Enam Suami Tampan

Uang Datang Dari Bahaya



Uang Datang Dari Bahaya

2Tumbuh dengan lingkungan yang mengharuskan hidup mandiri, Liang bersaudara juga mempelajari beberapa keterampilan lain. Salah satunya kakak pertama, Liang Haoming pernah bekerja sebagai pegawai bagian pembukuan di sebuah restoran. Lao San juga memiliki suara yang bagus, ia memulai karirnya menjadi seorang pemain opera. Namun Lao Si dan Lao Wu seperti sebelumnya, mereka sesekali naik ke gunung, yang mereka buru bukan hanya burung pegar dan kelinci gunung, tetapi juga beberapa binatang yang lebih besar seperti kulit serigala dan kulit harimau. Beberapa kulit binatang ini dapat dijual dan ditukar dengan uang, tapi tentu saja memburu binatang buas juga lebih berbahaya. Jika kedua orang ini tidak berhati-hati dan salah perhitungan, maka nyawa mereka sendiri yang akan terenggut oleh binatang buas itu.     

Tapi seperti kata pepatah, 'uang selalu datang dari balik bahaya'. Begitu pula hal yang mereka lakukan ini, mereka harus mempertaruhkan hidup hanya demi satu kata, yaitu tidak lain adalah 'Uang'.     

Setelah pohon besar itu tumbang, Liang Yixuan terlempar jatuh hingga hampir pingsan. Sekejap pandangan matanya menjadi kabur. Ia jatuh dengan punggungnya yang terlebih dahulu menyentuh tanah, dirinya sampai mengira bahwa organ-organ dalamnya sudah terguncang. Lalu tiba-tiba tenggorokannya gatal, ia berusaha menekan dadanya, dan kemudian meludahkan banyak darah dari mulutnya. Darah mengalir ke sudut bibirnya, itu membuat wajahnya yang pucat semakin terlihat kesakitan.     

Melihat keadaan itu Liang Shujun bergegas mendekat, saat itu ia tampak sangat marah seperti ingin membunuh. Ia mengerutkan keningnya dan melirik Liang Yixuan, lalu melemparkan sebilah pisau dapur pada Liang Yixuan, "Ini, Jaga dirimu!"     

Kakak ketiga? Apakah itu benar-benar kakak ketiga? Pandangan mata Liang Yixuan kabur sehingga tidak bisa melihat dengan jelas. Namun, ia dengan cepat bisa tahu bahwa kakak ketiga datang untuk menyelamatkannya.     

Liang Yixuan mendongak melihat ke arah Liang Shujun, ia melihat kakaknya itu telah membawa kapak di tangannya dan berjalan mendekat ke arah beruang hitam itu.     

"Binatang jalang, cari mati!"     

Momen ini begitu sengit, Liang Shujun yang lemah lembut itu bertarung dengan beruang hitam.      

Beruang hitam yang terbangun dari hibernasi adalah hewan yang paling ganas untuk sekarang ini. Tentu, beruang itu telah merasa sangat kelaparan selama satu musim dingin kemarin. Perutnya sudah pasti kosong dan beruang itu menjadi lebih mudah marah daripada biasanya.     

Liang Yixuan berusaha bangkit dari tanah, dengan tepat ia mengambil pisau dapur dan berdiri di hadapan beruang itu dengan siaga. Tiba-tiba saja tangan beruang itu akan menghantam ke arah kepala Liang Yixuan. Situasinya saat ini, Liang Yixuan merasa begitu tegang, "Kakak Ketiga, sebelah kiri atas, berhati-hati lah!"     

Liang Shujun sedikit demi sedikit mendekat ke beruang hitam itu, ekspresinya sangat dingin dan terfokus pada beruang itu. Mata yang menawan itu menyembunyikan sedikit amarah yang kejam, tetapi postur tubuhnya yang gemulai itu malah membuat situasi ini menjadi seperti pertunjukan tarian bukannya pertarungan. Pakaiannya yang menggunakan lengan panjang itu seperti menari dengan angin, gerakannya lebih seperti pertunjukan dalam dunia nyata.      

