gunung ke lereng gunung. Pada pertengahan aliran sungai tersebut, ditemukan jalur sungai yang bercabang dan salah satunya tidak berakhir ke lautan.     

Si Tuan pun memperhitungkan ulang mengenai jawabannya sembari memperhatikan peta dengan hati-hati.     

"Di sini, kalian harus berjaga-jaga disini dan meningkatkan kewaspadaan disini. Jangan sampai mereka melarikan diri. Aku ingin kamu membagi pasukanmu yang tersisa menjadi empat kelompok. Satu tim bertanggung jawab atas penyelamatan, dan tiga tim lainnya bertanggung jawab untuk mencari. Karena mereka berani untuk melompat ke sungai, sudah pasti mereka orang yang memiliki keahlian khusus. Jika mereka pandai berenang, mereka sudah pasti masih tetap bisa hidup. Dan karena mereka juga dalam kondisi terluka, perhatikan juga noda bekas darah disekitar."     

Lao Ba seketika meragu dan menyampaikan hal yang dikhawatirkannya, "Tapi… diantara mereka bertiga, ada satu orang yang pendek. Orang itu juga sangat kuat. Aku curiga dia adalah pemimpin dari rombongan itu, atau sekedar bisa menyelamatkan mereka? Sebelum mereka melompat ke sungai, wanita kecil itu berhasil melukai pasukanku dengan sangat parah. Aku takut jika mereka tidak akan tertangkap kali ini dengan pasukan yang dibagi seperti itu…"     

Si Tuan itu tersenyum, "Su Lang, kamu bisa menunggu pada titik ini dan bertanggung jawab untuk masalah garis pertahanan. Tugasmu bukan menangkap, tapi hanya untuk mengirim sinyal. Jika kamu tanpa sengaja menemukan mereka, nyalakan obor asap sebagai pertanda agar anak buahmu bisa menangkap target."     

Si Tuan itu juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebaliknya, Su Lang menggertakkan giginya dan mencibir, "Oh, tiga tikus kecil ini ingin memporak-porandakan markasku. Lihat saja nanti jika kalian sudah mati, aku akan dengan senang hati mengupas kulit mereka, dan menjadikan kepala mereka sebagai makanan pembuka kami!"     

Si Tuan itu mengernyit.     

Su Lang tiba-tiba terkejut karena menyadari sifat buas miliknya yang seketika terlihat dengan jelas.     

Si Tuan itu berkata, "Su Lang."     

"Ya?"     

"Kalau tidak salah, kamu memiliki 300 lebih anak buah di markas ini, walau ketiga orang ini sudah melukai lumayan banyak anak buahmu, tapi mereka tidak membunuh. Jika masih memiliki hati nurani, seharusnya kamu juga tidak membunuh mereka."     

Walau terlihat acuh tak acuh, tapi terlihat jelas bahwa si Tuan tidak setuju jika harus membunuh orang yang diburu ini.     

"Aku datang ke markas Hei Feng ini karena aku tahu kalau kamu tidak melakukan hal-hal yang salah. Kamu merampok orang kaya untuk membantu yang miskin, kamu merampok mereka yang berbuat keji dan korupsi, serta orang-orang yang tidak bermoral. Jujur saja, aku sangat menghargai itu. Tapi, ketiga orang ini, dimana letak kesalahan mereka? Bukan apa-apa, tapi aku hanya takut jika kamu sampai lupa tujuanmu membuat markas ini."     

Su Lang tertegun, hatinya seolah dipukul oleh palu, ia tiba-tiba tampak serius.     

"Tuan, Anda benar. Sepertinya pikiranku sempat lepas kendali."     

Ya, sebenarnya sudah terlalu banyak orang yang dibunuh olehnya. Awalnya, semua orang yang dibunuhnya adalah orang yang jahat, bahkan dia dianggap sebagai ksatria. Sayangnya sampai suatu ketika Su Lang pun sempat melupakan niat aslinya.     

******     

"Liang Yuening... Liang Yuening? Sadarlah, apa kamu sudah sadar?"     

Hari masih belum terang ketika Dong Huiying naik ke daratan. Ia pun langsung menepuk-nepuk pipi Liang Yuening dengan lembut untuk menyadarkannya.     

Sebaliknya, Wajah Hong Xiangjun masih tampak pucat. Ia pun menatap Dong Huiying dengan bahunya yang bergetar.     

"Dia tertusuk oleh banyak sekali panah." Ucap Hong Xiangjun yang masih dikelilingi rasa takutnya.     

"Aku tahu, aku hanya ingin tahu apa dia masih bisa sadar atau tidak."     

Dong Huiying mengerucutkan bibirnya. Ia pun mencoba mencabut panah secara perlahan, namun ujung panah itu sudah menusuk terlalu dalam pada daging dan darah Liang Yuening. Dong Huiying pun tidak membawa peralatan medisnya dalam perjalanan ini.     

Luka panah yang mengenai Liang Yuening ini membuat Dong Huiying sangat marah dan membuatnya mendengus dengan kesal. Ia langsung berdiri dan seketika tatapan matanya dipenuhi dengan amarah.     

Ia bahkan tidak berniat membunuh siapapun di markas Hei Feng itu dan hanya ingin melarikan diri. Tetapi orang-orang markas Hei Feng sepertinya ingin membuat mereka bertiga mati!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.