Matanya Gelap, tapi Tidak Ada Kemarahan di Wajahnya
Matanya Gelap, tapi Tidak Ada Kemarahan di Wajahnya
Dong Huiying merasa ada yang salah dengan ini. Apakah pria ini Liang Shujun? Namun, sepertinya pria ini lebih kurus daripada Liang Shujun. Selain itu, wajahnya tidak begitu tampan. Ekspresi dan penampilannya tidak semanis Liang Shujun. Setelah tertegun beberapa saat, Dong Huiying merasa bingung.
"Eh, Sang Istri…" Seketika terdengar suara Liang Shujun dari sampingnya. Dong Huiying memusatkan sebagian besar perhatiannya pada pantatnya yang berdarah sejak dihajar dengan menggunakan papan kayu tadi. Ia terkejut dan baru menyadari bahwa keluarga Liang memiliki anak kembar.
Ternyata orang yang ia tangkap lengannya bukanlah Liang Shujun, melainkan Liang Shuyu. Sedangkan pria berwajah dingin dan memiliki penampilan seperti dewa ini adalah Liang Shuyu.
Liang Shuyu menundukkan kepalanya. Pandangan matanya tertuju pada kuku kecil Dong Huiying dan bertanya dengan lembut, "Sang Istri, Tolong lepaskan tanganmu dari tanganku?"
"Ah..." Dong Huiying yang mendadak menyadari perbuatannya, akhirnya dengan malu melepas genggaman tangannya. Ya, ini masih di zaman yang sangat kuno. Meskipun zaman kuno ini agak aneh, tapi pada umumnya perempuan di zaman ini akan merasa malu saat bersentuhan dengan seorang pria, apalagi pria yang tampan.
Sayangnya, pria yang dipegang tangannya ini harus hidup di zaman yang kuno yang penuh dengan penderitaan ini. Jika seorang pria melihat tubuh perempuan dan belum menikah, mereka biasanya yang mendekati perempuan terlebih dahulu.
Bila sudah meyakinkan hatinya, pastilah seorang pria akan bertanggung jawab untuk menikahinya. Namun, baru saja ketika Dong Huiying mengangkat lengan Liang Shuyu di depan umum, ia tidak merasa heran jika Liang Shuyu merasa tidak nyaman.
"Maaf." Dong Huiying terbatuk dan melangkah mundur. Liang Shuyu dengan cepat menarik lengan bajunya. Matanya gelap, tapi wajahnya tidak memancarkan ekspresi kemarahan.
Di aula, Pengawas itu memanggil pejabat kecil untuk menghadap kepadanya. Pejabat kecil itu membisikan sesuatu. Kemudian, dengan langkah lebar, ia buru-buru meninggalkan tempat itu.
Tidak lama kemudian, pejabat itu kembali lagi, dan berbisik di telinga Sang Pengawas lagi. Pejabat itu mengalihkan pandangannya kepada Dong Huiying sambil terkejut. Kemudian ia melihat Liu Langjun yang sedang berlutut.
"Pengawal, bawa Liang Yixuan kemari!"
"Baik!"
Dong Huiying merasa lega. Sepertinya masalah ini tidak buruk, dan rasa sakit yang ditimbulkan karena pukulan papan kayu itu, kini berangsur-angsur menghilang.
*****
Di dalam sel, Liang Yixuan sedang berdiri diam di sudut penjara tersebut. Ia ingat bahwa belum lama ini, punggung Sang Istri terasa dingin. Ia juga memikirkan keluarganya, kecuali Liang Yuening, yang mudah marah kepada Sang Istri. Sikap Kakaknya kepada Sang Istri terlalu membabi buta. Dari luar, Liang Yuening terlihat baik-baik saja. Namun, dalam hati, si anjing gila itu selalu menghina Sang Istri. Namun, saat melihat Sang Istri sebelumnya, apakah Sang Istri sudah bosan dengan hubungan pernikahan ini?
Liang Yixuan mulai merasakan perdebatan dalam hatinya. Tetapi, ia sudah berada di penjara dan tidak bisa menolong keluarganya. Ia hanya bisa berharap Kakak Ketiganya menjadi lebih waspada, sehingga tidak menimbulkan masalah lagi. Sang Istri boleh menikah lagi meskipun telah bercerai. Namun, begitu seorang pria ditinggalkan oleh istrinya, memikirkan konsekuensinya saja sudah sangat buruk.
"Liang Yixuan, keluar!" Seorang pejabat kecil membuka pintu sel Liang Yixuan.
Liang Yixuan membeku di tempatnya berdiri dan bertanya ragu-ragu, "Nyonya, siapa Anda sebenarnya?"
Pejabat kecil itu hanya meliriknya sekilas dan membentak Liang Yixuan, "Cepat!"
Liang Yixuan mengerucutkan bibirnya dan berjalan keluar sel dengan tenang. Ia mengekor di belakang pejabat kecil itu. Liang Yixuan adalah seorang tahanan, sehingga kedua tangannya diborgol. Setiap kali ia melangkah, ia mendengar suara gemerincing rantai besi.
Saat memasuki aula, Liang Yixuan melihat Kakak Ketiganya yang langsung berlari menghampirinya dan berteriak, "Yixuan!!!" Liang Shujun juga ikut meraih tangan Liang Yixuan. Namun, meski saat ini saudara-saudaranya yang lain sudah berkumpul, tapi hal pertama yang Liang Yixuan perhatikan bukanlah saudara-saudaranya, melainkan Sang Istri yang kesepian. Ia melihat dengan heran dan khawatir karena Dong Huiying yang telah bersimbah darah di sekujur tubuhnya.