Selama pertarungan antara manusia dan binatang buas itu, kapak besi itu telah berkali-kali dikibaskan Liang Shujun selama setengah jam penuh. Punggungnya telah basah dengan keringat, tubuhnya pun juga telah mendapatkan beberapa luka. Namun, beruang hitam itu menderita jauh lebih parah darinya.      

Saat beruang ganas itu hendak menyerangnya lagi, tiba-tiba Liang Shujun menginjak tangan beruang itu hingga mengerang kesakitan. Ia juga memberikan tendangan yang kuat kepada beruang itu. Tubuh berotot Liang Shujun sudah seperti kera yang sakti, dengan gesit ia melompat ke bahu beruang hitam itu. Pada saat yang sama, Shujun mengangkat kapak besi di tangannya dan memotong leher beruang hitam itu dengan kuat.     

Seketika darah beruang hitam itu menciprat keluar, darah menyembur kemana-mana hingga mengenai tubuh Liang Shujun. Sayangnya kulit beruang itu terlalu keras dan mempunyai pertahanan yang sangat kokoh. Kapak besi ini telah menghantam lehernya dengan sangat keras, tetapi tidak menyebabkan beruang hitam itu terkapar dengan mudah.     

Sementara Liang Yixuan menjadi khawatir menyaksikan perkelahian itu, lalu tiba-tiba beruang hitam membalikkan tangan dan menangkap Liang Shujun. Beruang itu pun membuka mulutnya lebar-lebar dan langsung menggigit di bagian atas bahu Shujun.     

"Krak!" Terdengar seperti suara tulang bahu yang patah.     

Liang Yixuan mengepalkan tinjunya, ia berniat menolong kakaknya. Tetapi, jika ia terburu-buru berlari kesana tanpa perhitungan yang matang, tentu hanya akan menghalangi kakak ketiga dan akan lebih memojokkannya.     

Liang Shujun menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit yang hebat akibat gigitan beruang di bahunya. Setelah semua itu, ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengangkat lagi kapak besi. Dengan kuat, kapak itu menghantam tepat di bagian jantung beruang hitam itu.      

"Bang!" Dengan suara keras beruang hitam itu jatuh ke tanah. Liang Shujun pun menggulingkan tubuhnya setengah lingkaran. Ia berbaring telentang di tanah, dengan sekujur tubuh telah penuh dengan luka memar, tetapi dalam hatinya ia merasakan bahagia sekaligus beruntung karena masih diberi kesempatan untuk hidup.     

"Kakak Ketiga!"     

Liang Yixuan berlari menghampiri Kakaknya. Liang Shujun berusaha berdiri dengan sempoyongan. Ia pun berpegangan pada bahu Liang Yixuan dan duduk dengan terengah-engah. Sembari tersenyum dia mengatakan, "Sepertinya menjadi seorang yang terkutuk ada untungnya, hidup begitu keras, dan Tuhan pun tidak menerima kematianku."     

Liang Yixuan tidak tega melihatnya, "Ayo, aku akan membantumu bangun."     

Setelah berdiri, tubuh Liang Shujun seakan gemetaran. Ia memegangi perutnya seolah-olah ada sesuatu yang keluar dari lambungnya.     

Ya, cedera terberat yang dideritanya bukan pada pundaknya, melainkan perutnya. Cakaran tajam beruang hitam itu telah membuat luka yang lebar di perutnya. Anehnya, ia bahkan tidak merasakan luka yang menyakitkan itu. Mungkin juga hal itu karena rasa sakitnya begitu kuat sehingga hanya menyisakan rasa sakit yang tumpul seperti kebas.     

Namun...     

"Auuu!!!" Suara lolongan serigala datang dari jauh.     

Kemudian suara lolongan serigala itu semakin banyak, sepertinya para serigala telah menanggapi panggilan dari seekor pemimpin serigala.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.