Hanya Tiga Kata Sederhana
Hanya Tiga Kata Sederhana
Meski serigala adalah hewan yang lebih kecil dari beruang ini, namun tidak semudah itu menghadapinya. Hal pertama yang membuatnya menang pada pertarungan tadi adalah pengalaman berburu yang sudah sering dilaluinya sejak remaja. Pengalaman ini didapatkan sebelum ia bernyanyi di pertunjukan opera. Saat itu, saudara-saudaranya sering membawanya ke gunung untuk berburu.
Kedua, karena itu juga adalah unsur keberuntungan. Kemungkinan besar, setelah pertarungan ini, energinya akan habis dan perlahan-lahan akan mati karena terlalu lemas. Selain itu, ia telah menderita luka yang serius. Liang Shujun pun juga tak tahu apakah mereka bisa pulang ke rumah dengan selamat atau tidak?
Sayangnya, sekarang masih ada lagi sekelompok serigala yang menghadang dan serigala-serigala ini bisa saja mengejar dua kakak-beradik itu sampai mati!
Liang Yixuan membantu Liang Shujun untuk segera berdiri. Ia mengerutkan bibir tipisnya karena tahu bahwa situasinya akan semakin memburuk.
"Kakak ketiga..." Tiba-tiba saja perasaan Liang Yixuan menjadi bercampur aduk. Ia berpikir bahwa dialah yang telah menyebabkan kakak ketiga dalam masalah besar. Liang Shujun menarik napas dalam-dalam dan menepuk-nepuk tangan Liang Yixuan, "Tunggu sebentar, tinggalkan saja aku, jangan buang waktumu. Jangan ragu! Kita bisa melarikan diri sendiri-sendiri."
"Tidak bisa!" Jawab Liang Yixuan dengan tegas.
Liang Yixuan tahu bahwa saat ini mereka sedang dalam kepungan serigala. Sudah jelas bahwa orang yang tetap tinggal disini pasti akan mati. Memang benar semua orang yang hidup pasti akan mati. Namun, kematian seseorang terjadi dengan sendirinya, bukan mati karena dimangsa serigala. Selain itu Liang Yixuan juga tahu bahwa yang membuat kakaknya seperti ini juga karena dirinya yang tidak berpengalaman berada di hutan.
Anehnya, dalam keadaan seperti ini, Liang Shujun sejak dulu selalu lembut dan menawan. Dalam keadaan terluka parah dan sekarat seperti sekarang pun, ia masih menampakkan pesonanya yang lembut. Kali ini ia menatap Liang Yixuan sembari menyeringai, "Lao Liu, aku tahu ini tidak akan mudah, tetapi untuk menjadi manusia kau harus mengerti kapan harus menerima atau menolak."
Jika serigala itu belum menemukannya, mungkin masih ada kesempatan bagi mereka untuk menyelamatkan diri, tapi sekarang...
Shujun mengangkat bajunya dan membiarkan Liang Yixuan melihat sendiri luka di perutnya. Pada lukanya itu terlihat darah dan dagingnya terbuka hingga terlihat jelas serat daging dan darah segar. Dari luka itu juga terlihat usus yang menjulur keluar, lukanya ini benar-benar parah, kondisi lukanya sudah mengerikan, dan pasti membuat orang jijik saat melihatnya. Pada saat yang sama, Liang Shujun membuktikan bahwa kondisinya saat ini akan membuatnya sulit untuk melarikan diri.
"Jadi, apa kau mengerti?" Ia mengepalkan kapak besi yang ternoda darah, dan menatap mata Liang Yixuan dengan sangat serius.
Wajah Liang Yixuan benar-benar pucat. Ia sama sekali tidak mengerti tentang perawatan medis, tetapi dalam keluarganya ada kakak kedua yang sakit-sakitan. Kakak kedua telah sakit selama bertahun-tahun, dan itu membuat kakak beradik itu sedikit banyak mengerti tentang perawatan medis.
Memahami Luka Liang Shujun dengan kondisi seperti sekarang ini, benar-benar tidak ada cara untuk menyembuhkannya. Ia hanya menunggu mati, tapi bagian paling penyayang dari seorang Liang Shujun adalah dirinya akan lebih baik mati, dan bila memungkinkan, dapat mati sendirian di gunung yang sunyi ini.
Ya, Liang Shujun tidak ingin mati di depan saudaranya. Apalagi jika ia tahu jika itu adalah dirinya sendiri, ia pasti tidak akan tahan menyaksikan kematian saudaranya sendiri. Ia hanya tidak ingin membuat orang lain merasakan hal yang tidak ingin dirasakannya. Alhasil, hal yang dilakukannya saat ini adalah ia ingin mencegah situasi itu sebelum benar-benar terjadi.
Pada saat ini, gerombolan serigala telah tertarik oleh bau darah. Tubuh Liang Shujun gemetar dan langsung mendorong Liang Yixuan, "Lao Liu, pergilah!!"
Ia kembali menatap Liang Yixuan yang ada di belakangnya. Ia pun memberikan senyuman tercerah seperti pancaran matahari di musim semi yang menerangi seluruh dunia. Namun Liang Yixuan pun tahu bahwa senyum itu juga meninggalkan bekas yang tidak akan terhapus di hati Liang Yixuan.
Kemudian Liang Shujun membuat sebuah gerakan mulut. Hanya tiga kata sederhana.
"Teruslah hidup!"
*****
Di sisi lain pada gunung ini, ada tiga orang yang berjalan menuruni gunung.
"Cepatlah!" Dong Huiying menendang pantat Zhu Xingfang dengan kasar.
Sebaliknya, Zhu Xingfang sudah terlihat babak belur dan tampak lemah. Dari wajahnya terlihat luka lebam berwarna biru dan hidungnya bengkak. Ia berjalan dengan terhuyung-huyung dan telah jatuh dua kali.
Di dalam hatinya ada kemarahan, tetapi ia takut untuk berbicara. Terutama selama mereka turun dari puncak gunung ini, ia ditegur beberapa kali oleh Dong Huiying di sepanjang perjalanan ini.
Sayangnya Zhu Xingfang tidak memperdulikan semua perlakuan itu. Ia bahkan tidak juga memperdulikan memar di wajahnya. Sebab, dibanding dengan wajah kepala babinya yang mengerikan ini, dirinya bahkan lebih takut pada wanita yang wajahnya berbintik-bintik hitam di belakangnya. Setiap kali kepalan tangan kecil gadis itu jatuh ke tubuhnya, pukulan itu menghasilkan rasa yang sangat nyeri hingga ia ingin memukul kepalanya sendiri sampai mati.
Dong Huiying belajar tentang kedokteran, ia telah memahami dengan jelas titik akupuntur pada tubuh manusia. Dong Huiying dapat mempraktikkan ilmu kedokteran yang dimilikinya untuk membantu orang dan dapat meracik obat untuk menyelamatkan orang.
Namun, akan berbeda masalahnya bila ia ingin memukul orang. Ia hanya perlu menyerang beberapa titik akupuntur yang dapat membuat orang langsung merasa ingin mati. Hal itu bahkan membuatnya tidak perlu bekerja keras dan mengeluarkan banyak tenaga. Keahlian semacam ini tentu terlihat luar biasa. Oleh sebab itu, Lao Si atau Liang Haoming masih terus memandangnya dari waktu ke waktu. Ia seolah-olah mempelajari beberapa rahasia yang disembunyikan di tubuh kecil Sang Istri.